Sudah setengah jam aku berkutik di mall, mencari kado yang pas untuk Dyfal. Walaupun dia nggak butuh kado, seenggaknya aku pingin kasih hadiah. Hadiah yang spesial setiap tahun, walaupun jika diberi kasih sayang sudah spesial, mungkin dikasih barang juga spesial.
Swara memegang dua kaos, menimbang-nimbangnya, mencari yang pas untuk Dyfal.
"Mbak, nggak ada warna yang lain?" Swara menaruh dua kaos tersebut digantungan sebelumnya.
"Maaf kak, Cuma itu yang ada. Gimana kalo kakaknya jahit baju sendiri." Tawar mbak SPG. Swara menggeleng, tak mungkin.
Swara berjalan menuju rak baju lainya, masih bimbang memilih hadiah yang cocok. Kalo dikado buku, dianya gak suka baca. Kalo dikasih kaos, Dyfal juga udah punya banyak, Ihh...
Swara menggaruk kepalaanya yang tak gatal, terus berjalan menyusuri mall. Swara memutuskan untuk membeli minuman dahulu, menghilangkan dahaga, juga kaki yang kebas.
Swara membuka hp nya, membuka beberapa chat yang belum dibuka.
Xniltaa : Kamu kemana? Aku tadi main kerumah kamu, kamunya gak ada.
Ra, kemana sih? Ini ada Dyfal lho!
Aku terkejud, segera kubalas pesan dari mbak Nilta. Takutnya nanti si mbak Nilta khawatir, trus diapa-apain sama Dyfal.
Hnfaaswara : hehe, maaf mbak, jadi khawatir.
Ini nih mbak, si Dyfal besok ultah. Aku mau cari kado.
Lama tak dibalas, aku memutuskan untuk kembali berkeliling.
Swara menaiki lift, menuju lantai paling atas. Mencoba mencari barang-barang yang bagus. Pandangan, Swara beralih ketika melihat sepasang hodie kembar dari balik kaca toko.
Swara tertarik, memasuki toko tersebut. Melihat-lihat beberapa model yang membuat Swara semakin tertarik. Kulihat hodie berwarna abu-abu yang menjadi warna kesukaanku, juga Dyfal.
Hodie itu jika didekatkan, maka akan membentuk tulisan, Love. Swara mengambilnya, memilih hodie yang berwarna abu itu.
Kalo gitu Dyfal yang hodie bertuliskan 'Lo' sedangkan aku yang 'Ve'. Baiklah, Swara membeli baju itu, membawanya kekasir.
"Wah, mau dibuat kado pacarnya ya, kak?" Tanya mbak kasir. Aku hanya tersenyum, mungkin karena tulisan Love itu.
"Enak ya, udah nggak jomblo lagi." Ucap mbak disebelahnya. Kembali Swara hanya tersenyum.
Swara mengambil kantong belanjaannya. "Makasih, ya." Swara berlalu, keluar dari mall.
"Kakak yang tadi aja cantik, gimana sama pacarnya ya?" mbak kasir masih mengguman tak jelas.
***
Swara memasuki rumahnya, membuka pintu. Memberi salam, terdengar jawaban dari lantai atas, segera aku menemui Dyfal dan mbak Nilta yang bermain dikamarku.
Bermain apa?
"Lho, Dyfal mana mbak?" Tanyaku sesampainya dikamar. Kulihat mbak Nilta sedang membaca novel sambil tiduran dikasur.
"Dikamarnya bang Akfa, lagi main PS. Oh ya, kamu kado apa?" kata mbak Nilta sambil meraih kantong belanjaan.
Swara tersenyum, mendekatkan kantong belanjaan agar mbak Nilta dapat melihatnya. Swara mengganti bajunya, lalu menguncir rambut panjangnya.
"Gimana mbak, kira-kira cocok nggak ya sama Dyfal?" Swara meminta pendapat mbak Nilta.
Mbak Nilta tersenyum, menunjukkan gigi-giginya. Aku juga ikut tersenyum, duduk disamping mbak Nilta.