Acara Meet and Greet untuk Swara batal, ia dikeluarkan dari dalam ruangan, karena di cap sebagai pengganggu. Aku menghela nafas, menunggu Jua di depan gedung Meet and Greet, bersabar.
Pukul 13.10 tinggal beberapa menit lagi Jua akan tampil. Tadi sudah ku telefon Gilang, menceritakan apa yang baru saja terjadi. Gilang marah besar, sampai niat untuk membeli telinga baru aku.
Akhirnya telefon terputus setelah Gilang capek marah-marah. "Nanti kalo udah balik, bakal gue marahin. Sekarang mau nyimpan tenaga." Ucap Gilang sebelum telefon terputus secara sepihak.
Swara bengong, menyandarkan tubuhnya di tembok. Menatap keramaian Jakarta. Hari yang benar-benar sial, tapi semoga besok dan kapan pun tak akan pernah terulang kembali ke sialan itu.
"Ra, udah." Jua membuyarkan lamunanku, Swara hanya menoleh, lalu berjalan mendahului menuju gedung.
Selama perjalanan, kami berdua terdiam. Jua merasa sangat berasalah, dia juga baru tahu bahwa di daerah dekat perlombaan diadakannya acara, Meet and Greet.
13.14 WIB kami memasuki gedung. Tapt saat kami memasukinya, Gilang datang tergesah-gesah. Mukanya memerah, sama sepertiku, menahan kesal. Jua menunduk sedalam-dalamnya.
"Lo urutan berapa? Empat puluh detik lagi, perlombaan lo di mulai." Gilang masih menghemat tenaganya untuk marah-marah. Menghela nafas berkali-kali. Atau memutar bola mata malas, sabar.
"G-gue, urutan dua—"
"Shit! Udah sana siap-siap." Gilang langsung mendorong Jua, menyuruh menyiapkan diri untuk tampil nanti. Swara cengo menatap kedua temannya itu.
Swara membiarkan Gilang mengoceh, memang saat ini salah Jua. Demi bertemu dengan penulis novel, menghadiri acara Meet and Greet nya. Gilang kalap, bolak-balik mondar-mandir, ia diberi amanah oleh kepala sekolah. Dan Jua adalah keponakan kepala sekolah.
Bagaimana nggak takut coba. "Entar deh, gue harus sabar. Sa-bar." Gilang menghela nafas tertahan. Menatapku yang senyum-senyum sendiri menatap layar Handphone.
"Menurut lo..., yang salah siapa, Ra?" Gilang duduk di sebelahku.
Ku tatap Gilang lamat-lamat. "TENTU YANG SALAH JUA LAH. GIMANA NGGAK SALAH, HEH. MALU-MALUIN AJA TUH ANAK. BENAR-BENAR MALU GUE TADI, COBA KALO LO ADA DI POSISI GUE. Hiks." Swara memberikan emosinya.
Gilang yang tadinya marah-marah, kini menatapku bingung. "Lang." Panggil Swara lirih, tenaganya mulai habis.
Gilang menatap Swara, Apa? "Lo pacarin aja tuh bocah, ajarin ke jujuran dan ke adilan." Swara menghembuskan nafas kesal.
"Gila lo. gimana gue bisa macarin dia? Polos mah dia." Gilang menggeleng-gelengakan kepala. Jari telunjuknya ikut menggeleng-geleng.
Tujuh detik lagi, peserta nomor satu akan tampil.
"Dyfal mana, Lang?" Tanyaku, mulai tenang sehabis teriak tadi. Gilang juga tak banyak bicara, mendengarkan MC mengoceh.
"Lo jangan manggil Lang! Lang! Gitu ah. Panggil Gil!" Gilang bersungut-sungut.
"Si..., bolaaang, si bocah petualang..." Swara cekikien bersenandung. Gilang sudah menimpuknya dengan botol air mineral.
"Asem!"
"Dyfal mana, Lang?" Swara sudah bersiap-siap untuk menghindar, mungkin Gilang akan manimpuknya lagi dengan botol, tau apapun itu.
"GUE—"
"Baiklah, acara yang kita tunggu sudah tiba! Kontes musik akan sangat spesial jika ada lomba menyanyi nya bukan? Kita bisa mendengar suara peserta yang berbeda-beda. Ada yang merdu, sedikit merdu, dan—"