Kamu yang memintaku untuk bertahan lantas mengapa kamu yang meninggalkan? -Pelangi Violetta.
Mulai hari ini Pelangi bertekad akan bersikap biasa saja. Dia tidak ingin menunjukkan rasa sedihnya kepada siapapun.
"Pelangi! Lo utang cerita sama gue," ujar Lauren dengan ekspresi penuh pemaksaan.
Pelangi menunjukkan cengirannya. "Cerita apaan? Nggak usah dibahas lagi okay?"
"La, cerita dong. Kayak sama siapa aja sih lo," ujar Lauren membujuk.
"Udah, Ren. Yang kemarin-kemarin enggak usah diinget-inget lagi. Enggak usah dibahas. Anggap aja gue enggak pernah jadian sama siapa-siapa dan enggak pernah ngalamin hal-hal spesial lainnya."
"Nggak bisa gitu dong!!!" seru Lauren.
"Bisain. Anggap aja hidup Pelangi tuh baik-baik aja kayak sebelumnya," ujar Pelangi seraya mengedipkan sebelah matanya.
Sebelum Lauren sempat menyergah dan kembali membujuk-bujuk Pelangi, bel masuk telah berbunyi.
"Udah bel tuh. Yuk kita ganti baju. Entar Pak Nurdin ngomel-ngomel loh," ujar Pelangi mengingat guru olahraganya yang super on time itu.
Lauren hanya berdecak dan menghela napasnya. Sungguh, ia tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya yang satu itu.
Jam pelajaran olahraga hari ini ternyata kosong. Kabarnya Pak Nurdin sedang menemani sapinya yang lahiran. Begitulah yang dibilang Azril, ketua kelas Pelangi.
Jam kosong memang selalu menjadi surga bagi sebagian besar siswa. Tak terkecuali bagi Pelangi yang tidak menyukai pelajaran olahraga. Sekarang saja dia dan Lauren sudah duduk manis di kantin menikmati nasi goreng yang menjadi sarapannya hari ini.
"Kalau aja pelajaran olahraga kosong terus kayak gini. Beuh, merdeka banget hidup gue, La," cerocos Lauren disela makannya.
Pelangi hanya membalas dengan cengiran. Namun sejujurnya ia juga sangat senang.
"Kamu tuh kebiasaan banget sih, pagi-pagi nggak sarapan. Lain kali jangan gitu, sayang," ujar seseorang yang beranjak duduk di bangku kantin yang tak jauh dari tempat duduk Pelangi dan Lauren.
"Iya Laskara, maaf. Lain kali enggak gitu kok," balas seorang gadis dengan lemah lembut khas dirinya.
Pelangi diam. Memusatkan perhatiannya pada semangkuk bakso di hadapannya yang tinggal sedikit.
"La? Lo nggak-"
Sebelum Lauren menyelesaikan kalimatnya, Pelangi sudah memotong.
"Enggak apa-apa. Kayak yang udah gue bilang, lupain. Anggap enggak pernah ada apa-apa," ujar Pelangi sambil menunjukkan senyum andalannya.
Lauren hanya diam dan mengangguk. Ia masih mencoba memahami bagaimana Pelangi menyikapi kisah percintaannya. Karena Laskara adalah yang pertama bagi seorang Pelangi.
"La, lo dipanggil Bu Eri tuh," ujar Azril yang baru datang.
"Ada apaan?" tanya Pelangi.
"Enggak tahu. Udah sana cepetan, entar lo kena semprot kalau enggak cepet ke sana. Kayak enggak tahu Bu Eri aja, sepaket tuh sama suaminya, si Bapak Nurdin tercinta. Super on time," ujar Azril yang langsung mendapat kekehan dari Pelangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI PELANGI
Novela JuvenilPelangi Violetta, gadis manja yang harus berurusan dengan laki-laki kasar bernama Laskara Bintang Samudra. Pelangi berjanji akan selalu membawa kebahagiaan disetiap kehadirannya. Apakah janji itu mampu ditepatinya jika yang dihadapi adalah seorang L...