Chapter - 28

3.4K 158 2
                                    

Shawn mengerjap-ngerjapkan matanya.

Ia menyadari bahwa ia sedang tidak berada di kamarnya saat ini karna ia baru saja menghabiskan malamnya bersama dengan Candice.

Sebelah tangannya merabah ke arah samping tempat tidur dimana semalam Candice tidur disebelahnya, namun yang ia dapatkan malah tidak ada siapapun di sampingnya.

Dengan cepat Shawn merubah posisinya menjadi duduk.

"Dimana Candice?" ia sedikit mengacak rambutnya lalu segera beranjak dari tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dimana Candice?" ia sedikit mengacak rambutnya lalu segera beranjak dari tempat tidur.

Saat pintu kamar terbuka ia dapat mencium aroma makanan yang sedang di masak dan mendapati sosok wanita yang sedang membelakanginya sambil memasak.

"Morning."
Shawn memeluk Candice lalu mencium pipinya membuat Candice terkejut.

"Kau hampir saja membuat jantungku copot." kata Candice membuat Shawn sedikit tertawa.

"Apa yang kau buat?"
Tanya Shawn masih sambil memeluk Candice.

"Pancake." Jawab Candice lalu mengambil tangan Shawn agar melepaskan pelukannya namun Shawn malah mengeratkan pelukannya.

"Oh come on, aku harus menaruh pancake ini di piring. Bagaimana aku bisa melakukannya kalau kau seperti ini." protes Candice 

Shawn melepaskan pelukannya dan mencium pipi wanita itu sekali lagi sebelum ia beranjak dari dapur ke meja makan.

----------------------------------

Shawn POV

15 Menit kami habiskan bersama untuk menyantap pancake yang dibuat Candice.
Pancake yang Candice buat terlihat sederhana tanpa embel-embel apapun begitu juga dengan rasanya namun entah bagaimana aku bisa menyukainya.

Dari tempat dudukku saat ini, aku dapat melihat Candice yang sedang sibuk mencuci piring-piring bekas sarapan tadi.
Aku terus menatapnya sedari tadi, ia begitu mempesona meskipun hanya dengan rambut yang terikat berantakan dan kaos kebesaran yang panjangnya sampai di pahanya.

Aku meraih ponselku yang terletak di meja makan dan mengambil foto Candice tanpa sepengetahuannya.

Bagaimana bisa wanita sesederhana ini memikat hatiku?
Batinku sambil menatap foto yang berada di layar ponselku.

"Hei, ada apa?"
Panggil Candice membuatku tersadar dari pemikiranku sedari tadi.

"Apa?" Tanyaku.

"Kau dari tadi tersenyum sambil melihat layar ponselmu itu."
Katanya dengan wajah penasaran.

"Apa ada foto wanita Sexy tanpa mengenakan baju di ponselmu itu hingga membuatmu terus tersenyum?" Lanjutnya.

Mendengar kalimat yang ia lontarkan sontak membuatku tertawa dan beranjak dari tempat dudukku.
Aku berjalan menuju tempatnya lalu mengepungnya dengan kedua tanganku yang kuletakkan diantara kedua meja membuatnya terhempit.

"Apa kau cemburu?" Tanyaku menggodanya.
Dengan cepat ia langsung menggelengkan kepalanya.

"Shawn.. Apa yang kau lakukan?"
Tanyanya dengan suara yang sedikit gugup.

Aku tersenyum lalu mulai mencium leher jenjangnya menghirup aroma manis khas tubuh itu.

"Aku menagih hutang karna kau meninggalkanku sendirian disaat bangun tidur tadi."
Bisikku dikupingnya membuat ia sedikit bergerak tidak nyaman.

"Shawn, aku harus bekerja."
Protesnya dengan suara sedikit terbata-bata.

"Aku hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk memuaskanmu sayang."
Bisikku lalu mencium bibirnya.

Bibir yang lembut itu seperti candu bagiku saat ini, kelembutannya membuatku rakus dan haus akan dirinya.
Aku merasakan gairahku mulai meluap sampai tiba-tiba ponselku berbunyi.

"Shawn.. ponselmu."
Kata Candice di sela-sela ciuman kami namun aku menghiraukannya hingga panggilan itu berakhir namun tak lama ponselku berdering kembali.

"Shawn, angkat telponmu. Mungkin saja itu penting."
Kata Candice mengentikan ciumanku.

Dengan kesal aku mengambil ponselku dan melihat ke layar yang masih menandakan ada telpon masuk.

"Aku harus menjawabnya, Nick yang menelponku."
Kataku pada Candice dan ia menganggukkan kepalanya.

Aku berjalan meninggalkan ruangan itu menuju ke balkon apartement Candice.

"Ada apa?" Tanyaku langsung setelah mengangkat sambungan telpon itu.

"Kau dimana?Aku berada di penthousemu namun kau tidak ada."

"Aku berada di apartement Candice."
Jawabku santai.

"Apa kau gila?Kau harus menghadiri perayaan anniversary salah satu brand ambasador."
Kata Nick dari sebrang telpon sana.

"Dan mereka juga memintamu berpasangan dengan Hilary."
Lanjut Nick.

"Apa?!" Tanyaku sedikit terkejut.

"Kau tidak bisa menolaknya Shawn, maka dari itu kita harus berangkat lebih cepat dan membicarakannya dengan Hilary."

"Kau pasti tau kalau semua wartawan akan berkumpul di sana hari ini dan  mereka pasti akan mengungkit kejadian kemarin saat kau di Toronto bersama Hilary."
Jelas Nick membuatku sedikit meremas rambutku.

"Baiklah aku akan segera kembali."
Kataku lalu memutuskan panggilan itu dan kembali masuk ke dalam apartement Candice.

Saat aku kembali ke dalam apartement Candice sudah berada di kamarnya dan sedang merapikan tempat tidurnya.

"Hei."
Sapanya lalu tersenyum ke arahku.

"What's wrong?"
Ia menatapku dengan dahi yang ia kerutkan lalu menghentikan aktifitasnya itu dan melangkah ke arahku.

"Apa semuanya baik-baik saja?"
Tanyanya kahwatir lalu mengusap lembut pipiku.

Aku sedikit tersenyum lalu mengambil tangannya yang berada di pipiku dan mengecupnya.

"Tidak apa-apa. Hanya saja ada beberapa pekerjaan penting dan ada sedikit masalah di pekerjaanku."
Kataku sambil tersenyum.

"Semua pekerjaan pasti selalu ada masalah Shawn, hanya saja itu tergantung bagaimana kita menghadapinya. Kau harus menyelesaikannya dengan baik."
Katanya sambil tersenyum manis.

 Mendapat perlakuan seperti itu dari Candice membuatku sedikit bertanya-tanya bagaimana bisa wanita ini tau kalau aku sedang ada masalah meskipun aku belum mengatakan padanya.

"Baiklah, kau bersiap-siaplah aku akan mengantarkanmu ke cafe."
Kataku.

"Tidak, bukankah kau ada pekerjaan penting yang harus segera kau urus?pergilah Shawn, aku akan naik bus ke cafe."
Katanya membanta.

"tapi.."

"Tidak apa-apa, lagi pula aku belum bersiap-siap. Lebih baik kau segera pergi dan menyelesaikan pekerjaanmu."
Kata Candice memotong perkataanku yang belum selesai.

"Pergilah."
Katanya sekali lagi membuatku menyerah dan mengangkukkan kepalaku.

Aku menghampirinya lalu mencium keningnya sebelum aku pergi.

"Shawn"
Panggil Candice membuatku menghentikan langkahku dan memutar tubuhku.

"Semangat."
Bisiknya lalu mencium pipiku membuatku tersenyum lalu meninggalkan apartement itu.

Trouble With SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang