35

25 8 15
                                    

Swara sibuk membaca buku, Hani? Entah apa yang dia lakukan. Aku hanya bosan dengan laptop, ingin sekali membaca buku.

"Hallo..." seseorang masuk dengan nada berteriak. Sontak, aku dan semua ketenangan di perpustakaan hilang.

Hani terkejud, sampai buku-buku yang belum dirapikan terjatuh kembali. "Naden! Beresin bukunya." Hani naik darah lagi.

"Ealah, kampre—" Naden langsung menoleh ke arah Swara.

"Bilang kampret gak boleh disini." Kata Swara ketus. Naden hanya menggaruk rambutnya yang gatal.

"Kalian lama banget sih?" Hilfi bertanya, duduk berhadapan dengan Swara. Swara hanya menoleh sekilas, lantas melanjutkan ritual membacanya.

"Hani, aku mau pinjam buku." Zhafia mendekati daftar buku yang masih baru. "Eh, banyak yang novel romance, ya." Zhafia memilih buku-buku yang dapat dari sumbangan para siswa.

"Han, gue mau pinjam yang I Love You." Zhafia mendekati Hani yang masih sibuk memungut buku yang dijatuhkan Naden.

"Udah dipinjam orang barusan." Jawab Hani malas.

"Hah, barusan? Yaelah... siapa sih?" Zhafia cemberut, sementara Hani malas untuk menjawabnya.

"Dipinjam sama Yuyek kalo gak salah." Sahut Swara. Membuat semua yang mendengarnya tertegun.

"Sama Wahyu? Baca novel cinta? Buat apa?" Zara tertawa cekikian. Hilfi malah memuncrat 'kan ludahnya ke arah Dyana.

"Yaelah, najis banget muka gue. Harus operasi plastik nih." Dyana mengusap wajahnya dengan kasar, menatap Hilfi dengan sinis.

"Buat nembak Hani, kalo gue nggak salah lihat tadi." Jawab Swara kembali.

Semua terdiam, Hani malah menundukkan kepalanya, malu, marah, bingung dan perasaan yang lainnya berkecamuk. Sementara semuannya menatap Swara tak percaya.

"Sumpaaah... wah, sampah nih." Naden menggumam.

Zara tertawa cekikian. "Udah lah, lagian biar sesama umat punya pasangan sendiri-sendiri. Biar gak pada bacot kalo ada yang mesra-mesraan."

sontak semuannya kembali tertawa. Hanya hani saja yang malas mendengar 'kan ucapan sampah teman-temannya.

"Terus, lo terima nggak, Han?" Tanya Hilfi, berusaha menahan tawanya.

Hani tak menjawab, beranjak dari tempat duduknya dan menata buku di rak nya masing-masing.

Hilfi kesal dengan sikap Hani, ikut beranjak berdiri. "Gue tanya Wahyu aja—" Hilfi berhenti melangkah saat mendapati anak cowok datang beramai-ramai.

"Mau tanya apa?" Wahyu duduk dibangku yang kosong, diikuti yang lainnya. Mereka meneguk minuman—yang mungkin barusan dibeli.

"Lo nembak, Hani?" Tanya Naden to the point. Membuat semua anak cowok yang baru mendengar itu sedikit terkejud.

rangga tertawa, menyenggol lengan Aqda yang barusan menyemburkan minumannya di wajah Ali. "Ali udah jelek, Da. Jangan ditambahin lagi, kasihan Naden." Aqda hanya cekikian menatap Ali.

"Emang kenapa kalo gue nembak Hani?" Wahyu menatap sesama umat satu persatu, dengan wajah datar nan buruk rupannya.

"Yaudah, buruan ditembak aja. Kasihan kalo Hani ngenes terus." Celutuk Bima. Membuat semuanya kembali tertawa.

"Lebih tepatnya belum. Nanti kalo gue tembak, mati dong jodoh gue." Wahyu menatap sinis Bima dan yang lainya.

Swara menghembuskan nafasnya. "Guooblok ya, pantesan lo paly boy tapi gak laku." Ejek ku. Membuat semuanya mengangguk.

Wahyu hanya terdiam, mengedikkan bahunya. Dirinya menatap Hani terus mengikuti gerak-gerik yang sedang dilakkuakn oleh Hani. Hani kembali di tempat jaganya, dengan muka masam.

"Han?" Panggil wahyu. Hani hanya cuka saja, merasa bodo amat dengan yang dilakukan lainnya. Kembali semua mengikuti tatapan Wahyu yang mengarah ke Hani.

"Han?" Panggil Wahyu sekali lagi. Hani menoleh dan menatap Wahyu sinis.

"Apa?" Bentak Hani kesal.

"I Love You." Kata Wahyu dengan wajah datar, tak lupa buruk rupanya juga.

"Bukunya mau dipinjam Turah, cepet kalo baca." Hani meracau tak jelas.

"I Love You." Wahyu kembali mengucap 'kan kata-kata tersebut.

Seperti biasa, Zhafia mengeluar 'kan handphone nya, mengabadikan setiap detiknya kejadian di perpustakaan. Zara menatap Hani kecewa, seakan-akan berbicara "Lo kok nggak peka benget sih?"

Hani menatap Wahyu tak percaya, kembali dengan pekerjaanya sebgai penjaga perpustakan.

"Hani! Lo kok gak peka benget sih?" Zara langsung menyemburkan ke kesalannya. Tak sabar jika Hani yang judes dan lemah lembut itu akan mendapatkan kekasih.

"Han, kalo mau bisu. Gue bisa ngurus kesehatan lo." Dyana ikut dibuat kesal dengan sikap Hani yang sok cuek, padahal mau mati klepek-klepek.

"Kalo lo bisa jadi petugas penjaga perpus, berarti lo bisa jaga hati gue, Han." Wahyu mendekati Hani, menatap Hani lamat-lamat.

Hani menghembuskan nafasnya, ikut menatap Wahyu. Seperti di drama korea atau dorama. Huh, gemes.

"Ada syarat nya." Ucap Hani, masih dengan menatap tajam Wahyu.

"Yes." Wahyu mengepal 'kan tangannya. Dibuat senang karena setelah ini tidak akan jomblo lagi.

Hani menatap Wahyu bingung, tapi malahan kami semua yang menatap tatapan Hani aneh. Kenapa memandang Wahyu seperti itu.

Tiba-tiba saja tamparan mendarat di muka Wahyu. Sontak semuanya terkejud. Zara menutup mulutnya.

"Wow." Naden menatap takjub Hani.

"Kalo pingin gak jomblo, lo harus pinter goblok. Gue bakal nerima lo kalo nilai ujian akhir semester lo rata-rata 90." Hani berkata ketus, maklum orang judes.

Tantangan yang membuat Wahyu melongo, dirinya belum pernah mendapatkan nilai di rata-rata seperti itu.

"Ok, gue terima tantangannya." Wahyu menatap Hani sinis, begitu juga dengan Hani.

Hilfi senyum-senyum sendiri. "Anjir." Katanya sambil memukul bahu Swara.

"Fine. Gue malu kalo punya pacar basi kayak lo." Hani melangkah 'kan kakinya keluar.

"Awas aja kalo demen sama gue." Jawab Wahyu.

"Lihat aja lah, buta." Hani berteriak kembali, masih dengan langkah keluar dari ketenangan.

***

Lihat aja kalo Hani sama yuyek jadian.... ck bakal minta PJ

Makaseh khakhak vote nya :,>

s w a r aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang