AKHIR?

650 49 13
                                    

Haiii!!! Udah siap buat baca part ini?

Bacanya pelan-pelan dan penuh penghayatan ya?

Part ini panjang jadi enjoy bacanya okayyy❤️

Aku berharap banget semoga feel-nya nyampe ke kalian.

Happy Reading ❤️

____________________________

Apapun yang telah dimulai memang selalu ada akhirnya bukan?

____________________________

Terhitung sudah satu bulan Laskara berada di Singapura. Apalagi alasannya jika bukan untuk Pelangi. Ia memang tidak bisa menemui gadis itu secara langsung, namun hanya dengan melihatnya dari jauh cowok itu sudah senang.

Bukan Laskara tidak berusaha. Laskara selalu berusaha menemui Pelangi. Namun Reno selalu melarangnya.

Kini Pelangi sudah tidak di rumah sakit lagi. Gadis itu tinggal di sebuah apartemen. Jangan tanya bagaimana Laskara mengetahuinya. Bantuan Jeff lah yang membuat Laskara tidak kehilangan jejak gadis itu.

Pagi ini seperti biasa, Laskara tengah mengikuti Pelangi yang sedang jalan-jalan di dekat apartemennya. Kebetulan dekat apartemen Pelangi adalah taman. Berolahraga pagi, jogging mengelilingi taman adalah rutinitas Pelangi. Laskara sudah hafal, karena setiap hari Laskara mengikuti kemana gadis itu pergi. Katakanlah Laskara menjaga Pelangi dari jauh.

Jika biasanya Pelangi berolahraga bersama Rani, pagi ini Pelangi sendiri. Ini kesempatan yang baik untuk Laskara.

Pelangi  sedang duduk di salah satu kursi taman. Gadis itu menegak air mineral yang tadi sempat dibelinya. Melihat kesempatan itu, Laskara menghampirinya. Sungguh, Laskara tidak sanggup menahan diri untuk tidak menyapa gadis yang bertahta dihatinya itu.

“Hai Pelangi,” sapa Laskara sembari duduk di samping Pelangi.

Pelangi mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Laskara. Ia tidak tahu bertemu laki-laki itu adalah hal yang baik atau buruk baginya. Karena menurut perkataan Reno, Laskara bukanlah orang yang baik untuk ditemuinya.

“Kok diem? Capek ya?” tanya Laskara ketika sapaannya sama sekali tidak mendapatkan respon.

Pelangi masih diam. Ia menunduk, memusatkan tatapannya pada botol air mineral yang dibawanya.

Laskara tersenyum tipis, “Kamu takut sama aku?” tanyanya kemudian.

“M-maaf,” jawab Pelangi sembari menatap ragu cowok yang ada di sampingnya itu.

Laskara menatap teduh gadis yang dirindukannya itu. Tatapan mereka bertemu. Ada banyak rasa yang ingin Laskara sampaikan melalui tatapan matanya. Rasa rindu yang telah lama menyiksanya, rasa khawatir yang membuatnya lupa bagaimana cara tidur dengan nyenyak, rasa takut kehilangan yang membuatnya hampir gila. Laskara benar-benar mengerti seberapa besar ia menyayangi gadis di hadapannya ini.

“Aku rindu kamu,” lirihnya dengan suara yang sedikit bergetar.

Entah mengapa Pelangi ingin menangis mendengar hal itu. Seakan ia merasa sama sesaknya dengan apa yang dirasakan Laskara.

“Aku senang kamu baik-baik aja. Aku khawatir,” lanjut Laskara dengan nada lembut.

Pelangi masih diam. Namun matanya berkaca-kaca. Demi apapun ia tidak mengingat siapa laki-laki di hadapannya ini. Namun setiap kata yang diucapkannya membuat hati Pelangi merasa perih. Pelangi dapat melihat kejujuran pada laki-laki itu. Pelangi dapat melihat sorot kerinduan yang teramat dalam pada matanya.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang