AUTHOR POV
Naden berjalan dibelakang Ali, masih menundukkan kepala. Sedangkan Ali yang jalan dahulu sebelum Naden, hanya tersenyum kecut, capek dengan suasana canggung.
"Den, mau makan dulu apa langsung gue tembak?" Tanpa basa-basi, Ali langsung bertindak. Naden yang mendengarnya hanya tersentak.
Naden menggeleng. "Mau beli minum dulu ajah." Ali mengangguk, lalu menggandeng tangan Naden. Sedangkan Naden tersipu malu.
Mereka akhirnya mampir disalah satu penjual minuman yang sangat ramai. Naden yang mengusulkan membeli minuman disini, katanya enak. Ali hanya menuruti Naden saja, toh habis ini Naden bakal jadi pacarnya
Ali duduk disalah satu kursi mall, Naden mengikuti Ali, ikut duduk dan menyeruput minuman es-nya.
"Tunggu sini dulu, yang. Aku mau beli sesuatu dulu." Ali beranjak, meninggalkan Naden yang masih asyik memainkan sedotanya.
Ali kini berjalan menuju toko perhiasan, ingin membelikannya untuk Naden. Rasanya sih, ingin melamar langsung, tapi takutnya ditolak, kan jadi malu. Tapi Ali mikir-mikir lagi, apa langsung dilamar aja yah?
Ali menggeleng, bukan keputusan yang benar.
Ali berkeliling dari satu rak ke-rak lainya, mencari-cari cincin yang cocok ditangan najis Naden. Kan nggak cocok tangan najis pakai berlian, takutnya berlianya langsung rontok.
Gerkan Ali terhenti ketika meliaht kalung, bukan cincin, melainkan kalung yang sangat sederhana-dan harganya juga murah. Kalung dengan warna kuning keemasan, dan memiliki lampion bertuliskan 'N'. Ali tersenyum, membawanya kekasir dan membayarnya.
Naden menunggu Ali cukup lama, katanay mau nembak, kok lama banget sih, masa' iya mandi di mall dulu.
Tak lama, Naden melihat sosok Ali berjalan kearahnya, sambil mebawa kantong kecil.
"Yuk, pulang." Ali mengulurkan tangannya. Naden hanya melongo, tapi tetap mereka berjalan beriringan, dengan tangan Ali yang menggandeng tangan Naden.
Mereka berdua menaiki lift, hanya berdua saja.
"Sayang, kamu mau nggak dikasih kalung, tapi ada syaratnya." Ali cengengesan memberikan kantong kecil itu ke Naden.
Naden hanya melihatnya, tapi menerima bunkusan itu juag. "Apa?"
"Yah, kita pacaran kalo kamu nerima kantong ini." Ali tersenyum. "Mulai besok aku bakal anter jemput kamu seterusnya, sampei kita juga punya anak."
"Yaelah, ngebut banget sih pingin punya anak. Btw, makasih buat ini."
***
Dyfal terlelap dikamar bang Akfa. Swara tadi hanya tiduran sebentar, lalu tengah malam bangun untuk membuat kue. Perlahan-lahan Swara menuruni tangga, agar taidak mengganggu mimpi Dyfal yang sangat terlelap.
Swara mulai membuka kulkas, menncari bahan-bahan yang ada. Tadi lupa tak membeli bahan-bahan buat bikin kue, jadinya sekarang Cuma bikin pake bahan seadanya.
Kubuka laci dapur, mencari tepung-bagaimana mungkin bisa membuat kue tanpa tepung? Hening, kini bahan0bahan tersebut sudah lengkap, tinggal bikin kuenya aja.
Swara semakin sibuk, mulai mencampurkan bahan, mengocok nya dan lain-lain. Swara memasak salam sunyi, tak ada yang membantunya, hanya bunyi detak jam yang berbunyi teratur.
Bahan-bahan sudah tercampur, kini Swara memasukkan loyang kue ke dalam oven. Lalu diaturnya suhu oven yang pas, memastikan agar kue tidak gosong nantinya.
20 menit Swara harus menunggu. Swara emnunggunya sambil duduk santai dimenaj makan, menyeruput kopi hitam manis. Aku berusaha mati-matian menahan kantuk, pahitnya kopi tak berpengaruh bagiku.
1
2
3
Swara sudah terlelap, membiarkan begitu saja kue yang sedang diovennya itu. Apa tidak gosong?
DYFAL POV
Aku sangat nyenyak tidur dikamar milik kakak Swara. Dinginya AC, juga suasana yang berbeda ketika aku merebahkan diri. Nyaman..., itulah yang kurasakan, walau tadi sempat bertengkar dengan Swara soal game.
Emangnya kenapa sih, cewek kalo lihat cowok main game, bawaanya pingin ngamuk terus. Padahal cowok kalo lagi main game itu butuh pelampiasan, harus pake apalagi lho buat pelampiasan?
Lagian akutuh udah bosen bantuin mamah di kafe, terus sama tugas-tugas dari sekolah.
Dyfal berniat nginep kerumah Swara hanya ingin melampiaskan nasib sialnya diumur sebelumya. Besok pagi dia sudah mempunyai umur baru dan mungkin beberapa hal yang akn berubah sama Dyfal.
Sebenarnya aku belum terlelap, hanya saja saat aku mendengar langkah kaki berjalan menuruni tangga, aku langsung bersiaga. Takut-takut terjadi sesuatu, nggak mungkinkan Swara mau ke toilet turun tangga, dikamarnya sudah ada toilet.
Aku hanya membiarkan langkah kaki yang makin lama makin hilang dari pendengaranku. Kubuka hpku, kunyalakan alarmuntuk membangunkanku dari alam mimpi.
Ini bukan rumah gue, takutnya ngrepotin yang punya rumah kalo gue malu-maluin.
Dyfal membuka salah satu grup chat yang sangat ramai, nggak pagi, siang, sore sampai ketemu sore, grup chat ini yang paling banyak notifikasinya.
Aqdadaii : anjir, gue denger-denger Ali udah jadian sama si Naden itu
Bimabi : tau dari mana lo, nying?
Luckythie : laki yang tak sempurna_-
Aoelianromero : Hahaha, berarti waktu dirahim emaknya Aqda, dia cewek. Eh, waktu mbrojol jadi cowok ;')
Gilangdr : berarti selama ini Aqda meluk-meluk gue, paling ngajak homo bukan?
Dyffal.dif : Dosa teman.., gak boleh suudzon gitu
Aqdadaii : -______-
Eh, Dyf, lo sekarang lagi nginap dirumahnya Swara ye?
Aoelianromero : Lo nidurin anak orang? Buset Duf, kenapa gak main solo aja
Daffa.df : apaansih_- ngak gitu kok, Swara udah tidur dikamar, gue tidur dikamar kakaknya.
Luckythie : Kirain:>
Bimabi : Lucky udah gak tobat nih
Heydarali mengetik...
Dyffal.dif : Eh, kok bauk gosong ya?
Gilangdr : Sejak kapan kentutnya Ali bau gosong?
Dyffal.dif : Eh jangan canda dong, ini benran kayak bau gosong gitu.
Heydarali mengetik...
Luckythie : Jangan-jangan...
Heydarali mengetik...
Dyffal.dif : Doa restu buat Ali.
Off
***
Gimana-gimana? Vote kuy. Vot,vot,vot voote.
Maap kalo banyak banget typo-nya, nanti komen aja dikalimat yang ada typo. Biar cepet aku betulin ;p
Btw tuh kemarin malem udah update, ampe 1000kata lebih njir, gak kerasa.
Aku bakal bikin cerita lagi nih.. tapi kalo "S W A R A" yang nge-vote udah banyak.
DITUNGGU YAH, Jangan deh gak usah ditunggu, nunggu itu capek-Swara