KAMU SIAPA?

502 29 9
                                        

Happy Reading ❤️

__________________________

Tolong jangan membuatku semakin takut terhadap apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya.

__________________________

Laskara mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Hal pertama yang ia lihat adalah Dista yang sedang menatapnya khawatir.

“Kar lo udah bangun? Gue panggil dokter dulu ya,” kata Dista kemudian beranjak keluar ruangan untuk memanggil dokter.

Ternyata di ruangan itu tidak hanya ada Dista. Angga dan Gibran juga ada di sana.

“Kar gimana bisa lo kayak gini?” tanya Gibran yang sudah mendekat ke tempat Laskara berbaring.

“Ya bisa,” jawab Laskara.

Gibran berdecak kesal, “Gue sempat pengen hajar lo tau gak waktu Pelangi kecelakaan karena nunggu lo. Tapi lihat keadaan lo sekarang gue jadi ngerti. Kenapa? Siapa yang berani gebukin lo?”

“Ada. Bukan itu yang terpenting sekarang, Bran. Itu udah selesai,” jawab Laskara.

“Gue tau apa yang lo pikirin. Tapi hal pertama yang harus lo lakuin adalah sembuh dulu. Udah dia biar diperiksa sama dokter,” ujar Angga yang kemudian mengajak Gibran menjauh dari tempat Laskara berbaring.

Dokter yang baru saja datang bersama Dista itu langsung memeriksa Laskara. Dokter itu bilang agar Laskara istirahat total untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Tentu Laskara sama sekali tidak menghiraukan perkataan dokter. Sejak tadi pikirannya hanya tertuju pada satu tanya yang sampai kini ia belum menemukan jawabnya. Dimana keberadaan gadisnya?

Setelah dokter keluar dari ruangan, Dista mendekat ke arah Laskara kemudian tersenyum manis kepada sepupunya itu.

“Lo gak kangen sama gue Kar?” tanya Dista yang kini sudah duduk di samping brankar Laskara.

Laskara yang sejak tadi sibuk memandang langit-langit ruangan rumah sakit langsung mengalihkan tatapannya memandang Dista. Sedetik kemudian ia tersenyum tipis.

“Kangen,” ucapnya.

“Lo nggak lupa kan kalau lo punya gue buat tempat berbagi?” Dista menggenggam tangan Laskara yang terbebas dari infus, “Lo satu-satunya orang yang gue anggap keluarga, Kar. Gue nggak suka ngelihat lo kayak gini.”

Laskara mengangguk pelan, “Makasih Dis.”

“Lain kali gak usah sompral bisa gak sih? Kalau udah tau kalau berbahaya dan ada yang gak beres gak usah diladenin!” ucap Dista yang berubah garang.

“Iyaiya,” jawab Laskara menurut.

Demi apapun ia malas segala-galanya. Biasanya ia akan membalas jika Dista mengomelinya. Namun sekarang, ia seperti orang linglung, pikirannya tidak fokus sama sekali.

“Kar, lo jangan lemah gini kenapa sih! Gue gak suka ya! Ayo dong, mana Laskara yang gue kenal!” tutur Dista yang tidak suka melihat Laskara yang tidak seperti biasanya.

Bukannya Dista tidak suka Laskara sedih memikirkan Pelangi, Dista pun sama sedihnya. Namun ia tidak suka Laskara menjadi rapuh seperti ini. Ini akan memperburuk kondisinya.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang