Setelah acara tanding bola kemarin siang. Pemenang dari lomba antar kakak kelas dan tim klub Futsal, pemenangnya diraih oleh tim Futsal. Sebagai imbalan, kakak kelas mengajak beberapa siswa dan siswi untuk merayakannya.
"...., Ajak siapa aja dah, ketua klub, mantan ketua, siswa populer juga gak pa-pa. Oh ya, yang penting semua anggota klub musik nanti malem harus hadir!" Seru kak Ilyas, yang dibalas anggukan oleh kakak kelas lainya.
Dyfal mengajakku, mugkin karena dia anggota klub musik, dan aku yang ketua klub pecinta alam.
Swara menunggu sosok yang akan hadir menjemputnya. Dyfal berjanji untuk mengantarnya ke acara tersebut.
18.03
Dyfal tak kunjung datang, sudah terlambat tiga menit dari perjanjian. Swara mendengus, lalu kembali masuk kerumah karena tidak tahan dengan dinginya malam.
Gadis itu menaiki tangga menuju kamarnya, mungkin lebih baik pake syal sama sweter. Swara memilih sweter yang akan digunakannya.
***
"Ra! Buset, lo dimana sih?" Terdengar teriakan dari lantai bawah. Aku sedikit terkejut.
Pasti si Dyfal nih. Anjir kayak hewan aja, mangap-mangap,teriak gak jelas.
"Iya tungguin."
Dyfal menatapku sekilas lalu menuju teras depan.
"Kok lama sih, Dyf? Nunggu itu capek tau gak." Kataku menyindir
Dyfal hanya menoleh, kembali berjalan.
"Anjir, gak usah sok cuek lo... gak pantes tau gak." Swara menyusul langkah Dyfal yang lebih cepat.
"Hmm. Tadi ngisi bensin mobil dulu." Jawabnya, aku hanya mengangguk sekilas, lalu... Lho? Kami berhenti bersamaan, menatap gadis yang telah bediri di samping mobil milik Dyfal.
Lho..
"Mbak Nilta?" Ucap Dyfal. Gadis itu menoleh, lalu tersenyum kearah kami berdua
"Hai." Mbak Nilta melambaikan tangan, maju selangkah mendekati kami.
"Mbak Nilta juga ikut?" Tanya Swara
Sebagai jawaban, mbak Nilta hanya menangguk. "Bareng, dong."
"Cantik." Tiba-tiba Dyfal nyelutuk. Aku menoleh, hah?
"Gue?" Aku menujuk diriku sendiri.
"Bukan lah, itu mbak Nilta yang cantik."
Oooh, Swara setuju dengan pendapat Dyfal. Swara mengancungkan kedua jempolnya sambil menangguk-angguk. Mbak Nita hanya tersipu.
SWARA POV
Aku mengancungkan kedua jempolku sambil mengangguk-angguk. Setuju dengan perkataan Dyfal.
Sambil mengagumi penampilan mbak Nilta malam ini, aku melirik Dyfal.
Astaghfirullah...terlihat wajah Dyfal memerah. Yaampun ini anak 'kena penyakit apa sih?
"Dyf, Lo habis makan apa? kok muka lo merah kayak gini." Kupegang pipi Dyfal, merah banget.
Aku terkena penyakit,
Penyakit sayang yang tak bisa dihilangi. Gumam Dyfal.
Mbak Nilta mendekatiku dan Dyfal, ikut bingung dengan keadaan Dyfal yang aneh. Mbak Nilta menyentuh kening Dyfal, suhu tubuhnya tidak panas.
Saat tangan lembut mbak Nilta menyentuh kening Dyfal—aku hanya menatapnya—muka Dyfal malah berubah jadi ungu.
"Anjir, Dyf! Lo belum BAB?!" Tanyaku panik.
***
Sesampainya di sebuah kafe, Swara dan mbak Nilta keluar dari mobil. Sedangkan Dyfal menuju parkiran sebentar.
"Mbak, tempat yang sudah disewa sama SMA Permata disebelah mana?" Tanya mbak Nilta.
