44. Mula Berakhir

451 36 0
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa tekan tombol bintang nya terlebih dahulu.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

------

Bermula dan berakhir.

Dua kata yang bertolak belakang namun selalu bertemu dalam setiap keadaan. Jalannya hidup tidak ada yang tau dan mengerti.

Apakah hidup ini sedang berada pada sebuah awal cerita atau bahkan tanpa kamu sadari, kamu sudah berada di penghujung akhir? Tak terduga, tak dapat ditebak, dan harus dijalani.

Mungkin itulah prinsip kehidupan.
Alur kehidupan yang sulit ditebak pun dialami oleh Hafi dan Nabila. Sepertinya baru kemarin mereka bertemu, berpisah, lalu bertemu kembali hingga bersama.

Sudah setengah tahun bersama, membuat Hafi dan Nabila saling mengenal satu sama lain lebih dalam. Keadaan masing-masing dari mereka pun berubah seiring berjalannya waktu.

Hafi yang selalu bekerja keras dan Nabila yang juga sedang berjuang keras menghadapi status kelas 12 yang kini digelarnya. Menjadi anak kelas 12 tentu tidak mudah, banyak sekali cobaan dan permasalahan yang muncul. Ujian, ujian, dan ujian. Lalu dihadapkan pada situasi “setelah lulus akan kemana?”.

Tak hanya ujian-ujian sebagai murid kelas 12 yang akan dihadapi oleh Nabila, tetapi ujian-ujian dalam hubungannya bersama Hafi pun tak selalu mulus dan mereka harus siap dengan masalah di depan sana.

Terutama untuk Nabila yang kini harus selalu memprioritaskan sekolahnya tetapi harus tetap membagi waktunya bersama Hafi.

Hari Jumat.

Motor matic yang tak asing itu berhenti di depan rumah Nabila.

“Ini, Fi. Makasih ya.” Ucap Nabila setelah turun dari motor Nabila sembari memberikan helmnya kepada Hafi.

“Iya sama sama, Bil. Kamu masuk gih, langsung istirahat, besok saya jemput jam tiga ya.” Ujar Hafi.

Raut wajah Nabila seketika berubah. Ia seperti menahan sesuatu untuk diungkapkan kepada Hafi.

“Hmm…” Nabila bergumam pelan seperti ingin mengungkapkan sesuatu, namun ragu.

“Kenapa, ada yang mau kamu omongin?” Tanya Hafi seolah mengerti dengan keinginan terpendam pacarnya itu.

Nabila mengangguk. “Jadi gini Fi, tadi di sekolah, Nabila kepilih untuk ikut olimpiade akuntansi gitu.”

“Iya bagus dong, terus kenapa?”

“Olimpiade nya tinggal dua minggu kurang lagi, Fi. Dan… dan besok itu hari pertama latihan untuk persiapan lomba, karena kan lombanya tinggal bentar lagi, jadi mungkin Nabila akan sibuk dua minggu ke depan untuk persiapan lombanya.” Jelas Nabila.

“Jadi maksud kamu, kita besok gak jadi pergi, lagi?” Tanya Hafi dengan nada kecewa.

“Iya,Fi. Nabila minta maaf ya.”

Hafi menghela napas berat. “Emang kalau gak ikut latihan gak boleh? Atau izin cuma ikut latihan sebentar?”

Nabila menggeleng pelan “Kamu kan tau Fi, Nabila dari dulu pengen banget ikut lomba-lomba kayak gini, dan sekarang adalah kesempatannya Nabila.”

“Tapi kan kita udah sepakat untuk jalan besok, Bil.”

“Kan masih ada waktu lain, Fi.”

“Waktu lain? HAHAHA. Bahkan ini bukan sekali atau dua kali kamu batalin rencana jalan kita. Kamu sadar gak sih Bil, udah hampir dua bulan ini, kita gak pernah jalan berdua bareng, semenjak kamu kelas 12, kamu selalu sibuk dengan urusan sekolah kamu. Saya ngerti kok Bil kalau sekolah prioritas kamu, dan itu hal penting, tapi gak melupakan hubungan kita juga kali, Bil. Senin sampai Jumat kamu selalu sibuk sekolah bahkan sampai kayak lembur tuh sekolah, Sabtu, kamu sibuk kerja kelompok, dan saya gak mungkin ngajakin kamu jalan Minggu, karena gak dibolehin sama Mama kamu. Terus kapan kita bisa punya waktu berdua, Bil?” Hafi mengeluarkan uneg-uneg nya kepada Nabila.

Nabila merasa bersalah saat mendengar penuturan panjang dari Hafi itu. Ternyata cowok itu tidak merasa baik-baik saja saat Nabila selalu membatalkan rencana jalan mereka.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang