41

2.1K 235 9
                                    

.

.

.

Jungkook terbangun saat sinar matahari menerpa wajahnya. Ia mengerang pelan dan mengubah posisi tidurnya. Jungkook kemudian menggeliat saat angin tipis menyentuh tubuhnya. Dengan perlahan, Jungkook membuka matanya. Jungkook tertegun, tempat ini sangat ia kenal. Dengan cepat Jungkook mengedarkan pandangannya. Suasananya masih sama seperti dulu. Ruangan yang luas dengan jendela berdaun dua yang terbuka. Pintu geser yang terbuka sedikit dan cermin tinggi di dekat lemari pendeknya. Jungkook kenal tempat ini. Tempat di mana ia menghabiskan hari-harinya selama belasan tahun.

"Kau sudah bangun, Nak?" Suara berat itu mengalun lembut.

Jungkook terdiam kaku ditempatnya. Ia sangat mengenal suara itu. Suara pelan ayahnya yang begitu ia rindukan. Jungkook menoleh dan mendapati ayahnya tengah berdiri menghadap jendela. Pakaian resmi kerajaannya masih sama seperti dulu. Tanpa sadar, Jungkook meneteskan air matanya.

"A-ayah," bibir Jungkook bergetar saat memanggil ayahnya.

"A-ayah. Ayah!" Jungkook segera bangkit kemudian menerjang ayahnya. Memberikan pelukan erat yang penuh akan kerinduan. Jungkook menangis sesenggukan dipelukan ayahnya.

"Ayah, aku rindu Ayah." Jungkook semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan ia dapat merasakan elusan sayang di punggungnya.

"Ayah masih hidup? Ayah baik-baik saja?" Jungkook segera melepaskan pelukannya. Ia memindai tubuh ayahnya dengan teliti.

"Ayah baik-baik saja." Jeon Minwoo menjawab pelan. Putranya sudah semakin dewasa, dan itu membuatnya tersenyum semakin lebar.

"Apa semua ini mimpi?" Jungkook menatap sekeliling.

Jeon Minwoo tertawa pelan. Ia kemudian mengusap pipi Jungkook, mendaratkan ciuman lembut di dahi putranya dengan penuh kasih sayang.

"Kau makan dengan benar?" Jeon Minwoo memperhatikan Jungkook. Memindai tubuh putranya dengan mata menyipit.

"Kau terlihat sangat kurus." Lanjut Minwoo.

Jungkook menggeleng. Anak itu dengan cepat kembali memeluk ayahnya, tidak ingin jika tiba-tiba ayahnya menghilang.

"Aku baik. Aku selalu baik. Dan aku akan lebih baik jika ada ayah bersamaku." Air mata Jungkook kembali lolos. Dalam hatinya, ia berharap jika semua kejadian yang menimpa dirinya hanyalah mimpi.

"Ayah, katakan jika semua ini bukan mimpi." Lanjut Jungkook.

Jeon Minwoo terdiam. Ia hanya mengelus kepala Jungkook dengan sayang dan menepuk punggung rapuh putranya dengan lembut. Ia tak bisa mengatakan banyak hal. Namun, mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya bertemu juga berbicara dengan Jungkook.

"Jungkookie, dengarkan ayah." Jeon Minwoo membawa Jungkook duduk di dekat meja berkaki pendek. Mengusap wajah sembab Jungkook yang terlihat memerah.

"Kau sudah semakin dewasa." Minwoo tersenyum tipis saat menatap mata Jungkook yang bulat dan lucu.

"Ayah ingin kau selalu bahagia." Lanjut Minwoo pelan.

Jungkook mengangguk. Ia ingin mengatakan banyak hal pada ayahnya. Namun sesuatu seakan menguncinya. Jungkook hanya bisa menatap ayahnya, terdiam dan mendengarkan dengan seksama. Jungkook bahkan tak mengerti, kenapa dirinya tidak bisa mengatakan satu katapun pada Minwoo.

"Jungkookie, maafkan ayah." Minwoo menunduk. Ia menggenggam kedua tangan Jungkook kemudian menciumnya.

Jungkook ingin mencegahnya, namun tubuh Jungkook terasa kaku. Ia hanya bisa melihat ayahnya.

The Wizard [Taekook] END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang