Khawatir

956 59 2
                                        

Gue nggak tahu secara pasti ini apa namanya. Yang jelas gue pengen lihat dia selalu baik-baik aja -Laskara Bintang Samudra.


Mentari sepertinya masih semangat mamancarkan sinarnya. Kilauan jingga khas matahari sore itu menularkan sedikit semangat bagi gadis yang sedang memandang pantulan dirinya dalam cermin.

Gadis itu memang terlihat sedikit berantakan. Matanya yang terlihat sedikit bengkak dan menghitam seperti mata panda. Pasalnya ia lebih banyak menghabiskan malam harinya untuk bergadang dan menangis. Entahlah, setiap malam rasa sesak itu selalu datang menghantuinya.

Hari ini Pelangi akan pergi bersama Maminya ke rumah tetangga baru yang katanya merupakan teman lama Rani. Sebenarnya hari ini Pelangi enggan pergi kemana-mana. Namanya juga lagi patah hati. Pelangi juga manusia yang bisa merasakan 'mager'. Namun ketidakinginannya untuk mengecewakan Rani membuat Pelangi menerima ajakan Maminya itu. Maka kali ini seorang Pelangi membutuhkan bantuan sedikit make up  untuk menolong wajah pucatnya itu.

"Sudah siap, sayang?" Rani masuk ke kamar Pelangi tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Sudah, Mi. Ayo berangkat." Pelangi tersenyum sekilas kemudian beranjak keluar kamar bersama Maminya.

Pelangi dan Rani menyusuri jalan komplek perumahan yang sedang ramai. Sore-sore seperti ini memang waktu yang tepat untuk sekadar berkeliling komplek atau sebatas mengunjungi taman komplek. Berdasarkan apa yang dituturkan Rani, rumah tetangga barunya itu berada di ujung komplek. Cukup jauh. Namun jaraknya masih bisa ditempuh dengan jalan kaki. Seperti prinsip Pelangi, jalan kaki saja selagi bisa.

Sesampainya di tempat tujuan, Pelangi dan Maminya telah disambut oleh seorang satpam yang membukakan pintu pagar.

"Bu Ariyani-nya ada, Pak?" tanya Rani pada satpam tersebut.

"Maaf, Ibu siapa ya? Apakah sudah ada janji dengan Ibu Ariyani sebelumnya?" tanya satpam itu sopan.

"Saya tetangga sekaligus teman lama Bu Ariyani. Saya Rani. Ariyani sudah mempersilahkan saya untuk mampir ke sini sebelumnya," jelas Rani.

"Biar saya hubungi Ibu Ariyani terlebih dahulu." Si satpam beranjak masuk ke dalam rumah untuk menemui Ibu Ariyani.

Pelangi menggerutu dalam hatinya. Hanya bertamu saja haruskah seribet ini? Nggak percayaan banget!

Tak lama setelah itu keluar seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan dua kali lebih muda dari usianya.

"Astaga, Rani! Mengapa baru datang? Aku sudah menunggumu dari kemarin," ujar wanita itu seraya memeluk Rani.

"Maafkan kami. Kemarin kami memiliki beberapa urusan," ujar Rani.

"Ah iya tidak masalah. Ini putrimu, Ran? Cantik sekali. Sama seperti masa mudamu dahulu," ujar Ariyani.

"Bisa saja kamu, perkenalakan ini Pelangi, putriku." Rani memberi isyarat kepada Pelangi agar memperkenalkan diri.

"Pelangi, tante." Pelangi menyalami tangan Ariyani.

"Ariyani. Panggil saja Tante Yani atau Miss Yani, okay?" Ariyani mengedipkan sebelah matanya.

Pelangi hanya mengangguk sambil menunnjukkan senyum khasnya.

"Mari masuk, kita ngobrol-ngobrol di dalam," ajak Ariyani.

Mereka pun masuk ke dalam rumah yang bernuansa krem keemasan itu. Rumahnya sangat megah. Terdapat air mancur di taman samping rumahnya. Rumput hias memenuhi taman samping kanan. Samping kirinya terdapat garasi mobil yang mungkin saja berisi puluhan mobil di dalamnya.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang