22. bikin kue lagi

26 9 10
                                    

Dyfal menuruni tangga, terlihat asap hitam pekat didekat dapur. Buru-buru Dyfal mendekat, mendapati gadis yang terlelap dimeja makan, dan asap yang mengepul dari dalam ove.

"Astaghfirullah. Ra, ini kenapa lo tidur disini?" Dyfal menggoyang-goyangkan badan Swara, sedangkan Swara hanya meracau tak jelas.

Dyfal panik, jangan-jangan tadi yang turun dari tangga Swara. Terus, Swara melakukan aktifitas tanpa sadarkan diri?

Bulu kuduk Dyfal berdiri, seperti ada aura-aura negatif didekat dapur.

"Ya tuhan, andai aku jadi tumbal, tolong masukkan aku kesurga mu." Dyfal berdoa sungguh-sungguh. Bukan doa candaan, yang tak ikhlas disampaikan.

Gue harus padamin asap didekat oven, biar rumah ini gak bau asap. Terus ini siapa yang nyalain oven? Jangan-jangan si hantunya.

Dyfal geleng-geleng kepala, lalu mengambil kain lap yang sudah dibasahi sedikit air. Perlahan-lahan asap mulai menghilang, tetapi bau gosong masih menyebar kepenjuru rumah.

Sekarang waktunya bangunin si bucin, meminta penjelasan kenapa Swara bisa terlelap didapur. Juga, apakah benar yang membakar dapur adalah si hantu yang ada dalam bayang-bayang Dyfal?

"SAHUUUUUR, SAHUR!!" Dyfal berteriak sangat kencang, berusaha membangunkan Swara. Sedangkan Swara...,

"Hoooem, gue lagi dateng bulan nih. Nggak ikut puasa." Swara meracau, Dyfal hanya melongo melihat sahabat beda suku beda kelamin itu.

Buset nih anak, kalo udah berkeluarga suaminya gimana ya?

Dyfal berpikir, berusaha keras membangunkan Swara. "HOOOEY, KEBAKARAN, KEBAKARAAN!!!" teriak Dyfal semakin menjadi-jadi.

Swara tersentak, mengerjap-ngerjap, berusaha membuka matanya.

"Dyfal kok tambah disini? Sonoh, bantuin tetangga madamin api!" Dyfal menarik nafas perlahan, lalu membuang nya kasar.

"ISTRI-ku..., ini aku tadi habis liat ada asap hitam didekat oven. Kira-kira ulah siapa ya?" Dyfal menekankan kata-katanya pada kata "Istri."

"HAH, BERCANDA KAN LO, MBING?" Swara berdiri, berlari menuju tempat oven yang sudah hangus.

Swara mengatupkan tangannya, mulutnya berkomat-kamit.

"Duh, Dyf. Maaf yah, ini kue buat ultah kamu yang gosong." Swara mendekati Dyfal, kepalanya menunduk.

"Oh..., jadi lo mau bikin kue tapi lo tinggal tidur? Iya." Dyfal mengangkat kepala Swara, agar mereka bisa berhadap-hadapan.

"Maaf." Swara kembali menunduk, tak berani menatap Dyfal yang wajahnya—sepertinya sangat kesal sekali—ya mana gak kesel.

"Maaf, maaf. Pale lo." Dyfal berjalan kearah kulkas, mengambil minuman sambil menceramahi Swara.

"Ya tapikan ini juga buat ngerayain ultah lo, Dyf." Swara berusaha mendukung dirinya.

"Emang gue minta dirayakin?" Swara kembali menunduk, sudah skakmat ia, jika berbicara dengan cowok itu.

"Kan gue udah bilang... nggak usah ngasih gue apa-apa. Gue Cuma mau persahabatan kita langgeng." Dyfal mulai melunak, menatap Swara yang menunduk lesu.

"Kalo ada kejadian kayak gini siapa yang repot? Nanti gue yang bisa dimarahin nyokap lo."

"Maaf." Kembali kata-kata itu terucap dari bibir Swara.

"Nggak usah ngelaku-"

"Gue juga pingin ngasih lo hadiah. Seenggaknya, walaupun kasih sayang udah spesial bagi lo. Gue juga ingin memberikan sesuatu yang spesial... lebih dari kasih sayang!" Swara memotong kalimat Dyfal, sedangkan cowok yang mendengarkan hanya melotot, terkejud.

24.00

Dyfal tersenyum. "Kalo gitu, gimana kalo bikin kue lagi? Tapi sama aku, jadi biar cepet selesai." Dyfal menatap Swara penuh keyakinan, Swara mendongak, menatap senyuman Dyfal.

"Terus, sama oven-"

"Kita bagi tugas. Lo bikin adonan kue, gue beresin sisa-sisa kekacauan tadi. Lagian, kayaknya, ovennya nggak rusak kok."

***

01.46

Dyfal duduk dimeja makan, punggungnya tersa nyeri. Swara yang melihat sahabatnya seperti itu, langsung mengambilkan minuman.

"Aduh, calon istri. Makasih." Dyfal cengengesan, Swara melotot.

Swara mengambil lilin, menempelkan beberapa lilin di kue ulang tahun Dyfal. Lalu setelah beres, Swara menaruh nampan kue tersebut dimeja makan. Perlahan, menyalakan lilin untuk Dyfal.

"Tiup lilinya, tiup lilinya sekarang juga..." Swara bersenandung, Dyfal tersenyum melihat Swara yang mungkin sangat bahagia.

"Yuk ditiup Dyf." Swara menyentuh lengan Dyfal yang memegangi nampan.

Dyfal segera meniup lilin tersebut. Swara bertepuk tangan, Dyfal masih tersenyum melihat tingkah Swara jika seperti ini.

"Udah, dipotong tuh kuenya. Rasanya kayak apaan tuh?" Dyfal mencolek cokelat leleh yang menghiasi kue itu, lalu menjilatnya.

"Hm, gimana rasanya?" Tanya Swara sambil sibuk memotong kue.

Dyfal terdiam. "Yaampun, Ra."

"Eh, kenapa Dyf? Enggak enak ya." Muka Swara langsung cemberut. Dyfal terkekeh melihat Swara.

"Enak kok, cuman kurang manisan dikit. Nih coba." Dyfal menyodorkan jarinya yang terdapat coklat leleh menetes.

Swara tanpa pikir panjang, langsung mengemut tangan Dyfal. Dyfal melotot, menatap jarinya yang diemut oleh Swara.

"Um, iya enak kok." Swara tertawa polos.

"Najis iyuh, tangan gue 'kena ludah lo goblok."

Swara mengedikkan bahu, tanda bodo amat. Swara mengambil beberapa potongan kue yang diirisnya besar-besar, lalu membawanya kekamar.

Dyfal menyusul, mengikuti langkah Swara dari belakang, sambil membawa beberapa botol air mineral dingin.

Mereka berdua asyik dengan dunia milik Tuhan, hanya ada suara dentingan sendok.

"Oh iya, Dyf. Gue ada kado nih buat lo." Swara beranjak, meraih kantong berisi hodie. Lalu memberikanya ke Dyfal.

Dyfal menerimanya bingung. "Apaan lagi sih, ini?"

"Dibuka dulu dong, buta." Swara gemas.

Dyfal membuka kertas yang membungkus hadiah itu, perlahan-lahan, mulai terlihat warna keabu-abuan.

"Lo ngasih gue CD?" Dyfal menatap Swara heran

Swara mendengus. "Kalo pingin dibeliin CD, kenapa gak bilang dari tadi. Gue susah payah nyari hodie bermerek kayak gini."

"Oh iya nih, hodie. Tulisanya 'Love' kalo ditempelin kayak gini." Dyfal mendekatkan sepasang hodie tersebut, tersenyum sumringah.

"Yang buat cowok, tulisanya 'Lo'." Swara menjelaskan, seperti mengajari Dyfal membaca.

"Terus yang cewek dikasihkan siapa?" tanya Dyfal. Swara langsung menaik turunkan alisnya, memberi isyarat. Tetapi...

"Oh iya, Ra. Bantuin gue deketin mbak Nilta, ini hodie satunya dikasihkan dia aja ya."

Swara terdiam, memasang muka datar.

"Nanti lo bantuin gue nembak mbak Nilta ya? Kalo diterima, bakalan gue kasih hodie ini."

JLEB!

***

Halo gaes, kira-kira Swara mau bantuin Dyfal nggak ya?

Maap kalo typo, ingetin lagi ya... caranya Cuma komen dikalimat yang ada typo-nya. Nanti biar aku langsung benerin. 

s w a r aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang