49

1.4K 183 7
                                    

.

.

.

Jungkook tiba di wilayah Roslyn siang ini. Ia bersama teman-temannya memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan mengisi perut mereka di salah satu kedai kecil di ujung pasar. Jungkook duduk di kursi paling ujung bersama Jimin dan Seokjin. Ketiganya tengah menyantap makan siang mereka tanpa sedikitpun berbicara.

"Konsentrasi, fokuskan energi pada kedua tangan, dan salurkan pada pedang." Jungkook bergumam pelan sambil membuka dan mengepalkan tangannya beberapa kali. Membayangkan seolah dirinya tengah menggenggam pedang yang biasa ia gunakan.

"Fokuskan energi pada-"

"Habiskan makananmu, Jungkook." Seokjin menegur anak itu yang tengah menatap kepalan tangannya dengan tangan lain menggenggam sendok di udara.

"Habiskan!" ulang Seokjin saat melihat Jungkook menoleh ke arahnya.

"Kau harus makan. Latihan butuh energi, aku tidak mau melihatmu kembali tumbang karena kelelahan." Jimin menatap Jungkook dengan sebelah tangan menyangga dagunya.

Jungkook meneguk ludahnya agak kesusahan. Dua orang ini lumayan mengerikan jika sedang serius seperti ini. Jungkook kemudian mengangguk dan segera melanjutkan makannya. Jungkook takut jujur saja. Matanya perlahan melirik pedang yang masih setia menggantung di pinggang Jimin. Jungkook bergidik sendiri membayangkan saat Jimin marah dan menebas kepalanya tanpa ampun. Ia kemudian menoleh ke arah Seokjin. Meskipun tak tahu pasti kemampuan Seokjin, Jungkook merasa jika orang itu juga berbahaya. Jungkook menghela napasnya. Ini terjadi akibat tiga hari yang lalu. Ia terlalu memaksakan diri dalam latihan hingga menyebabkannya sakit akibat kelelahan. Saat itu, Jungkook tak berhenti mendengar ocehan menyebalkan Jimin, Seokjin, dan Yoongi. Mereka adalah yang paling cerewet dikelompoknya. Andaikan saja Taehyung ada di sini, mungkin.... Ah, Taehyung. Kim Taehyung. Taehyungie Hyung-nya. Bibir Jungkook melengkung turun. Rasanya, nafsu makannya menghilang saat memikirkan Taehyung jauh darinya. Sudah berapa hari ini? Seminggu? 10 hari? Jungkook bahkan tak mau menghitungnya.

"Argh!" Jungkook refleks memegang bahunya. Ada sedikit rasa panas yang menusuk dibagian kanan punggungnya.

"Jungkook? Ada apa?"

Jimin dan Seokjin memperhatikan Jungkook dengan mata melebar. Bahkan Seokjin sampai bangkit dan duduk disamping Jungkook.

"Ada apa?" tanya Seokjin.

Jungkook menggeleng. Ia tadi merasakan sengatan yang luar biasa sakit pada belikatnya. Namun hanya sekejap, setelah itu menghilang begitu saja.

Jimin dan Seokjin saling pandang. Mereka mengedip beberapa kali kemudian mengangguk.

"Kita harus bergegas, wilayah ini terlalu sulit dilewati saat malam hari." Hoseok tiba di meja mereka dan segera menunjuk keluar.

"Kalian sudah selesai?" Seokjin melirik Hoseok.

Hoseok mengangguk, ia menunjukkan bungkusan besar yang dibawanya "kami membawa yang kita butuhkan. Jadi, kita sudah bisa kembali melanjutkan perjalanan 'kan?" Hoseok bahkan menggoyangkan pelan bungkusan yang dibawanya.

"Baiklah. Kita lanjutkan perjalanan." Jimin dan Seokjin menyetujui.

"Hyung." Jungkook masih tetap ditempatnya. Sebelah tangannya memegang belikatnya sendiri sambil memijatnya pelan. Tatapannya menerawang.

"Ada apa?" Hoseok nenatap Jungkook bingung. Anak itu seperti akan mengatakan sesuatu, namun terlihat sedikit pancaran keraguan di matanya.

"Ah, bukan apa-apa." Jungkook menggeleng. Ia kemudian tersenyum kikuk ke arah teman-temannya.

The Wizard [Taekook] END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang