Chapter - 37

3.2K 142 0
                                    

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT!!

HAPPY READING!!
LOVE L.K

Candice POV

Aku terbangun akibat sinar mata hari yang menembus jendela kamar yang sedang ku tempati ini.

Dengan berat aku sedikit membuka mataku dan meregangkan badanku setelah merubah posisiku menjadi duduk.

"Jam berapa sekarang?" Kataku lalu melirik ke arah jam yang berada di meja nakas samping tempat tidurku.

Sedikit terkejut ketika melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11, pasalnya aku tidak pernah tidur sampai sesiang ini semenjak aku pindah ke New York, ya ini juga karna ulah Shawn yang terus membuatku terjaga sepanjang malam untuk bermain permainan panas itu sebanyak 3 kali hingga membuatku kelelahan seperti ini.

Tetapi memang tidak bisa kupungkiri bahwa semalam adalah yang terbaik, Shawn bak seekor singa kelaparan yang membuatku terus meneriaki namanya tak henti2.

'Bahkan saat memikirkannya kembali seperti sekarang saja sudah bisa membuatku merinding.' Batinku, lalu dengan cepat aku menggelengkan kepalaku membuang pikiran itu jauh-jauh atau bisa-bisa aku yang akan memintanya sendiri mengulangi semua itu.

Dan ngomong-ngomong soal Shawn, dimana dia sekarang? Pikirku karna tempat tidur di sampingku sudah kosong.

Aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur lalu mengambil t-shirt putih milik Shawn beserta celana dalamku dan memakainya karna semalam kami tidur tanpa mengenakan sehelai benangpun.

Setelah memakai t-shirt itu aku memutuskan untuk mencuci mukaku dan menggosok gigiku terlebih dahulu sebelum memeriksa Shawn di lantai bawah.

"Shawn." Panggilku ketika menuruni tangga namun aku tidak menemukan dirinya di bawah.

"Selamat siang nona." Kata bibi Sally yang tiba-tiba keluar dari arah dapur membuatku sedikit terkejut.

"Ah bibi, kupikir siapa." Kataku lalu menghembuskan nafas berat.

"Maaf mengagetkan nona. Apa nona sedang mencari Tuan Shawn? Tuan sedang berada di pantai nona." Kata bibi lalu menunjuk ke arah living room terbuka yang memiliki akses ke pantai dimana Shawn berada.

Aku menganggukkan kepalaku dan memutuskan untuk menghampiri Shawn, tapi sebelum aku pergi bibi Sally menanyakan apa aku ingin di buatkan sarapan dan aku hanya meminta secangkir kopi panas karna aku juga sadar kalau saat ini sudah hampir jam makan siang.

Setelah mengucapkan terimakasih akhirnya aku berjalan menuju pantai dimana Shawn berada.

Mendapati sosoknya yang sedang duduk membelakangiku, aku berjalan dengan pelan dan memeluknya dari belakang secara tiba-tiba.

"Hei.. kau sudah bangun?" Katanya lalu menarikku ke pangkuannya.

"Maaf aku bangun kesiangan." Kataku membuatnya menggelengkan kepalanya.

"Kau pasti kelelahan akibat semalam." Katanya sambil memasukkan rambutku yang terhembus angin ke belakang telingaku lalu mengusap lembut pipiku membuatku tersenyum akan perlakuannya padaku.

"Aku mencintaimu." Kata Shawn lalu mencium bibirku.

"Permisi, maaf nona, tuan." Kata seseorang yang ternyata adalah bibi Sally di tengah ciuman kami.

"Saya mengantarkan kopi yang di pesan nona." Katanya.

Shawn yang mengambil kopi itu karna ia tau aku sudah menundukkan wajahku saat ini karna malu.

"Bi, bibi sudah boleh pulang. Biar nanti Candice yang akan memasak untuk makan siang." Kata Shawn yang diiyakan oleh bibi Sally lalu meninggalkan kami untuk pulang ke rumahnya.

"Shawnnn." Kataku menutup wajahku karna malu.

"Mengapa kau menutup wajahmu?" Tanyanya lalu menertawaiku.

"Wahh ternyata wajahmu sudah terlihat seperti kepiting rebus."
Kata Shawn setelah memaksa untuk melepaskan tanganku yang menutupi wajahku.

"Ini semua salahmu!" Kataku kesal dan memanyunkan bibirku.

Cup..
Shawn tiba-tiba menciumku.
"Itu salahmu karna memancingku untuk menciummu."

"Aku tidak memancingmu!!" Protesku yang malah dihadiai kecupan lagi dari Shawn namun setelah itu ia langsung lari dariku karna ia tau kalau aku sudah sangat kesal saat ini.

"Heii!!! Jangan lari!!" Kataku lalu mengejar Shawn yang berlari menjauhiku.

Aku terus mengejarnya dan dia juga dengan gesit menghindar dari tangkapanku membuatku kelelahan dan memutuskan untuk berhenti sejenak.

Namun tanpa kuduga, tubuhku tiba-tiba sudah di gendong ala bridal oleh Shawn.

"Shawn! Turunkan aku!" Kataku namun ia malah menghiraukanku lalu kembali menciumku.

"Kau mau bawa aku kemana." Kataku karna Shawn membawaku menuju ke dalam air.

"Aku tidak mau berenang, kataku merengek." Yang justru malah membuatnya mengerjaiku.

Ia melepaskan gendongannya di dalam air.
"Ini akan menyenangkan sayang."
Katanya setelah melepaskan gendonganku.

"Kau menyebalkan." Kataku, namun memang betul katanya menyenangkan, karna air laut ini tidak terlalu dingin hari ini.

Aku akhirnya sedikit menikmati dengan menyiprat-nyipratkan air ke arah Shawn yang berakhir menjadi kejar-kejaran di dalam air, aku berusaha untuk berenang dengan cepat untuk menghindarinya namun karna tinggi tubuhku yang jauh darinya membuat ia berhasil menangkapku dengan mudah.

"Kena kau." Katanya lalu menggendong tubuhku secara tiba-tiba ke arah pantai.

"Lepaskan aku." Kataku merengek.

"Tidak, kau berani mengerjaiku? Dasar gadis nakal." Katanya lalu menggosokkan hidungnya ke arah leherku yang membuatku tertawa karna kegelian.

"Ampun, lepaskan aku." Kataku sambil tertawa.

"Rasakan ini." Katanya masih saja terus menjahiliku hingga sampai di kursi pantai tempat dimana tadi kami duduk.

Ia menurunkanku membuat posisiku sedikit tiduran.

"Wow." Katanya tak sengaja saat melihat ke arah dadaku yang sudah terjiplak dengan t-shirt putih basah itu karna aku tidak memakai bra.

Belum sempat aku menutupinya dengan tanganku, Shawn sudah duluan menggigit puting dadaku dari luar baju membuatku terkesiap.

Tak membuang kesempatan, tangan Shawn sebelah lagi sudah masuk ke dalam baju yang ku pakai, memainkan dadaku.

"Shawn... jangan... bibi.." kataku sedikit terbata yang langsung di jawabnya sebelum aku menyelesaikan itu.

"Bibi sudah pulang, tidak ada siapun sekarang."
Bisik Shawn lalu mulai menciumi leherku membuat tubuhku sedikit menggeliat.

Shawn melepas bajuku lalu menatap tubuhku dengan pandangan seperti seekor singa yang kelaparan.

"Kau cantik sekali sayang." Katanya membuat sensasi terbakar di dalam diriku.

Ia melanjutkan ciumannya ke arah dadaku dan sedikit menggit putingku.

Sebelah tangannya terus bermain di dadaku dan yang satu lagi mulai bermain di area bawah hingga membuat suara desahan desahanku keluar.

"Arrggghhh... Shawn."

Shawn melepaskan ciumannya di dadaku dan berganti ke arah bibirku.
Selagi ia menciumi bibirku, tangannya sudah bermain ke arah klirotisku.
Sesekali ia mencubitnya lalu kembali memutarkan jarinya membuatku terus mendesah.

"Shawn... argghhh..."

"Ya sayang." Katanya dengan tatapan gelapnya.

"Aku.. mengi..ngin..kanmu.." Kataku terbata-bata.

"Aku belum selesai sayang, sabar." Katanya terus dengan kegiatannya.

Aku tak bisa menahan desahan-desahan yang keluar dari mulutku akibat kenikmatan yang ia berikan sampai akhirnya aku sampai pada puncakku dan tidak berhenti di situ, akhirnya Shawn memulai permainan yang sesungguhnya.

Trouble With SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang