6. welcome

52 13 8
                                    

Minggu ini, kuisi dengan berkumpul bersama teman sesama umat. Finda, sahabat kami yang baru pulang dari Solo untuk mewakili lomba PMR, telah kembali ke Jakarta. Rindu rasanya.

"Finda!!!" Seru Jua mewakili kami semua.

Finda tersenyum, lalu kami melakukan tos  ala anak SMA. Kami bergantian perpelukan, sapa hangat dari kami semua.

"Welcome, seyeng." Ucapku setelah berpelukan dengan Finda. Finda tertawa. 

setelah acara rindu-rinduan. Kami memutuskan untuk pergi ke Caffe milik Dyfal. Sebenarnya aku mau menolak, teringat kejadian kemarin malam. Tetapi urung, aku hanya bisa diam menuruti permintaan sesama umat.

"Yuk, gue bawa mobil." Ajak Naden. Kami semua mengangguk lalu memasuki mobil milik Naden. sesak, akhirnya ada yang menggunakan mobil milik Dyana.

                                                                                  ***

Sesampainya disana, kami segera mencari duduk. Kami memilih duduk dekat jendela, agar bisa menikmati jalanan kota Jakarta.

Tante Dilla tersenyum, ibu Dyfal ini sangat suka memasak, apalagi masak masakan Jepang. 

Tante Dilla menghampiri kami semua, menawarkan beberapa menu. Kami sontak memilih Takoyaki dan Onigiri khas jepang, juga beberapa minuman.

"Dyfal nggak ada tante?" Tanya Sabila. Tante Dilla menggeleng, membuat kami semua bingung.

"Dyfal tadi dirumah, terus katanya mau main ke rumah Lucky." Jawab tante Dilla, lalu beranjak meninggalkan kami.

Kami menunggu beberapa saat untuk menunggu makanan yang kami pesan. Mengobrol dan bercanda, sesekali terbahak-bahak. Aku juga ikut tertawa, berusaha untuk menghilangkan rasa yang mengganjal di hati.

Makanan telah datang, diantar oleh adik Dyfal, Finna. Cewek manis ini baik banget, kadang juga cerewet kayak si Dyfal.

"Mbak, makanannya enak lho, dicoba ya, aku yang bikin tapi sedikit dibantu sama mama." Ucap gadis kelas 2 SMP itu.

"Hmm. Enak dek." Ucap Zara sambil mencicipi Takoyaki. Kami semua juga ikut memakan, lalu bergumam.

"He'em. Enak, kamu pinter banget, gak kayak kakakmu." Ucapku sedikit menyindir Dyfal. Tak peduli dia benar-benar disini atau nggak.

"Jangan gitu dong mbak. Ini makanan dari bahan-bahan yang frees kemarin kak Dyfal yang beli bahannya di supermarket." Jawab Finna, dan kembali berlalu melayani pelanggan yang lain.

Aku sedikit terkejud dengan jawaban Finna. Lalu melamun, melihat jalanan yang mulai macet. Memikirkan segala hal. 

Apa kemarin Dyfal lihat gue berduaan sama kak Faiq ya?  pikirku

Ahhg! Seruku frustasi, sembari mengacak rambutku sendiri. Teman sesama umat yang melihatku bingung. Menatapku aneh. Aku melotot, balas menatap mereka, memberi kode agar mereka tak melihatku seperti itu.

Mereka tambah bingung, tetapi tak mau menggangguku dan kembali mengobrol. Aku kembali menatap jalanan semabari mendengarkan lagu, lagu yang malah membuat hatiku baper. Kembali dengan pikiranku, tak jadi mendengarkan lagu. Moodku jelek hari ini.

Emang Dyfal siapanya gue. Kok gue pikirin. Mending mikirin oppa-oppa kinclong, yang siapa tahu jodoh gue.

Lamunanku hancur ketika bel dipintu  berbunyi. Aku menoleh, menatap orang yang datang. Dyfal dengan mbak Nilta.

Dyfal melihat kami semua, lalu berlalu dan memilih kursi yang paling pojok. Mbak Nilta menatap kami, lalu matanya beralih menatap ku. Mbak Nilta menyapaku dahulu sebelum mengikuti Dyfal.

"Kebetulan banget ketemu kamu. Tadi aku kerumah kamu, tapi nggak ada orang, aku mau ajak kamu kesini, eh malah ketemu sama Dyfal. Jadinya kami kesini bareng."

Jelas mbak Nilta, aku hanya tersenyum tipis. Tipis. 

Mbak Nilta berlalu, lalu menuju kursi didepan Dyfal. Aku hanya menatapnya, Dyfal sibuk dengan Hp miliknya. Aku mendengus.

"Aduh, gimana nih, ada yang cemburu." Ejek Naden, membuat mereka, teman sesama umat tertawa.

Aku melirik sinis, "Gak lucu tau!" Bentakku, lalu mendengus kesal. 

Teman sesama umat yang tadinya tertawa terbahak-bahak, terdiam. Menatapku dengan nyali ciut. Tetapi mereka berusaha mengontrol situasi, agar tak canggung. Apalagi Finda baru pulang dari Solo.

"Aduh, gimana nih, ada yang cenburu." Ucap Sabila menirukan gaya bicara milik Naden. Kali ini tak ada yang tertawa, malah melototi Sabila.

"Cepet makannya, gue mau pulang." Kataku sembari menarik tas dari meja. Beranjak keluar.

"Eh, Swara! Takoyakimu belum habis, sini habisin dulu tau." Teriak Hani, aku tak peduli menunggu mereka di dekat taman Caffe.

"Udah kita makan aja, kan gak boleh buang-buang makanan." Jawab Zara, yang dibalas anggukan oleh teman sesama umat. 

Ternyata Dyfal dari tadi melihatku, ikut menatapku aneh.

                                                                               ***

Ikut baper ajah gitu lho :p hahaha 😂😂😂
Maap klo banyak typo nih.

Dah bosen belum nih baca crita aku hehe

Jangan lupa votenya khakhak kecup online 😆😆

s w a r aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang