23. gosip

37 9 28
                                    


Pagi-pagi sekali Swara datang ke sekolah, yang pastinya diantar oleh Dyfal. Swara tak banyak bicara, hanya sesekali mengangguk dan menjawab singkat.

Dyfal yang bingung dengan sikap Swara kali ini, hanya bisa diam. 'kan Swara yang bilang sendiri kalo lagi datang bulan.

Swara memasuki kelas, duduk dibangku. Kelas masih terlihat sepi. Bahkan Zara yang biasanya datang pagi, hari ini sudah didahului oleh Swara. Dikelas Swara hanya melamun, memikirkan banyak hal.

Gue bukanya cemburu, Cuma ada firasat nggak enak aja.

"Hoooey, ngelamun aja kerjaanya." Rafif mengagetkanku, membuatku kalap.

"Apaan sih, dari pada kerjaan lo. Ganggu kehidupan orang aja."

"Terserah dong, yang jalanin hidup gue." Rafif menjulurkan lidah, mengejek Swara.

Sedangkan Swara hanya geleng-geleng kepala. Swara membuka hp-nya, melihat beberapa chat dari sesama umat yang belum dibuka.

Sesama umat gruop

Zaararai : eh kapan nih, Naden traktiran?

Afinadyana : Tau ah, banyak cakap saja Naden.

Salsabilla : Gapa-pa, barangkali Naden belum punya rezeki :')

Safinda : Be positif thingking ;v

Hanifhr : gaya mu, bil

Fajwua : Ah Naden mah gitu, gak bales chat. Sekali balas mesti

                  BAACOOT_T

Afinadyana : Awokwkwkwk :>

                          : Turah mana nih, gak on?

Safinda : Be positif thingking ;v

Zaararai : Palingan masih jadi host diacara 'Silet'

Afinadyana : Awokwkwkw :p

Fajwua : Kenapa nggak yang royal sekalian? 'Insert'

Hanifhr : Iya, kasihan tuh nanti, mulutnya Zhafia setajam silet terus :(

Nadnadeen : asyik, turah udah dapet pekerjaan nih ye :")

Zaararai : aduh, gue habis lihat di tv, ada Zhafia beneran, trus kayak membahas soal janji gitu

Sabilla : Oalah..., yang katanya punya hubungan, tapi hubungan malu gitu ya

Safinda : malu gimana nih?

Afiandyana : yang malu-maluin orang, tapi gak mau malu-maluin diri sendiri.

Hanifhr : Yang biasanya jilatin piring itu kan? Keterlaluan

Sabilla : Dasar. Orang kaya, tapi tingkahnya kayak gak punya harga diri.

Nadnadeen :__-

Sabilla : Eh, ada yang join lagi di grup ini?

Fajwua : Siapa yang masukin?

Safinda : Be positif thingking ;v

Nadnadeen : Swara mana nih, kok gak on?

                          : Gue mau minta sharelok nya resto :">

Zaararai : Lho Naden..., apa kabar?

Sabilla : Bersama saya, di silet.

Afinadyana : Den, bukanya sekarang lagi ngetren tortila?

Fajwua : Oh, iya yang micin-micin kayak gituan banyak kok

Hanifhr : sama es wawan gaes

Zaararai : Njir wawan, enak juga sih

Safinda : Gue bisa bikin es wawan B)

Fazhafiaa : Dikabarkan, Naden sekarang mendadak kaya, setelah digosipkan berhubungan                                  dengan Ali.

Afinadyana : Teroos, dateng-dateng nggosip

Nadnadeen : Swara mana nih, kok nggak on?

Safinda : Be positif thingking ;v

***

"Swaraa, hp gue rusak." Aku menoleh, mendapati Hilfi yang berjalan kearah bangkuku.

"Kok bisa, pantes kok nggak ngebacot di chat." Swara mengaduh, mengelus pundaknya yang dipukul Hilfi.

"Tapi..." Hilfi tersenyum, menujukkan gigi kuningnya.

"Lho, Fi. Lo nggak sikat gigi?"

Hilfi melotot, bersiap memukulku, tapi Swara sudah lebih siap.

"Mana hp lo. Gue kasih nomor baru gue." Hilfi mengulurkan tangannya,Swara segera memberikan hp-nya pada Hilfi.

"Kok bisa?" Tanya Swara.

"Apanya?" Hilfi balik bertanya, masih sibuk dengan ponselnya.

"Hp lo kenapa bisa rusak nyet?"

"Entar ah, gue ceritain waktu istirahat. Sekalian gue kasih nomor baru ketemen-temen."

"ok."

***

Zhafia dan Sabila pergi sbentar memesankan camilan. Kami menunggu sambil mengobrol, sesekali diselingi candaan.

"Oh iya, nomor gue ganti gaes." Hilfi menepuk cidatnya.

"Kok bisa." Tanya Hani

"Hp gue rusak, trus ganti hp sama ganti nomor."

"Pantesan nggak mbacot di grup." Kami tertawa mendengar perkataan Dyana. Sedangkan Hilfi menendang kaki Dyana dari bawah meja.

"Adaw." Afina meringis, Hilfi yang melihatnya hanya tertawa sarkatis.

"Fi, lo udah gue masukin ke grup." Kataku mengakhiri perkelahian Dyana dan Hilfi

"Ok, thanks." Hilfi memberikanku jempol, aku hanya tersenyum dan mengangguk.

Tak lama, Zhafia dan Sabila kembali. "Den, katanya bapake micinnya tinggal dikit, jadi lo nggak usah jilatin piring ya?" Kata Bila. Kami semua tertawa—kecuali calon istrinya Ali.

"Lho, Ra." Zhafia duduk berhadapan dengan Swara, Swara sedang sibuk memainkan jarinya di layar hp.

"Hm, apaan?" Masih dengan sibuk memainkan hp-nya.

"Dyfal kemarin ultah 'kan?" Zhafia langsung ceplas-ceplos mengatakannya. Swara sedikit terkejud, tetapi berusaha bersikap biasa.

"Ya." Muka Swara langsung datar, mengingat kalau Dyfal selama ini menyukai mbak Nilta.

Swara meletakkan hp-nya, berusaha menyibukkan diri dengan melihat anak cowok bermain bola—tak jauh dari kantin terdapat, lapangan bola dan lapangan basket. Sedangkan lapangan voli berada tak jauh dibelakang dari lapangan Basket.

"Oh, iya. Ali semalem juga bilang kalo Dyfal kemarin ultah." Naden ikut nimbrung dalam percakapan. Suara Naden yang terkontrol itu, membuat teman sesama umat menoleh.

"Aduh, yang mentang-mentang udah gak jomblo." Zara menggumam.

"Es wawanya jadi nggak? Nggak usah beli, aku aja yang buatin." Dengan polosnya, Finda mengucapkan kata-kata suci itu.

"Ya udah, kalo gitu gue pesen ke lo. Nanti nggak jadi ke resto." Naden tersenyum sumringah menunjukkan gigi-giginya.

Sawara tak mengubris nya, masih menatap anak cowok bermain bola. Didekatnya, ada Dyfal yang menyemangati salah satu tim cowok.

Andai gue bisa bersama lo selamanya, kalau pun itu harus nikah sama lo, Dyf.

***

kalo ada typo tinggal komen yah :))

dobel update nih. Bhayy

s w a r aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang