Langit Jingga

1K 85 2
                                    

Kamu biasa saja. Bahkan tidak lebih dari yang datang sebelumnya. Tapi entahlah, di sisimu aku merasa bahagia.


"Pelangi!"

Pelangi hanya menaikkan sebelah alisnya menanggapi teriakan cempreng itu. Sang pemilik suara pun segera berlari menelusuri koridor kelas menghampiri Pelangi.

"Kok lo biasa aja sih? Enggak ada antusias-antusiasnya." Lauren mengerucutkan bibirnya.

"Terus gue harus teriak-teriak lebay kayak lo gitu?" Pelangi terkekeh pelan.

"Lebay-lebay gini yang penting enggak jomblo." Lauren berujar dengan bangganya.

Pelangi hanya memutar bola matanya malas. "Ngapain aja sih lo di Surabaya?"

"Gue kan udah bilang, La. Ada acara keluarga. Kenapa? Kangen kan lo?" Lauren menunjukkan cengirannya.

"Enggak sih. Balik ke Surabaya aja sana, enggak usah balik." Pelangi bernada datar.

"Enak aja lo. Lusa kan study tour, mana mungkin gue nglewatin gitu aja. Gue udah nunggu banget anjay! Akhirnya dimajuin juga." Lauren berujar dengan hebohnya.

Pelangi memandang geli ke arah Lauren. "Lebay lo!" Pelangi langsung meninggalkan Lauren masuk kelas begitu saja.

***

SMA Wira Dharma, 28 November 2019, pukul 20.00 WIB.

Jika biasanya sangat sepi, SMA Wira Dharma sangat ramai pukul 20.00 malam ini. Jajaran 5 bus pariwisata sudah bertengger di depan sekolah. Para siswa sedang diarahkan untuk menaiki busnya masing-masing. Perjalanan menuju Yogyakarta akan segera dimulai.

Pelangi dan Lauren kebagian undian tempat duduk nomor 3 dari belakang. Sebenarnya Pelangi kurang suka dengan tempat duduknya, ia lebih suka duduk di depan.

"Gue yang pinggir jendela." Pelangi segera menduduki kursinya.

Lauren hanya menatap malas dan segera duduk tepat di samping Pelangi. "Gue kesel banget, ih. Masa kita enggak se-bus sama kelasnya Gibran sih?"

Sejak tadi Lauren memang mencak-mencak ingin se-bus dengan Gibran. Sayangnya, kelas IPA 1 kali ini se-bus dengan kelas IPA 2.

"Ya mana gue tau, oneng. Kan bukan gue yang ngatur. Lagian lo bucin banget sih." Pelangi berujar dengan entengnya.

Lauren hanya mencibir pelan.

"Gue kasih tau nih ya, Ren. Lo boleh suka sama orang, tapi ya jangan keterlaluan. Apalagi sukanya sama yang modelannya kayak Gibran. Pdkt aja cuman lewat HP, cowok gentle enggak tuh?" Pelangi berceloteh panjang lebar.

"Udah deh, La. Jangan mulai."

"Ya ya ya." Pelangi memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Semakin malam suasana perjalanan semakin sepi. Tidak ada lagi suara karaoke yang terdengar bising di telinga Pelangi. Tak lama kantuk pun menghampiri dirinya. Kemudian secara perlahan ia terlelap dalam mimpi indahnya.

Pukul 05.30 rombongan sudah sampai di Kota Yogyakarta. Tujuan utama mereka adalah Pantai Parangtritis. Para siswa pun segera turun dari bus yang ditumpanginya.

"Ayo cepetan, Ren." Pelangi menyeret Lauren untuk cepat menghampiri pantai indah itu setelah mereka turun dari bus.

"Baik anak-anak, kalian jangan jauh-jauh dari rombongan ya? Setelah itu juga jangan lupa mandi. Jangan mandi di pantai. Jangan main yang bahaya." Bu Meimei berceloteh dengan pengeras suara yang dibawanya.

"Dengerin dulu tuh, Bu Meimei ngomong apaan." Lauren menghentikan langkahnya.

"Palingan juga disuruh hati-hati, Ren. Udah ayo, keburu sunsrise-nya abis." Pelangi kembali menyeret Lauren untuk pergi ke kawasan pantai.

"Sabar kali, La."

Pelangi terus melangkahkan kakinya untuk melihat fenomena alam yang indah itu.

Wajahnya berseri-seri saat lensa matanya berhasil menangkap pemandangan yang luar biasa itu. Matanya berbinar, tidak lupa dengan senyum khas dirinya yang terlukis sempurna di bibir.

Lauren juga sangat senang, ia segera mengambil ponselnya untuk berfoto.

"La, foto sama gue yuk." Lauren sudah mengangkat tinggi ponselnya untuk mengambil foto selfie.

Pelangi pun segera memasang senyum manisnya menghadap kamera. Beberapa jepretan pun berhasil diambil oleh Lauren.

"Fotoin gue, La. Pakai kamera lo, ya?"

Pelangi tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia membidikkan sebuah kamera yang sejak tadi ia kalungkan di lehernya. Ia pun memotret Lauren yang telah melakukan berbagai pose. Tentu saja dengan hasil yang bagus. Pelangi memang cukup berbakat dalam hal ini.

Beberapa meter dari arah mereka berdua, ada sepasang mata yang sedang memfokuskan sebelah lensanya membidik ke arah Pelangi menggunakan kamera yang terkalung di lehernya. Kemudian pemilik sepasang mata itu menghampiri mereka berdua.

"Eh ada Laskara. Eh, Gibran dimana, Kar?" Lauren berhenti melakukan posenya menyadari kehadiran Laskara.

Pelangi pun menurunkan kameranya dari depan mata.

"Di ujung sana noh, samperin aja." Laskara menunjuk bagian ujung pantai.

"Okay, thanks. Btw, gue ke sana dulu ya, La?" tanpa menunggu jawaban dari Pelangi, Lauren langsung pergi begitu saja.

Suasana canggung pun tak terelakkan. Pelangi menyibukkan diri dengan memotret sunrise yang ada di hadapannya, begitu juga Laskara.

"Tau kenapa sunrise lebih lama daripada sunset?" tanya Laskara sambil menurunkan kameranya dari depan mata.

Pelangi menghentikan aktivitasnya dan menatap Laskara. "Karena yang lebih indah pasti lebih singkat?"

"Enggak. Menurut gue sunrise ataupun sunset itu sama aja. Sama-sama indah." Laskara kembali membidikkan kameranya ke arah guratan warna jingga yang mempesona itu.

"Terus?" Pelangi mengerutkan keningnya.

Laskara menghentikan aktivitasnya namun masih menatap ke arah langit berwarna jingga keemasan itu. "Karena di awal-awal itu memang terasa lebih lama. Awal selalu butuh waktu untuk beradaptasi. Sedangkan akhir memang terasa begitu cepat datang dan berlalu."

Pelangi tersenyum manis. Senyum khas dirinya. Kemudian ia memejamkan matanya, menikmati terpaan udara pagi pada wajahnya. Laskara menatap Pelangi. Tanpa sadar ia ikut tersenyum. Hatinya menghangat melihat dua sekaligus keindahan Tuhan yang ada di hadapannya itu.




JANJI PELANGI BACK GUYS!

MASIH BANYAK KEJUTAN UNTUK PART STUDY TOUR DI YOGYAKARTA! NANTIKAN PART SELANJUTNYA YA?

THANKS YANG UDAH MAMPIR, JGN PELIT VOMMENT YA😉

SEE YOU NEXT PART!😍
Happy Satnight all🖤

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang