14. sesama umat

41 13 8
                                    

Sesama umat group

Nadnadeen : Pusing gue

Afinadyana : Yah..., misquuen. Gitu aja gak bisa beli obat :p

Nadnadeen : Paan sih, lo :(

Gue pusing sama anak brandalan itu.

Salsabilla : Awas jodoh. Pikirin aja terus, nanti kalo jadian traktir :v

Fajwua : Wkwkwk, iyain ajadeh, lumayan kalo ditraktir.

Nadnadeen : Ahgg, Bacot

Kalo gue gak jadian gimana?

Fazhafiaa : Ya kalo gitu dijadiin.

Zaaararai : Ok siap. Ikut kuy kalo Naden sama Ali jadian traktir!!!!

Hanifhr : ikut

Nadnadeen : BAACOOTD!!!!

off

Aku terlelap, mungkin badanku masih butuh tenaga buat hari esok. Dimana besok klub Pecinta Alam aku pimpin. Aku juga tak tahu kabar-kabari tentang teman sesama umat. Tak tahu gosip apalagi yang akan datang besok disekolah.

Hape ku sedari tadi berbunyi, tapi urung kuangkat. Badanku masih pegal, kakiku juga masih nyeri.

Tak lama setelah aku tiduran, aku mengangkat tubuh. Tak mandi, disiang bolong. Mungkin akan kuisi dengan streeaming Anime. Lagi bosen aja nonton Drakor

Kuambil laptopku, kunyalakan. Kubuka beberapa video Anime yang menurutku bagus. Tak Romance, tetapi romance, tetapi bukan romance. Tapi aku lihat Anime yang romance. Entahlah, mungkin ini romance, tetapi bukan lawan jenis, lebih tepatnya, sesama jenis.

Sedang asyiknya nonton, pintu terketuk keras. Siapa juga atuh! lagi kejadian yang anu, kok malah ngganggu.

Krreek

Pintu terbuka, Dyfal disana melihat ku dengan tatapan yang basi. Mungkin wajahnya belum dihangatkan.

"Apa?" Tanyaku malas, kutatap wajahnya dengan pandangan malas. Aku sudah capek dengan pertarungan antara raja dan ratu.

Dyfal menyerhkan sekantong besar camilan. Aku melihatnay, lalu kuterima dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegangi gagang pintu.

"Makasih."

Dyfal melihatku. "Hm." Jawabnya, lalu memutar badan, mungkin dia tak mau main kerumah.

"Kenapa lo, tumben, biasanya langsung masuk aja." Kataku sebelum Dyfal beranjak pergi.

"Apanya yang dimasukin?" Tanya Dyfal polos. Aku membuang muka, menyembunyikan rona merah dipipiku.

"Yaudah, mapir." Dyfal memasuki rumahku tanpa rasa malu. Mungkinkah kita sudah berdamai? Ooh, tidak, pertarungan belum berakhir.

Aku berada dibelakang Dyfal, dia lebih dulu menaiki tangga menuju lantai dua. Aku hanya bisa membuntutinya. Kutenteng, kantong camilan tadi, ingin kujadiakan teman nonton.

"WOY, LO NONTON APA INI?!" Dyfal membentak, mungkin juga berteriak terkejud.

Aku hanya menatapnya sekilas, lalu menaruh kantong camilan di meja belajar. Kubuka salah satu camilanya.

"BUSET, MANTEP NIH. LO KOK GAK NGAJAK NONTON?" Tanya Dyfal.

Aku buang muka, malas menanggapi ucapan Dyfal. Lagian, kadang-kadang dia nonton anime juga gak ngajak. Bales dendam ceritanya.

Kubuka grup chat teman sesama umat. terlihat notifikasi yang sudah penuh.

Afinadyana : Yuk bully Naden!!!

Gue panglimanya aja.

Zaaararai : Bunuh aja sekalian.

Entar gue yang beliin bunga.

Reehilfi : Gue pingin bacok orang :'(

Fazhafiaa : Gue beli nisan aja, lagi bokek.

Nadnadeen : BACOOT

Aku sedikt tertawa membaca isi grup. Memang gunanya grup adalah ngespam yang gak jelas, tapi grup kita beda. Grup chat sesama umat gunanya untuk jodohin anak orang. Juga untuk ngebully.

Hnfaaswara : Gue minta ginjal sama ususnya. Lumayan buat sate usus manusia.

Fajwua : Betul juga ya? langka lho, sate usus manusia.

Tangan ku berhenti mengetik saat Dyfal mengatakan sesuatu yang bikin gue deg-degan.

"Ra, damai yuk."

s w a r aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang