.
.
.
Seokjin menatap tajam pasukan yang datang menyerbu mereka. Dirinya merapikan penutup wajah dan mulai mengarahkan tombaknya ke depan. Bibirnya mengucapkan sebuah kalimat asing hingga angin seakan berhembus cukup kencang disekitarnya. Mayat yang tertusuk benang petir tipis dari pedang Jimin perlahan bangkit dan mulai menyerang pasukan musuh dengan brutal. Ah, jangan tanyakan dari mana Seokjin mendapatkan tombaknya. Jelas dia mendapatkannya dengan memaksa salah seorang pasukan Ayah Jimin untuk memberikan senjatanya. Dengan dalih melindungi diri akhirnya pria itu memberikan tombaknya pada Seokjin dan memilih mengikuti Ayah Jimin untuk menjadi pelindung mereka dari belakang.
Sementara itu, Jungkook membulatkan matanya saat melihat pasukan yang tumbang karena serangan Jimin tadi kembali bangkit. Bahkan mereka menyerang temannya sendiri. Jungkook bahkan mendengar teriakan kencang saat dirinya melihat banyak orang terluka. Jungkook mengeratkan pegangannya pada pedang di tangannya. Ini bukan simulasi ataupun latihan. Ini adalah pertempuran nyata yang berada tepat di depannya. Jungkook sudah berjanji pada dirinya sendiri akan berubah. Maka dengan pemikiran seperti itu, Jungkook membulatkan tekadnya dan menyiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk dia akan terbunuh dalam pertempuran ini.
"Setidaknya sekali saja. Sekali saja biarkan aku bertemu Taehyungie Hyung. Terakhir kalinya sebelum pertempuran ini menjadi kuburanku." batin Jungkook.
Jimin terkejut saat aura dibelakangnya sedikit berubah. Ia dapat merasakan tak ada lagi keraguan yang menguar. Ia menoleh sedikit dan mendapati Jungkook tengah bersiap dengan pedangnya. Jimin tersenyum, ia kembali menatap ke depan dan mengacungkan pedangnya dengan satu tangan.
"Setidaknya biarkan aku melindungi mereka. Meskipun pertempuran ini adalah jalan kematianku, aku tak akan menyesal jika mereka selamat." batin Jimin.
Jimin tahu, seharusnya ia tak sepesimis itu. Namun ia memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada dirinya atau teman-temannya. Ia ingin semuanya selamat dan menyelesaikan ini tanpa banyak nyawa yang menjadi korban, tapi sepertinya hal itu akan sulit terwujud. Maka dengan uluran pedangnya, ia mengucapkan beberapa kalimat asing hingga pedangnya kembali mengeluarkan cahaya berwarna merah muda yang lebih terang dari sebelumnya.
"Jihoonie, bersiaplah."
Setelah ucapannya tersebut, pedang tersebut tiba-tiba berubah ukuran. Pedang Jimin bertambah panjang dan besarnya juga berubah. Membuat apapun yang tersentuh olehnya tiba-tiba terpotong. Pedang yang membesar itu tiba-tiba mampu menjangkau pasukan Ratu Joohyun yang berlari ke arah mereka dan membelah bagian pinggang mereka dalam satu kali tebas.
Seokjin yang memperhatikan itu di belakang bergidik ngeri. Aku tak boleh macam-macam dengan Park Jimin- pikirnya.
Jungkook melotot dengan yang barusan terjadi di depannya. Sebenarnya ada berapa pedang yang Jimin miliki? Bahkan kemampuan pedangnyapun sangat mengerikan.
Jungkook dan Seokjin membalas serangan orang-orang yang berhasil mendekat padanya. Pedang saling beradu menimbulkan suara kencang yang memekakan telinga. Ditambah lagi, pasukan Ratu Joohyun menggunakan pakaian yang cukup keras dan tebal. Membuat Jungkook, Seokjin, bahkan pasukan Ayah Jimin sulit menghadapi mereka.
Jimin kembali menarik pedangnya. Mengembalikannya pada ukuran semula dan menebaskannya di udara, membuat sebuah lengkungan cahaya merah muda yang tajam terbang ke arah Ratu Joohyun. Namun pedang cahaya itu dapat ditepis dengan mudah. Seorang pria berdiri dihadapan Ratu Joohyun dengan pedang dua tangannya yang cukup besar.
Jimin mengerutkan dahi saat melihat dua pria itu menatap ke arahnya dan mengarahkan pedang mereka ke arah depan.
"Sepertinya mereka ingin melawanmu." Seokjin yang tanpa sengaja bergeser ke arah Jimin berkata tiba-tiba. Ia jelas melihat perintah tersirat dari dua pria itu jika Jimin akan menjadi lawan mereka. Maka tak aneh jika saat ini tak ada satupun yang menyerang Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanficJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...