"Kalian pulang duluan aja, aku ada rapat osis." Zara menyahut, meninggalkan kami yang sedang asyik mengobrol.
"Ok." Hani yang menjawab.
Kami berjalan bersama, asyik mengobrol. dan kebanyakan yang punya bahan gosip pasti turah.
"Eh, gue kok curiga yah, sama Zara." Zhafia seperti biasa, membuka obrolan dengan gosip.
"Mulai nih." Naden nyelutuk.
"Ih, ini beneran. Gue curiga sama Zara dan Aqda."
"Emang kenapa?" Tanyaku, ikut nimbrung dalam percakapan. semuanya langsung memasang telinga, siap mendengarkan berita panas.
"Menurut gue ya, eh dengerin. Menurut gue, Zara sama Aqda punya hubungan serius." Kami berhenti melangkah, berusaha mencerna kalimat Zhafia.
"Serius gimana nih?" Jua makin penasaran, begitu juga dengan kami.
"Sebenarnya, aku juga pernah sedikit curiga. Kenapa nama Add Line Aqda dan Zara sama. Aqdadaii dan Zaararai. Sedikit berbeda memang, tapi..." Aku tak melanjutkan kalimatku.
"Kalian masih inget nggak, yang waktu itu Aqda balikin utang air mineral ke Zara?" Kami semua kompak mengangguk.
Zhafia mengepalkan tangannya. "Nah waktu itu gue pulang telat, soalnya lagi nunggu taxi. Gue 'kan ada dilantai bawah, sementara waktu itu gue lihat Aqda sama Zara diparkiran pulang bareng."
"Waduh, berarti Zara udah nggak jomblo dong?" Finda nyelutuk.
"Aqda kok doyan yah, sama Zara?" Aku terkekeh mendengar candaan Bila. Hilfi memukul bahu Sabila pelan, tertawa.
"Ya yang namanya jodoh." Aku menjawab.
"Jodoh lo siapa emang?" Hani menyenggol lenganku, aku hanya menjawabnya dengan muka masam.
Saat kami sedang asyik tertawa mendengar berbagai candaan Bila, Dyfal datang. Kami sontak menoleh ke arah Dyfal, termasuk aku.
"Nyariin Swara nih ye." Ucap Dyana. Dyfal tersenyum, lalu mencari batang hidungku diantara kerumunan.
"Mana?" Tanya Dyfal mencariku. Semua sontak menoleh ke arah belakang.
"Tadi disi—kok nggak ada? Padahal disebelah gue" Bila panik, membuat teman sesama umat celingukan, mencari Swara.
"Buset, nyusahin banget." Naden, dengan malasnya ikut mencari Swara.
"Kalian ngapain?" Ali mendekati kami, lebih tepatnya mendekati Naden.
"Eh, Ali!!" Naden memeluk Ali, Ali balas memeluk Naden dengan mesra.
Kami yang melihatnya itu langsung jijik sendiri.
"Mentang-mentang udah punya cowok, Den. Main peluk aja." Dyana meliriknya sinis.
"Kalo mau pelukan, sama aku aja." Hilman tiba-tiba datang dan memeluk Dyana dari belakang.
"Aduh sayang, malu nih." Dyana berusaha melepaskan tangan Hilman yang memeluk perutnya agak ke atas, membuat Dyana geli.
"Aduh duh, mata gue kok kayak kelilipan kaca ya?" Sabila menyindir dua pasang kekasih yang bermesraan.
"Enak dong kelilipan kaca, jadi bening matanya." Finda dengan polosnya menjawab.
"Anggota PMR, tapi bego." Hilfi menyikut perut Finda. Membuat gadis polos itu mendesah kesakitan. (?)
"Yaudah, pulang yuk." Hilman menawari Dyana.
Tapi yang menjawab malah Naden. "Yuk!"
"Pacar kamu aku, sayaaaang." Ali mencubit pipi Naden.
"Ow, iya lupa. Kalo gitu kita pulang duluan ya." Naden dan Ali berlalu, disusul Dyana dan Hilman.
"Swara kemana yah?" Dyfal mulai cemas. Menyadari ucapan Dyfal, segera teman sesama umat kembali mencari Swara.
