Kamu dan Luka

930 69 12
                                    

Aku tidak tahu apakah kamu menyukainya sama seperti kamu menyukaiku. Tapi yang aku tahu, dia lebih berarti daripada aku.

Satu minggu telah berlalu. Selama itu juga Laskara menghilang dari hidup Pelangi tanpa memberikan kabar sedikitpun. Hampir setiap hari Pelangi mengunjungi rumah Laskara. Namun hasilnya nihil. Setiap ia berkunjung laki-laki itu tidak pernah ada di rumah. Entah karena memang ingin menghindar atau karena kebetulan.

Hari ini minggu pertama semester barunya. Satu minggu terakhir Pelangi menghabiskan liburannya hanya dengan bermalas-malasan dan mencari segala sesuatu tentang Laskara yang nihil hasilnya. Hari ini, ia bertekat harus mendapatkan alasan sikap anehnya Laskara. Hari ini ia harus bertemu pacarnya itu di sekolah.

"Ga?" panggil Pelangi saat ia bertemu dengan Angga di depan kelas laki-laki itu.

"Ada apa, La?" tanya Angga sambil menatap Pelangi.

"Laskara dimana? Dia sekolah kan hari ini? Udah berangkat belum?" tanya Pelangi beruntun.

Sebelum Angga sempat menjawab deheman seseorang membuat Pelangi membalik badannya menghadap orang tersebut.

"Laskara?" ucap Pelangi dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Pelangi lega. Gadis itu sangat lega. Laskara-nya baik-baik saja. Namun senyumnya berangsur luntur saat ia menyadari ada seorang gadis yang berdiri di sampaing Laskara. Wajah gadis itu terlihat familiar di mata Pelangi. Entah di mana Pelangi pernah melihatnya.

Gadis itu tersenyum kikuk kepada Pelangi. Pelangi membalas dengan senyum andalannya.

"Kar, kamu-"

Belum sampai Pelangi menyelesaikan kalimatnya, Laskara telah memotong. "Ikut gue."

Pelangi sedikit kaget. Tiba-tiba hatinya merasa tidak enak. Laskara kembali memakai lo-gue kepada dirinya.

Laskara menarik tangan Pelangi. Mengajak gadis itu untuk menjauh dari Angga dan gadis cantik tadi.

"Kamu kemana aja, Kar? Kenapa nggak ngabarin aku?" tanya Pelangi menuntut kejelasan.

"Ada," jawab Laskara singkat.

"Kamu kenapa sih, Kar? Dia siapa?" tanya Pelangi sambil melirik ke arah gadis yang masih terjangkau oleh pandangan matanya itu.

"Namanya Asha," jawab Laskara singkat, lagi.

"Siapanya kamu?" tanya Pelangi dengan hati berkecamuk memikirkan kemungkinan jawaban yang diberikan oleh Laskara.

"Kita putus," ucap Laskara tanpa menjawab Pertanyaan Pelangi sebelumnya.

Jantung Pelangi serasa berhenti berdetak. Kalimat yang dilontarkan Laskara jauh lebih menakutkan daripada prediksinya tentang jawaban-jawaban Laskara mengenai Asha.

"K-kenapa?" tanya Pelangi terbata.

"Orang pertama emang paling susah dilupain kan? Sekarang dia udah kembali. Dan perasaan gue masih sama. Dan lo bisa simpulin sendiri siapa yang gue pilih," ujar Laskara dengan nada datarnya.

"Terus yang kemarin-kemarin apa Laskara? Semua itu cuma mainan kamu?" tanya Pelangi dengan nada yang bergetar.

"Enggak. Yang kemarin-kemarin lupain aja," jawab Laskara masih menatap Pelangi.

Setetes air mata lolos dari mata Pelangi. Namun sedetik kemudian ia tersenyum. Menunjukkan senyum khas dirinya. Tak apa ia seperti ini. Mungkin bahagianya Laskara memang bukan dirinya.

"Aku seneng kalau kamu seneng. Bahagia terus ya, Kar."

Entah mengapa hati Laskara terasa sesak melihat Pelangi menangis sekaligus tersenyum di hadapannya. Laskara tahu ada kesedihan yang dalam pada mata Pelangi. Di tambah dengan air mata itu yang menjadi saksinya. Sejujurnya Laskara benci air mata itu, namun inilah pilihannya. Melalui senyum tulus gadis di hadapannya itu, Laskara tahu bahwa Pelangi mendukungnya. Pelangi ingin ia bahagia.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang