Sebelum membaca, jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu.
Jangan lupa follow aku.
Don't be a silent reader.
Selamat Membaca.
-----
Delapan hari belakangan ini dijalankan Nabila dengan penuh perjuangan. Perempuan itu harus menjalani kegiatan pelatihan dan ujian yang diumumkan secara mendadak oleh sekolahnya dua minggu lalu.
Hari ini adalah hari terakhir yang dimana merupakan hari pengumuman hasil ujian sertifikasi yang telah dilakukan perempuan itu.
Satu per satu asesi dipanggil oleh sang asesor untuk masuk ke dalam ruangan. Karena pemberitahuan lulus atau tidaknya asesi, hanya diketahui oleh asesor dan asesi itu sendiri.Nabila terus meramalkan doa demi doa, karena dari 20 asesi yang berasal dari berbagai sekolah itu, sudah sebagian besar dipanggil oleh asesor dan hanya sedikit dari mereka yang lulus alias dinyatakan kompeten dan berhak mendapatkan sertifikat.
Termasuk Intan, perempuan itu sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan dan dinyatakan kompeten oleh asesor. Ia menjadi satu di antara empat murid yang baru dinyatakan kompeten, padahal yang sudah masuk ke ruangan adalah 10 murid, sisanya dinyatakan belum kompeten.
“Ntan, aku deg degan banget. Gimana ya kalau aku gak lulus?” cemas Nabila.
“Jangan ngomong gitu Bil, Insya Allah kamu lulus.” Ucap Intan.
“Tapi kan kamu tau Ntan, waktu ujian aku lagi drop banget, aku gak fokus sama ujian aku.” Ujar Nabila.
Keadaan Nabila seminggu terakhir ini memang tidak bisa dibilang baik-baik saja. Kurangnya istirahat menjadi faktor utama akan menurunnya kondisi kesehatan perempuan itu.Akibatnya selama pelatihan dan ujian kemarin, Nabila lebih banyak diam dan tidak fokus karena kondisinya yang sedang tidak sehat itu. Bahkan saat pelatihan, Nabila lebih sering tertidur di meja nya dibanding dengan teman-teman lainnya yang aktif bertanya banyak hal untuk dijadikan bekal di ujian nanti.
“Iya aku ngerti, tapi kamu jangan pesimis gitu. Kamu waktu ujian, bisa ngerjain semuanya kan?” tanya Intan.
Nabila mengangguk “Iya, tapi tetep aja aku takut, kalau jawaban aku salah.”
“Bismillah, jangan langsung mikir jawaban kamu salah, terus kamu gak kompeten.” Ujar Intan yang terus memberikan semangat untuk menumbuhkan rasa optimis di diri temannya itu.
“Iya, semoga ya aku juga kompeten kayak kamu Ntan.” Harap Nabila.
“AAMIIN.” Ucap Intan.
Lalu kini tinggal tersisa dua orang yang belum dipanggil ke ruangan, yaitu Nabila dan salah satu asesi dari sekolah lain, yang bernama Yessi.
“Selanjutnya… Yessi.” Ucap asesor di depan pintu ruangan.
Lalu perempuan bernama Yessi itu masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu ruangan tersebut.
“Tuh kan Nabila terakhir, Ntan. Itu Pak Yudi punya dendam apasih sama Nabila, masa terakhir gini.” Ucap Nabila dengan nada yang sedikit kesal.
Intan terkekeh “Sabar ya Bil.”
Nabila terus memasang wajah kesalnya “Gak tau apa yak, orang deg-degan banget begini.”
Sekitar sepuluh menit berlalu, dan Yessi pun keluar dari ruangan dengan wajah yang dapat ditebak jika perempuan itu dinyatakan kompeten oleh asesor.
“Bil, langsung masuk aja kata Pak Yudi.” Ucap Yessi setelah keluar dari ruangan dan langsung menghampiri Nabila.
Nabila mengangguk. Perempuan itu melangkah masuk ke dalam ruangan dengan penuh rasa cemas. Ia menutup pintu ruangan dan duduk di kursi yang sudah di sediakan, tepatnya di hadapan asesor.
“Nabila dari SMK Palapa. Benar bukan?” tanya Pak Yudi,asesor.
“Iya Pak.” Jawab Nabila.
“Gimana kemarin ujiannya, lancar? Bisa ngerjain semuanya?” tanya basa basi asesor itu.
“Alhamdulillah Pak. Tapi saya sempet panik di spreadsheet Pak, soalnya waktunya mepet banget, terus yang di sheet terakhir, saya gak pake rumus yang seharusnya.” Jawab Nabila.
“Oh begitu, baiklah langsung saja ya. Tetapi sebelum saya memberi tahu hasilnya, Nabila harus siap menerima dengan ikhlas apapun hasilnya. Kamu siap?” tanya asesor itu.
Jantung Nabila semakin terpacu dengan cepat, ia mengangguk perlahan “Iya Pak, saya siap.”
“Baiklah… hasil dari ujian selama dua hari kemarin. Nabila dengan nomor ujian 08692826, perwakilan dari SMK Palapa, anda sebagai asesi yang diuji oleh saya Pak Yudi, sebagai asesor dinyatakan lulus….tujuh dari tujuh kompetensi yang diujikan. Selamat kamu dinyatakan kompeten.” Ujar Pak Yudi.
Nabila merasa sangat lega dan bersyukur, ia meraih jabatan tangan dari asesornya itu. “Saya lulus Pak? Beneran?”
“Iya, apa saya perlu membacakan nilai nilainya?” tawaran Pak Yudi setelah melepaskan jabatan tangan itu.
Nabila mengangguk semangat. Lalu Pak Yudi membaca salah satu kertas yang ada di atas mejanya.
“Nabila, nomor ujian 08692826, nilai ujian kamu semuanya dinyatakan sempurna, kecuali untuk spreadsheet , nilai kamu 90, yang lainnya nilai kamu 100.” Jelas Pak Yudi.
“Alhamdulillah.” Ucap syukur Nabila.
“Selamat ya, Nabila. Tetapi jangan merasa puas dengan hasil kamu sekarang, saya merekomendasikan kamu untuk lanjut ke ujian level berikutnya dan saat kembali ke sekolah nanti, jangan lupa untuk berbagi ilmu yang telah kamu dapatkan dari sini kepada teman-teman kamu di sekolah. Mengerti?” ujar Pak Yudi.
“Mengerti Pak, sekali lagi terimakasih Pak.” Ucap Nabila.
“Iya, sekarang kamu boleh keluar dan untuk sertifikatnya, akan jadi sekitar tiga bulan ke depan. Jadi ditunggu saja ya.”
“Iya baik Pak, saya permisi Pak.”
Nabila pun melangkah keluar ruangan, saat pintu ia buka, teman-temannya langsung menghampirinya layaknya seorang wartawan yang sedang mengejar berita dari artis yang ingin diwawancarainya.
“Gimana Bil, kamu lulus kan?” tanya Intan.
Nabila langsung memeluk temannya itu “Alhamdulillah, Ntan, aku lulus, aku dinyatakan kompeten.”
Intan membalas pelukan itu “Alhamdulillah, tuh kan apa aku bilang, kamu lulus.”
“Makasih ya, Ntan. Maaf aku ngerepotin kamu kemarin kemarin pas aku sakit.” Nabila perlahan melepas pelukannya itu.
“Iya Bil, sama sama. Yaudah kita kabarin yang lain ya kalau kita udah dinyatakan kompeten.” Ujar Intan.
Nabila dan Intan pun masing-masing membagikan kabar bahagia itu kepada orang-orang terdekat mereka, mulai dari keluarga, para sahabat dan teman, serta tentunya orang spesial lainnya, seperti Hafi, bagi Nabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...