"Oh, dilantai atas kak."
Swara duluan menuju ke atas, sedagkan mbak Nilta ke toilet sebentar. Yaudahlah, mending cepet-cepet ke atas dari pada sendirian didepan toilet kayak orang ilang aja.
Oalah..., di rooftop toh?
" Swaraa...!!" pekik seseorang, Swara menoleh, melabaikan tangan kepada teman sesama umatnya.
" Buset, lo kedinginan banget ya." Celutuk Sabila.
Acara pertama sudah dimulai, Jua mengambil alih acara. Suara merdu milik Jua mengalun indah saat didengar. Dyfal memetik gitar, Faiz dan Gilang duet dengan Jua.
Teman sesama umat separuh menghilang, ada yang mendekati Jua dipanggung. Juga ada yang sibuk mengambili makanan. Swara tak berminat berkeliling rooftop, dingin.
Cukup melihat pemandangan malam dengan gedung-gedung yang bercahaya dengan lampunya. Mendengar lagu yang dibawakan Jua, sambil meminum fanta.
Gadis tu memejamkan matanya, dingin. Angin malam tak segan-segan untuk menerpa kulit seseorang.
" Emang lagi dingin banget." Seseorang membangunkan lamunanku. Kubuka mataku.
Kak Faiq?
Aku mengangguk. " iya nih, jadi pingin minum soda kalau dingin kayak gini." Swara tersenyum, lalu kembali menatap kota Jakarta.
Canggung, kami berdua diam, hanya mendengarkan musik yang mengalun indah.
"Btw kak Faiq suka musik Kpop nggak?" Tanya Swara memulai obrolan. Kak Faiq menoleh, menatapku sekilas lalu mendongak, berganti menatap langit.
"Gue..." kak Faiq memberi jeda ucapanya. " sebenarnya nggak terlalu suka, cuman ya... gitu." Jawabnya
Swara tak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan kak Faiq. Tetapi tetap menanggapi dengan ber-ooh pelan.
Swara meminum fanta miliknya—tadi Dyfal yang mengambil untuknya. Bibir tipis Swara memerah, mungkin karena efek dari fanta. Kak Faiq melihat bibir manis milik gadis itu.
"Suka banget sama soda?"
Perlahan-lahan Swara meneguk fanta milknya, lalu... habis.
" Iya, apalagi kalo hawanya dingin. Untung tadi Dyfal ambilin." Jawab Swara, lalu tersenyum sumringah.
" emang kalo gak minum soda kenapa?" Tanya-nya sekali lagi.
"Emm." Swara berpikir. " Gatau kenapa, tapi dari dulu aku sukanya soda."
Kak Faiq memalingkan wajah ketika Sabila, Zhafia dan juga lainya kembali ke tempat duduk kami tadi. Mereka semua menatapku dan kak Faiq bergantian.
"Yaudah deh. Gue juga mau balik sama temen gue yang lain."
Swara hanya mengangguk, lalu tersenyum.
***
Saat kami semua sedang menikmati obrolan, tiba-tiba... jeng-jeng-jeng. Ali dan Aqda menghampiri kami, Aqda mengulurkan tangan, ada sebotol air mineral. Zara menatapnya, lalu meneriama botol air mineral itu. Kami hanya bisa menatapnya.
" Thanks." Ucap Aqda. Zara hanya mengangguk samar.
" Ok. Kirain gak bakal dibaliin." Zara dan Aqda nyengir.
"Al, lo masih mau disini?" Tanya Aqda kepada Ali, sebelum berlalau meninggalkan kami.
Cepat-cepat Ali menggeleng. " Ya enggak lah." Mereka berdua pun berlalu.
Tapi...
" Eh tunggu, Al lo nanti juga anterin gue pulang?" Sergah Naden. Kedua cowok itu membalikkan badan
" Yaiyalah bego, gara-gara lo ini." Jawabnya lalu kembali berlalu bersama Aqda dan hidup bahagia. Ya enggak lah, canda ;)
" Awas jodoh." Celutuk Swara.