***
SWARA POV
Awalnya agak terkejud lihat Dyfal nyariin aku. Bukanya mau cari masalah sama dia, Cuma kayak nggak enak aja gitu.
Aku memutuskan untuk menenangkan diri di rooftop.
Aku kembali menaiki tangga, agak lelah memang, tapi ya... demi apa.
Aku menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya dengan kasar. Aku memilih duduk diatas bangku, sebenarnya tak banyak siswa yang datang ke rooftop. Hanya orang yang ingin menenangkan diri, atau menghilangkan patah hati.
Kupejamkan mataku, mulai menikmati semilir angin yang menerpa tubuhku. Membuat rambut panjangku bergoyang.
Tak lama, tiba-tiba saja terdengar suara petikan gitar. Kubuka mataku, melirik sekitar, hanya aku.
"Kok belum pulang?" Tanya seseorang membangunkan lamunanku.
Aku menoleh kebelakang. "Eh, kak Faiq." Aku menggeleng, menjawab pertanyaan kak Faiq tadi.
"Kenapa?"
"Um, lagi nggak mau pulang." Aku tersenyum, lalu kembali menatap pemandangan Jakarta.
Tak banyak kami bicara, suasanapun menjadi canggung. Kak Faiq sibuk bermain dengan gitarnya, sedangkan Aku melamun dan memikirkan banyak hal.
"Kak." Swara memulai kembali percakapan yang terputus.
"Hm?" Kak Faiq menjawab sambil terus bermain gitarnya.
Kutarik nafas dalam-dalam. "Kak Faiq sekelas 'kan sama mbak Nilta?"
"Iya, kenapa?" kak Faiq kini berpaling kepadaku, tapi tangannya masih usil memetik senar gitar.
"Andai hidup kita jalani semau kita ya, kak." Tatapanku kini kosong, sekosong hatinya yang entah terasa sesak didada.
"Hidup itu bukan karena suka dan duka. Tapi karena, seberapa tegar kita menjalaninya." Kak Faiq menatapku, yang entah gadis itu sedang memikirkan apa.
"Ra, aku ambil contoh aja nih ya. Misalnya, kamu didepan semua orang tersenyum, kelihatan banget kalo kamu bahagia. Tapi siapa sangka kalau senyumanmu itu hanya kepura-puraan saja?"
"Hidup itu kayak secangkir kopi. Pahit, tapi enak dirasa." Kak Faiq masih berbicara, entahlah, aku mendengarnya atau tidak. Seenggaknya kak Faiq juga bisa menasehati dirinya sendiri.
"Tapi, jika kopi itu terlalu pahit bagaimana?"
"Gimana maksudnya?"
"Nggak selamanya kopi juga pahit 'kan. Lama-kelamaan pasti pabrik juga bikin kopi susu, yang rasanya agak manisan dikit. Hidup juga nggak akan selamanya pahit, kadang juga manis." Aku menundukkan kepala, entah kenapa aku berbicara seperti itu.
"Ya, kadang aku juga berpikiran, kenapa hidup nggak semanis susu? Tapi sebelum susu itu diproses, rasanaya hambar. Susu itu harus menuggu dirinya diolah dulu oleh pabrik."
"Kenapa hidup nggak sehambar susu aja?"
"Ya karena hidup kita sudah sama seperti kopi. Jika kita ingin hidup kita hambar seperti susu, maka kita harus kuat dulu menjalani hidup sebagai kopi."
"Makasih kak." Aku menoleh ke kak Faiq, tersenyum.
"Hm, nggak usah sedih lagi." Kak Faiq memngelus rambutku, membuatku tenang sejenak.
Hidup itu seperti secangkir kopi. Pahit, tapi enak dirasa. Dan sebelum menjadi kopi susu, maka kita harus kuat menjalani sebagai kopi pahit. Jikakita tegar menghadapi semua, mungkin hidup akan berubah lagi menjadi teh manis.
***
:v duh aku maunya es jeruk.
Vot,vot,vot,voooote kuy vote, komen subscreb :p and share
Komen yang banyak dah, biar rame B)