Aku baik-baik saja tanpa dia. Sejatinya aku sudah terbiasa. Mungkin aku tidak akan baik-baik saja jika dia kembali lagi dan membuka luka lama-Pelangi Violetta.
Hari-hari berikutnya semua berjalan dengan baik-baik saja. Pelangi 'terlihat' berhasil mengatasi lukanya. Ia seakan meyakinkan semua orang bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Namun keadaannya berbalik dengan Laskara. Semakin Pelangi terlihat baik-baik saja tanpa dirinya, semakin Laskara cemas dan merasa tidak suka. Katakanlah Laskara egois. Ia yang meninggalkan namun ia berharap bahwa Pelangi masih bergantung pada dirinya.
"Pelangi cantik, sini dong!" panggil Gibran saat Pelangi melintas di depannya.
"Ada apa, Bran?" tanya Pelangi menghampiri Gibran bersama dua sahabatnya yang sedang duduk di taman sekolah.
"Makin hari lo makin cantik aja sih, La? Iya nggak, Kar?" ujar Gibran sambil melirik Laskara. Sedangkan Laskara hanya duduk diam tanpa menatap Pelangi.
"Sikap playboy lo tuh ya, Bran. Nggak ilang-ilang. Gue aduin ke Lauren loh entar," ujar Pelangi santai. Tidak gugup, takut, ataupun merasa tidak nyaman walaupun ada Laskara di sana.
"Ampun, La. Gue kalau udah dipawangin sama Lauren mundur dah," ujar Gibran sambil cengengesan.
"Emang gitu, La. Playboy mah emang harus ada pawangnya biar tobat. Kayak mantan lo yang bego ini juga harus dipawangin nih," celetuk Angga sambil melirik Laskara yang duduk di sebelahnya.
"Iya bener tuh, La. Gue lebih seneng kalau lo yang pawangin temen gue nih. Balikan gih, La." Gibran berbicara seakan tidak ada Laskara di sana.
"Heh! Nggak boleh gitu. Nggak baik. Semua orang punya pilihannya sendiri-sendiri, Bran," ujar Pelangi.
"Yahhh.... nggak ada harapan buat balikan dong nih? Lo nggak sedih gitu, La?" tanya Gibran dengan muka yang disedih-sedihkan.
"Sedih? Emang muka gue kelihatan sedih?" tanya Pelangi sambil menunjukkan senyum khasnya.
"Enggak sih, La. Lo bahagia, ya? Dah move on, ya? Apa dah suka cowok lain?" tanya Gibran beruntun.
"Gibran pacarnya Lauren, gini ya, bahagia tuh bukan cuman karena pacar. Hidup ini bukan cuman seputar pacaran. Hal kecil pun bisa jadi alasan kita buat bahagia. Merasa bahagia dengan semua yang ada di kehidupan kita juga termasuk salah satu cara kita untuk bersyukur loh," balas Pelangi.
Laskara mendadak menolehkan kepalanya ke arah Pelangi. Reflek tubuhnya seakan mengatakan bahwa ia tidak rela jika Pelangi ternyata sudah benar-benar tidak berharap padanya. Ia tidak rela jika Pelangi tidak lagi peduli pada dirinya.
Pelangi menatap balik Laskara. Ia melempar senyum kepada cowok yang statusnya adalah mantannya itu. Namun sedetik kemudian Laskara kembali memalingkan muka dengan rahangnya yang mengeras. Entahlah, Laskara merasa marah. Namun ia sendiri tidak tahu kepada siapa dia marah. Kepada keadaan? Ataukah kepada dirinya sendiri?
"La, Lo kok ninggalin gue sihh?!!" Lauren menghampiri Pelangi dengan teriakan cemprengnya itu.
"Hai sayang." bukannya Pelangi, malah Gibran yang menyapa Lauren.
"Apa?!" balas Lauren.
"Galak bener sih sayang." Gibran sudah berdiri di samping Lauren sambil merangkulnya.
"Nggak usah rangkul-rangkul! Berapa cewek yang lo rangkulin per hari? Yakin gue, lo nggak jauh blangsaknya dari temen lo yang ono noh." Lauren melepas rangkulan Gibran dan ekor matanya melirik ke arah Laskara. Bermaksud menyinggung.
"Lo nyindir gue?" tanya Laskara dingin.
"Kesindir ya, Mas? Mangkanya jangan suka nyakitin hatinya cewek. Apalagi nyia-nyiain sahabat saya yang paling baik ini, dijamin nyesel berat deh, Mas." Lauren merangkul pundak Pelangi namun tatapannya mengarah pada Laskara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI PELANGI
Novela JuvenilPelangi Violetta, gadis manja yang harus berurusan dengan laki-laki kasar bernama Laskara Bintang Samudra. Pelangi berjanji akan selalu membawa kebahagiaan disetiap kehadirannya. Apakah janji itu mampu ditepatinya jika yang dihadapi adalah seorang L...