Terjebak Malam

1K 85 4
                                    

Aku dan kamu kapan menjadi kita?


Terik matahari menyengat menyilaukan mata. Rombongan study tour SMA Wira Dharma tengah beristirahat di sebuah rest area. Mereka baru saja mencatat beberapa penjelasan yang diberikan tentang relief-relief Candi Borobudhur. Saat ini mereka masih berada di sekitar candi.

"Haduh La, capek banget deh gue. Ngeselin banget disuruh nyatet-nyatet mulu." Lauren ngedumel sendiri.

"Namanya juga study tour, Ren. Enggak cuma jalan-jalan doang." Pelangi menutup botol air mineral yang baru saja diminumnya.

"Tetep aja kan, mana panas banget lagi." Lauren masih bersungut sebal.

Pelangi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Lauren.

"Hai sayang," sapa seorang laki-laki yang datang menghampiri Pelangi dan Lauren.

"Eh, hai sayang." Lauren membalas sapaan cowok itu yang tak lain adalah Gibran.

"Fotbar yuk, Ren. Di sana bagus tuh." Gibran menunjuk ke arah sebuah rerumputan dengan pohon yang rindang.

Lauren mengangguk senang. "La, pinjem kamera lo, dong."

"Dasar pacaran nggak modal." Pelangi agak kesal namun tetap meminjamkan kameranya.

"Lo emang the best dah." Lauren tersenyum lebar saat kamera milik Pelangi telah berada di genggamannya.

"Thanks, La. Kebaikan lo bakal dibales sama yang maha kuasa." Gibran berujar dengan lebaynya.

Pelangi hanya menatap jijik Gibran.

Setelah itu Gibran dan Lauren pergi meninggalkan rest area tersebut.

Pelangi melihat ada penjual aksesoris yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Ia pun tertarik untuk pergi melihatnya.

Pelangi tertarik untuk membeli gelang tali berwarna merah marun yang terlihat cukup simple. Namun tiba-tiba ada tangan menyebalkan yang merebut gelang itu dari tangannya.

"Apa-apaan sih lo? Balikin gelang gue." Pelangi berusaha merebut gelang incarannya.

"Lo belum bayar kan? Ini bukan punya lo." Cowok itu berujar sambil melihat-lihat gelang tali yang lain.

"Enggak bisa gitu dong!" Pelangi mulai kesal.

"Pak, ini semua berapa ya?" Cowok itu menunjukkan dua gelang hitam dan satu gelang merah marun kepada penjual gelang.

"15.000 aja, dek."

"Laskara lo jangan nyebelin, deh. Gue duluan yang mau beli gelang itu."

Ya, cowok itu adalah Laskara. Ia mengabaikan perkataan Pelangi dan tetap membayar tiga buah gelang tali yang dibelinya.

"Laskara nyebelin! Ngeselin! Jahat! Perebut gelang orang!"

Laskara hanya menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Pelangi.

Kemudian ia meletakkan gelang merah marun itu di telapak tangan Pelangi. "Nih, biar lo tau kalau Laskara itu baik. Dasar lebay."

Setelah itu Laskara pergi begitu saja. Pelangi hanya mendengus. Sebenarnya ia bisa saja membeli gelang yang lainnya. Tapi masalahnya ia suka gelang tali merah marun itu. Dan gelang tersebut hanya tersisa satu.

***

Malam hari telah tiba. Pelangi masih menghirup udara Kota Yogyakarta. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, namun kantuknya tidak kunjung datang. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rooftop hotel tempatnya menginap.

Matanya menyapu pemandangan malam Kota Yogyakarta. Kerlipan lampu kota seakan bersaing dengan pancaran sinar bintang di atas sana. Matanya terpejam merasakan terpaan angin malam pada wajahnya.

Deheman seseorang membuat Pelangi membuka matanya dan melihat ke arah sumber suara.

"Ngapain lo?" tanya laki-laki yang sekarang sudah berdiri di sampingnya.

"Enggak ngapa-ngapain." Pelangi kembali menatap langit malam.

Setelah itu keheningan melanda mereka berdua.

"Kar, lihat deh. Subhanallah bagus banget," ucap Pelangi memecah keheningan sambil memandang langit yang penuh bintang.

"Ya, gue tau."

Laskara agak heran dengan gadis di sampingnya itu. Tadi siang saja gadis itu mengomeli dirinya karena masalah gelang. Sekarang gadis itu sudah bersikap biasa saja bahkan sudah tersenyum bahagia hanya karena melihat bintang.

Keheningan kembali terjadi diantara mereka. Laskara tersenyum melihat gelang merah marun yang melingkar di tangan kiri Pelangi.

"La?" panggil Laskara memecah keheningan.

"Iya?" jawab Pelangi sambil menatap Laskara.

"Lo pasti benci banget sama gue ya, La?" Laskara menatap tepat di manik mata Pelangi.

"Emang sikap gue nunjukin kalau gue benci sama lo?"

"Enggak sih." Laskara menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Terus kenapa nanya gitu?" Pelangi kembali menatap ke arah langit.

"Soal kejadian di kantin?" Laskara menanyakan dengan hati-hati.

Pelangi memutar tubuhnya menghadap Laskara. "Bukannya elo ya, yang minta gue buat enggak takut lagi sama lo?"

"Enggak takut bukan berarti enggak benci, kan?" Laskara kembali menatap manik mata Pelangi.

Pelangi menunjukkan senyum khas miliknya. "Gue enggak benci, kok. Kejadian itu lupain aja."

Jujur Laskara merasa lega setelah mendengar perkataan Pelangi tersebut.

"Lo kenapa baik, La? Kayaknya lo baik ke semua orang deh."

"Gue cuma berusaha kok, Kar. Gue berusaha buat wujudin janji gue."

"Janji?" Laskara mengerutkan keningnya.

"Iya, gue janji buat bikin orang di sekitar gue bahagia. Seenggaknya gue kasih senyum buat mereka. Gue cuma pengen bagi kebahagiaan yang gue miliki buat orang yang ada di sekitar gue. Gue beruntung, Kar. Gue lahir di keluarga yang baik banget. Gue dianggap pembawa kebahagiaan sama mereka. Dan gue percaya itu. Gue percaya kalau gue itu pembawa kebahagiaan," ujar Pelangi panjang lebar.

Laskara tersenyum indah. Senyum yang selama ini tidak pernah Pelangi lihat.

"Maaf ya, gue jadi curhat." Pelangi tersenyum canggung.

"Enggak papa kok."

Setelah itu keadaan kembali hening, namun kedua mata Laskara masih menatap lekat manik mata milik Pelangi. Begitu juga Pelangi, ia menatap intens kedua mata tajam milik laki-laki di hadapannya itu.

"La?" panggil Laskara kemudian.

"Iya?"

Laskara meraih kedua tangan milik Pelangi. Ia menggenggam lembut jemari gadis yang di hadapannya itu.

"Gue minta maaf, La. Maaf buat kejadian di kantin dulu. Maaf juga buat kesalahan gue yang lain," ujar Laskara tulus.

Hati Pelangi menghangat mendengar perkataan Laskara. Tanpa sadar senyum indah terlukis di bibirnya. "Gue maafin kok."

Hati Laskara kembali merasa lega. Permintaan maaf yang selama ini belum mampu ia sampaikan akhirnya terucap juga.

Hari ini Laskara merasa terjebak. Di malam yang pekat ini ia terjebak oleh senyum seorang Pelangi. Dan sialnya hatinya ikut terperangkap di sebuah sarang yang selama ini ia hindari untuk jatuh di dalamnya.

Hai semuanyaa!!!
AKHIRNYA LASKARA BERANI MINTA MAAF GUYSS😀.

THANKS BUAT KALIAN YG UDAH BACA. JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT GUYSS..

SEE YOU NEXT PART 😍
Happy Satnight all🖤

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang