25

31 9 7
                                    

Hubungan kita seperti simbiosis parasitisme.Yang satu diuntungkan sedangkan yang lainya dirugikan

Swara melambaikan tangannya, melihat sosok Dyfal yang lama-kelamaan hilang dikelokan jalan.

Kumasuki rumah, kubuka pintu dan memasukinya segera. Matahari sudah lama tumbang, digantikan oleh bulan yang lebih cocok bersinar di malam hari

Katanya si Dyfal, bakalan mampir lagi nanti malam. Aku hanya bisa mengangguk dan tak banyak bicara.

Swara menghempaskan tubuhnya dikasur, menikmati angin malam yang masuk lewat cendela kamar.

Mandi dulu ah, biar seger.Swara mengambil handuk, berjalan dengan langkah kaki dihentakkan, mengusir suasana sunyi.

Tak lama, Swara kembali dengan tubuh yang wangi dan kelihatan lebih frees.

Ting.

Swara mengambil hp-nya diatas nakas.

Faiqadzhana_ : Udah sampe rumah?

Hnfaaswara : Udah, hehe

Faiqadzhana_ : Udah makan?

Hnfaaswara :Blom nih

Faiqadzhana_ : Makan dulu gih, gak usah sedih lagi

Hnfaaswara : Iya.. entar aja.

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur, tiduran. Lagian sama nunggu janjinya Dyfal, katanya mau main lagi kesini.

Faiqadzhana_ : lg ada masalah ya?

Hnfaaswara : tau aja nih ;p

Faiqadzhana_ : Mau cerita?

Kalo gak mau gpp, nggak maksa.

Swara terdiam cukup lama, cerita, enggak, cerita, enggak, cerita. Duh, cerita aja gimana ya? Kan tadi kak Faiq juga udah kasih kultum.

Hnfaaswara : Gimana ya :v

Nanti kasih kultum lagi nggak kak?

Faiqadzhana_ : Yeee, nggak mau dikasih nasehat? Yaodah

Hnfaaswara : Yaudah ih, nggak jadi crita

Swara tertawa, sedikit terhibur dengan obrolannya tadi.

Faiqadzhana_ : yah, 'kan, T_T

Hnfaaswara : haha, besok aja gimana?

Waktu istirahat disekolah

Faiqadzhana_ : Bhay

***

Tak lama setelah Swara chatingan dengan kak Faiq, bunyi decitan pintu dibuka terdengar.

"Ra, makan yuk. Nih tadi mamah bawain makanan." Kata Dyfal dari lantai bawah. Segera Swara menuruni tangga dengan cepat.

"Belum makan 'kan?" tanya Dyfal. Swara hanya mengangguk, lalu mengambil kursi dihadapan Dyfal.

Sekarang mereka berdua makan dengan kesunyian, sibuk dengan diri sendiri.

Terlihat dari raut wajah Dyfal, dia tak sedang marah, dari tadi malah senyum-senyum nggak jelas.

"Dyf?" Swara memanggil dengan mulut yang masih mengunyah.

"Apa? Minum?" Dyfal menyodorkan segelas air. Cepat-cepat Swara menggeleng.

"Lo nggak marah?" Swara menatap Dyfal, takut-takut dia mengatakannya.

"Kenapa?" Dyfal balik bertanya.

Swara menghentikan kegiatannya sebentar, mulai serius dengan pembicaraan. "Yang tadi disekolah."

"Ya enggak lah, kan lo dari toilet." Dyfal mengernyitkan dahi, bingung dengan apa yang Swara ucapkan.

Ya, tadi disekolah Swara beralasan dari toilet, membuat Dyfal menghembuskan nafas lega. Juga mendapatkan ocehan dari teman sesama umat.

Swara mengangguk, kembali melanjutkan kegiatanya. Dyfal sudah selesai makan malam, menuju dapur dan mencuci piring.

Swara melamun, entah dia sedang memikirkan apa. Yang dia rasakan sekarang tak nyaman, sesak didada.

"Hoey, malah ngelamun!" Dyfal datang dan menggebrak meja, sontak membuatku terkejud.

"EH ANJING KESELEK. Buset Dyf, jantung gue mau copot." Swara melotot, sedangkan Dyfal hanya terkekeh

"Kalo jantungnya copot, berarti mati dong."

"Apaan lo, sahabat gak guna." Swara melirik Dyfal sinis. Menuju dapur dan mencuci piringnya, seperti kegiatan yang dilakukan Dyfal tadi.

"Ra?"

"Apa?! Mau nakut-nakutin?"

"Ish, mall yuk." Dyfal menemui Swara, membantu mengelap piring.

"Ngapain sih?" Swara meninggalkan dapur menuju kamarnya, diikuti oleh Dyfal.

"Katanya mau bantuin gue nembak mbak Nilta?"

Swara menghentikan langkahnya, terdiam cukup lama.

Apa? bantuin lo nembak kakak kelas? Untung gue apa? gue Cuma dapet sakit ngelihat kalian terus.

"Ribet. Ngapain lo nggak langsung nembak aja?" Swara menghentakkan kakinya kelantai, merasa kesal.

"Gimana caranya?" Dyfal memasuki kamar Swara duluan.

"Ya ungkapin perasaan lo." Swara duduk, mengambil hp-nya.

"Perasaan itu nggak bisa diungkapin, Ra. Bisanya dilakuin." Dyfal menatap Swara, sedangkan yang ditatap malah membuang muka.

"Gue bisa." Kutatap cahaya rembulan yang menyeruak lewat jendela. Membuat mata ini rasanya panas.

"Coba ungkapin perasaan lo sekarang." Dyfal membaringakan tubuhnya dikasur, berhenti menatap Swara.

"Gue, gue cemburu sekarang." Tanpa seizin Swara, air bening tiba-tiba menetes begitu saja. Perih rasanya.

***


s w a r aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang