Xukun memperhatikan Taehyung yang tengah menambah kayu bakar di api unggun. Sebenarnya ini mencengangkan, Xukun bahkan masih melongo menatap Taehyung yang terus mondar-mandir sambil bergumam tidak jelas. Taehyung terlihat sangat sibuk.
"Err...Master," Xukun tidak tahan lagi. Ia mendekati Taehyung dan menyentuh bahunya, membuat perhatian Taehyung terfokus padanya.
"Apa....yang sedang kau lakukan?" Xukun menatap api unggun dan tangan Taehyung yang tengah menusuk ikan dengan sebuah batang kayu kecil bergantian.
"Aku? Aku sedang membuat makanan." Taehyung menjawab dengan tenang. Ia sama sekali tidak menyadari raut bingung Xukun. Bahkan Taehyung tidak sempat melihat raut terkejut di wajah pemuda berambut pirang itu.
"Sejak kapan Master melakukannya?" Xukun kembali bertanya. Ia masih merasa linglung dengan situasi ini.
"Kenapa? Aku harus mencobanya bukan?" Taehyung meletakkan ikan-ikannya di sekeliling api unggun. Membuat batangnya menancap pada tanah supaya tidak jatuh.
"Bukan itu maksudku. Kenapa kau melakukannya, Master? Kau bisa makan meskipun tidak melakukan hal itu." Xukun menunjuk ikan-ikan Taehyung dengan dagunya.
"Ah, aku mengerti." Taehyung tersenyum sambil menatap Xukun dengan lekat.
"Aku ingin melakukannya. Banyak hal yang harus aku pelajari." Taehyung kemudian menatap ikan-ikannya yang mulai terbakar.
"Setidaknya aku harus hidup dan bersikap layaknya manusia biasa mulai saat ini. Aku tidak tahu akan seperti apa nantinya, tapi aku ingin belajar. Aku tidak bisa terus mengandalkanmu atau Ivy. Aku ingin hidup seperti manusia normal juga."
Xukun melongo mendengar jawaban Taehyung. Ia tidak mampu berkata-kata. Apa yang baru saja dikatakan oleh Taehyung sukses membuat Xukun tercengang.
"Setidaknya aku ingin bersikap normal seperti manusia lain di hadapan pemuda itu. Meskipun hanya di hadapan pemuda itu." Taehyung melanjutkan kalimatnya saat tidak mendengar respon dari Xukun yang duduk di sampingnya.
"Master," Xukun bergumam pelan, ia tidak tahu harus mengatakan apa tentang kejujuran Taehyung saat ini.
*****
Jungkook membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat. Tubuhnya sakit di beberapa tempat. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Jungkook terdiam, ia tidak mengenal tempat ini. Dinding kayu berwarna hitam yang terlihat tua, atap yang terbuat dari dedaunan kering, dan lantai dingin yang keras. Jungkook tidak tahu ia ada di mana. Terakhir yang mampu Jungkook ingat, dirinya dikejar dua pria suruhan ibunya, kaki dan bahunya terluka, kemudian dua pria yang ambruk karena tertusuk anak panah yang besar. Jungkook meringis saat ingatan itu kembali berkelebat di kepalanya, hal ini membuatnya semakin pusing. Ia kemudian kembali memejamkan matanya, menyebut nama ayahnya berulang kali, menyebut nama paman Hyunjin, menyebut nama Jun. Jun. Jun?
"Jun?" Jungkook membuka matanya kembali. Ia melihat sekelilingnya, berharap dapat menemukan palayan setianya itu.
"Jun?" Jungkook mencoba kembali memanggil Jun. Jungkook kemudian berusaha bangun dari posisi berbaringnya.
Jungkook menoleh saat mendengar suara pintu dibuka. Berharap bahwa pemuda itulah yang akan muncul, Jungkook yakin bahwa Jun mendengar panggilannya tadi. Pintu di buka semakin lebar, cahaya yang masuk begitu terang, membuat mata Jungkook terasa sakit hingga membuatnya harus sedikit memejamkan mata dan melindunginya dengan kedua tangan.
"Jun, kau kah itu?" Jungkook berusaha mengenali sosok pria yang tengah berdiri diam di ambang pintu.
"Oh, kau sudah bangun." Sebuah suara bariton mengalun di telinga Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanfictionJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...