Aku menelan ludah, kulilitkan lenganku ke leher kak Faiq. Lalu kami semua berjalan di jalan yang berbeda dari yang ditentukan.
Teman kak Faiq dibelakang kami hanya melihat dari belakang. sesekali mereka berbisik, lalu tertawa.
Aku melihat rambut kak Faiq, tanpa sadar, satu tanganku terlepas dari lehernya, lalu aku mengelus rambutnya perlahan. Kak Faiq sedikit tersentak, lalu menoleh ke arahku. Aku tersadar, lalu kembali melilitkan tanganku ke lehernya.
"Rambut kamu sekarang sudah lebih rapi. Gue suka kalo dikuncir kayak gini." Kak Faiq tersenyum, aku hanya menundukkan kepalaku di punggungnya.
Ya, benar. Aku menuruti saran kak Faiq. Menguncir rambutku setelah kegiatan makan siang tadi.
"Kenapa gue masih jomblo ya? Tuhan, tolong berikan aku jodoh yang rupawan. Amin!" Ucap salah satu teman kak Faiq.
Teman yang lainya tertawa. Aku bahkan juga ikut tertawa.
"Rupawan atau, perawan? hahaha." Canda salah satunya, Kali ini mereka semua terbahak.
"Yeh, kalo nggak perawan gue nggak mau. Kurang." Jawab cowok yang tadi, kami semua terbahak-bahak.
"Kak, Temennya yang itu namanya siapa?" Tanyaku ke kak Faiq. Kak Faiq menoleh, membalikkan badan, sehingga aku dapat menatap teman-temannya.
"Yang kanan sendiri, Ghata, yang satunya Ilyas yang tadi minta jodoh. Satunya yang kiri, Fiyan, yang juga minta jodoh perawan." Kak Faiq kembali membalikkan badan, lalu kembali berjalan.
"Kamu sendiri, siapa namanya, dek?" Tanya kak Ghata, aku menoleh ke belakang.
"Swara." jawabku, mereka semua ber 'oh' pelan. Lalu kami melanjutkan perjalanan.
"Masih perawan kan, dek?" Tanya kak Ilyas, aku terkejud, kak Faiq menghentikan langkah.
Aku menoleh ke arah kak Ilyas, melotot. Tak mau menjawab, memangnya aku ini apa? mereka semua tersenyum eneh, aku jadi takut, juga malu.
"Kita udah mau sampe, nggak usah banyak omong, entar keburu lukanya Swara makin parah." Sahut kak Faiq, lalu melanjutkan perjalanan kami. Aku terdiam, teman-teman kak Faiq juga terdiam.
***
Akhirnya kami sampai di pos terakhir, panitia bilang, kelompok kami datang paling awal. Aku sedikit terkejud, paling awal? kelompokku? apakabar dengan Hilfi? ini bukan kelompokku, gumamku. Kak Faiq menyuruhku diam, tak banyak tanya, lalu kak Faiq membawaku ke tenda kesehatan.
Setelah lukaku terobati, aku menunggu didekat api unggun. Menunggu kelompokku dan Hilfi. Banyak kelompok lain yang sudah datang, aku semakin khawatir. Aku mencoba mencari Hilfi, tak ada, nihil hasilnya.
Apa Hilfi sama yang lainnya tadi nyarikin gue ya?
Aku berdiri, bangkit dan berjalan perlahan menuju tendaku. Mungkin Hilfi tadi langsung ke tenda.
Tapi tak ada, hany tenda yang masih tertutup rapat. Aku memutuskan untuk berbaring di sleepingbag. Menunggu Hilfi, sambil tiduran.
"SWAARAAAA!!!" Terdengar teriakan dari luar tenda, aku bangkit lalu keluar dari tenda. Kulihat Hilfi berlari menuju tenda, dengan raut muka yang lelah, juga marah dan bingung mungkin.
Aku bersembunyi, segera kututup tenda, dan beranjak tidur.
***
ADUUH, DEDEK PERAWAN
Btw, tergupuh-gupuh aing mbuat yang ini. nggak ada ide.