Keduanya saling terdiam, sampai mobil yang mereka tumpangi sampai di gedung delapan belas lantai ini. Swara memasuki gedung itu lebih dahulu, disusul Dyfal yang sibuk menenteng tas gitarnya.
Ini mulut tadi ngomong apaan sih? Keceplosan atau malah..., nggak-nggak. Nggak mungkin kalo gue nge-kode buat ungkapin perasaan sebenarnya. Swara menggelengkan kepalanya, beberapa orang melihat tingkah laku Swara. Cepat-cepat Swara menerobos kerumunan, dan tak sengaja menabrak seseorang.
Swara mengumpat, dan segera meminta maaf pada orang tersebut. "Sorry-sorry, gue lagi buru-buru—GILAAANG." Swara loncat-loncat menatap wajah Gilang yang sedang terkekeh melihatnya.
Kulihat seragam Gilang yang terihat sama oleh beberapa orang yang kulewati tadi. Juga terlihat berbeda dari pakaian yang biasanya Gilang pakai. "Lo jadi panitia?" Cepat-cepat aku menangkup mulutku, menahan tawa.
Gilang masih terkekeh melihatku. "Nggak sama Dyfal?" Gilang balik bertanya. Seketika Swara memasang wajah masamnya.
"Mboh, kaaknya masih di parkiran." Jawabku cuek, bahkan berusaha sok sibuk dengan cara memandang keadaan sekitar.
Gilang mangut-mangut, lalu menatapku kembali sebelum temannya—mungkin teman pengurus acara—memanggil Gilang.
"Eh, gue duluan ya." Swara menarik tangan Gilang sebelum melangkah. Apa? Seperti itulah tatapan Gilang kali ini.
"Jua dimana?" Tanyaku tanpa basa-basi. Gilang berhenti menatapku.
"Um, kayaknya ke toilet deket lift situ. Tapi nggak tahu lagi kalo ke toilet yang lain." Swara mngangguk, lalu melambaikan tangannya, berpencar lagi dengan orang-orang yang lain.
Segera aku berlari kecil, merobek kerumunan orang-orang yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, tak memperdulikan orang lain.
Aku melangkah masuk menuju pintu toilet wanita. Celingukan, mencari toilet yang ada penghuninya. Tak ada, semua ruang toilet kosong!
Detak jantung ku semakin memompa dengan cepat. Hah, berarti gue harus ngecek toilet lainya dong?!
"Sambungan yang anda minta, tidak dapat dihubungi. Coba beberarapa—" ini kelima Swara menhubungi nomor Jua. Dan hasilnya tetap sama, coba beberapa saat lagi.
Segera aku menuju lift sebelah, mungkin Jua sedang di toilet lantai dua atau tiga. Tak mungkin jauh-jauh, aku kalo punya temen, cari yang punya penyakit sama. Malas.
Setelah mnecari toilet wanita lantai dua, Swara tak kunjung menemukan Jua. Berarti di lantai tiga. Swara kembali menuju lift, cepat-cepat menuju toilet.
Tak ada lagi, Swara menekuk lutut, terus dimana? Mungkinkah sebelum dirinya menuju toilet, Jua sudah keluar terlebih dahulu. What?!
Swara kembali menyambar HP-nya, mencari kontak Gilang. Mungkin Gilang tahu dimana Jua sekarang. Ataukah, Gilang lupa memberi tahu bahwa Jua sudah kembali, ah iya, pasti seperti itu.
"Halo? Kenapa, Ra?"
Swara terdiam. "Jua nggak ada. Ada sama lo nggak?" Tanya Swara balik.
"Heeeeeh, tadi ke toilet deket lift kok izinya." Gilang menaikkan nada bicaranya.
"Nggak ada."
"Ada."
"Nggak ada. Udah gue cari sampai lantai tiga."
Gilang tak menjawab. "Berarti hilang laaaah."
"Apa?" Tanyaku memastikan.
"Gue ngomong apa tadi?! Jua hilang, Ra!!!"
Deg.
***
Bocil mah, diusir. Dikirain anak esdeh nyasar githu loh