Sesampainya dirumah, aku turun dari motor Dyfal. Lalu menenteng kresek belanjaanku tadi di supermarket.
Dyfal pamit, aku mengangguk dan melambaikan tangan padanya. Kutatap motor Dyfal yang lama-kelamaan hilang dikelokan jalan.
Kubuka pintu gerbang depan rumah, lalu kumasuki rumah yang setengah hari kutinggal. Sepi.
Rumah ini hanya ada aku saja sepanjang hari, karena keluargaku sedang keluar kota semua.
Ayahku bekerja sebagai TNI-AL di Surabaya, sedangkan ibuku di Bandung, menjaga kakekku yang sakit-sakitan.
Kakakku? Dia sedang kuliah di Jepang, jadilah sekarang aku sendirian dirumah sederhana di Jakarta.
Kunaiki tangga menuju lantai dua, kamarku yang kebetulan ada di lantai dua. Kujatuhkan tubuhku ke kasur. Rasanya kasur adalah surga dunia bagiku, dapat menghilangkan rasa penat seharian.
Kulirik jam dinding dikamar, sudah pukul lima sore lebih. Aku memutuskan untuk mandi dahulu.
setelah sibuk menikmati dinginya air sore, aku turun menuju dapur untuk membuat santapan malam.
Kali ini aku mebuat ayam goreng dan nasi goreng sederhana. Setelah beres, aku meletakkannya ke meja makan. Persis saat aku meletakkannya, seseorang mengetuk pintu. Segera kubuka pintu depan.
Kulihat mbak Nilta datang membawa jus buah. Aku tersenyum, menyuruhnya masuk. Mbak Nilta segera menaruh dua gelas jus buah itu kemeja makan.
"Wah masak apa nih? Baunya enak deh. Mau dong." Katanya, aku mengangguk dan mengambilkan piring untuknya.
Mbak Nilta, adalah tetanggaku yang selalu mampir kerumah untuk menemaniku, agar aku tak kesepian. Dan juga kakak kelas untukku. Bahkan dulu, semasa aku masih duduk dibangku SMP, aku ingin masuk ke SMA yang sama denganya.
Jadilah sekarang aku selalu meminta bantuan jika ada tugas dari sekolah. Atau meminta tolong menjelaskan kembali pelajaran yang tidak kumengerti.
"Besok ada ulangan apa nggak?" tanya nya disela kami sedang makan. Aku menggeleng, tanda tidak ada ulangan.
"Yaudah, kalo gitu nanti nonton Drakor terbaru, yuk." Ajak mbak Nilta, aku mengancungkan jempol.
Setelah kami asyik menghabiskan makan malam, aku berjalan menuju kamar dahulu, membiarkan Mbak Nilta yang masih sibuk membereskan tempat makan. Ku nyalakan laptop yang tergeletak di meja belajar, kubuka link yang biasa kugunakan untuk nonton Drakor.
Tak lama kemudian mbak Nilta datang sambil membawa beberapa camilan. Aku tersenyum, meraih beberapa camilan yang ia tawarkan.
"Nonton yang mana, Mbak?" Tanyaku setelah laptop tersambung dengan wifi.
"Yang ini lho! kayaknya keren deh." Sahut mbak Nilta. Aku mengangguk, lalu mengarahkan Cursor pada Drakor yang ditunjuk mbak Nilta.
Tak lama kami berdua ikut terhanyut dalam cerita, sibuk dengan tontonan yang memang menjadi kebiasaan kami setiap malam.
Pandanganku teralihkan ketika handphone ku berdering. Aku keluar kamar, segera kuangkat telefon yang tertera nama Dyfal disana.
"Halo. Apaan?" Tanyaku tanpa basa-basi, busuk.
"Waalaikumsalam. Udah makan belum?" Tanya Dyfal.
"Assalamualaikum. Udah" Jawabku malu, karena belum memberi salam tadi.
"Yaudah kalo gitu tidur, jangan nonton korea-korea. Bye." Pamitnya sebelum menutup percakapan. Aku menaruh handphone dengan malas, setengah tertawa karena tingkah kami di telfon barusan.
"Dyfal, ya yang telfon tadi?" tanya mbak Nilta. Aku mengangguk dan kembali melanjutkan nonton yang sempat tertunda tadi.
***
Holaaa aym kambek, maap klo typo ya heheJangan lupa teken tanda bintang ya, moga sukak ama ceritanya.
Kalo gak jelas maklum, baru pertama kali hehe
👌👌👌