MENDUNG

709 47 12
                                    

Jangan lupa vote and comment!!!

Happy Reading!

____________________

Aku nggak tau sejak kapan kamu memiliki pengaruh sebesar ini di hidup aku.

____________________

Laskara sedang menunggu Pelangi yang masih diperiksa oleh dokter. Ia sedang berharap cemas semoga Pelangi-nya baik-baik saja. Percayalah, sejak beberapa jam lalu jantungnya sudah tidak bekerja dengan normal. Kekhawatirannya terhadap keadaan Pelangi membuat jantungnya harus bekerja lebih keras. Ia gugup, ia takut, ia cemas dalam waktu yang bersamaan.

"Laskara, gimana bisa?" tanya Lauren yang tiba-tiba sudah berada di depan Laskara.

Laskara hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia benar-benar tidak ingin berbicara dengan siapapun. Dalam pikirnya hanya Pelangi, Pelangi, dan Pelangi! Selebihnya ia tidak akan bisa fokus sama sekali. Pelangi berhasil menyita seluruh atensinya.

"Kok lo diem aja sih? Gimana keadaan sahabat gue?" tanya Lauren yang kesal mendapat respon yang tidak sesuai dengan harapannya.

"Lo bisa diem?" ucap Laskara dingin yang membuat Lauren diam saat itu juga.

Okey Laskara sedang berada pada mode senggol bacok. Lauren memilih diam daripada kena amuk.

Hening. Laskara dan Lauren duduk bersampingan tanpa berbicara apapun. Namun otak mereka sama-sama memikirkan satu nama, Pelangi Violetta.

Selang beberapa lama, Reno dan Rani datang dengan raut khawatirnya. Bahkan Rani sudah meneteskan air mata saking khawatirnya. Laskara sedikit kaget dengan kedatangan orangtua Pelangi. Pasalnya ia belum mengabari mereka sama sekali.

"Gue yang kasih tau," ucap Lauren seakan menjawab pertanyaan Laskara.

Laskara hanya mengangguk. Ia sudah siap jika akan dimarahi habis-habisan atau bahkan ditampar dan dipukul oleh Reno ataupun Rani. Ia pantas mendapatkannya. Dalam pikirnya, semua ini terjadi karena dirinya. Pelangi terluka karenanya. Ini semua salah dirinya. Walaupun sebenarnya tidak seperti itu. Ini semua tidak sepenuhnya kesalahan dirinya.

"Gimana Pelangi?" tanya Rani ketika baru saja sampai di hadapan Laskara dan Lauren.

"Masih dipriksa dokter, tan," jawab Laskara lirih.

"Bagaimana semua ini bisa terjadi, Laskara? Gimana bisa Pelangi diculik?" tanya Rani masih dengan raut khawatirnya.

Laskara diam sambil menunduk. Tidak tahu harus darimana ia mengatakan kejadian beberapa jam yang lalu. Rasa bersalahnya kian membesar ketika melihat Rani begitu terpukulnya atas kejadian yang menimpa Pelangi hari ini.

Ia jadi membayangkan bagaimana cemasnya Rani ketika menunggu putrinya pulang sekolah namun sampai hari mulai gelap pun tidak ada tanda-tanda kepulangan putri sematawayangnya itu. Dan tiba-tiba saja ia mendapat kabar kalau putrinya habis diculik dan sekarang sedang berada di rumah sakit. Ibu mana yang tidak terguncang mendapati hal seperti itu menimpa anaknya? Damn! Laskara merasa menjadi laki-laki paling jahat sedunia.

"Kenapa kamu diam Laskara? Apa yang terjadi?" tanya Rani sambil mengguncang pundak Laskara.

Laskara semakin menunduk. Ia benar-benar tidak berani menatap mata Rani. Bukan karena Laskara cemen, hanya saja ia merasa tidak cukup pantas untuk berhadapan dengan Rani. Rasa bersalahnya terlalu besar.

"Maaf, ini karena aku," lirihnya.

"Saya butuh penjelasan, Laskara. Bukan permintaan maaf kamu," ujar Rani yang mulai kehilangan kendali.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang