Kamu tak pernah menganggapku ada. Seharusnya aku baik-baik saja untuk itu. Ya, hanya 'seharusnya', nyatanya aku tidak baik-baik saja.
"Bolos lagi lo pada?" tanya Laskara yang baru sampai di rooftop menghampiri kedua sahabatnya.
"Yoi. Males banget gue. Siapa juga yang betah sama ocehannya Bu Meimei yang panjangnya sepanjang sungai Begawan Solo," jawab Gibran, sahabat karib Laskara.
Ya, sekarang kelas 11 IPA 5 memang jamnya Bu Meimei, guru biologi yang tergolong killer dan sangat cerewet.
"Sesat lo nyet," ujar Laskara sambil menoyor kepala Gibran.
"Lo juga sama aja njir, lo juga ada disini kan," balas Gibran tak mau kalah.
"Oh iya ya, lupa gue Bran," ucap Laskara sambil tertawa cengengesan.
"Mangkanya jangan kebanyakan makan pantat ayam lo nyet. Bego kan jadinya," ucap Gibran sambil tertawa meledek.
"Bacot lo pada, ganggu orang tidur aja," ujar Angga, sahabat karib Laskara yang sejak tadi tertidur di sofa bekas yang ada disana.
"Tidur mulu lo kebo," ucap Gibran sambil menjitak kepala Angga.
"Cogan bebas," ujar Angga sambil kembali beranjak tidur.
Angga memang tukang tidur. Seringkali ia mendapat omelan dari guru karena ketiduran saat jam pelajaran. Bagaimana tidak, hampir setiap hari ia tidak pernah tidur malam. Malam harinya ia gunakan untuk balapan liar. Terkadang Laskara dan Gibran pun ikut balapan. Namun tidak sesering Angga. Mungkin mereka hanya akan balapan kalau sedang bosan saja. Atau kalau sedang ada masalah mungkin?
"Ckck, unfaedah banget idup lo Ngga," ucap Laskara.
Angga hanya menanggapi ucapan Laskara dengan gumaman kecil. Angga sudah siap meluncur memasuki dunia mimpinya.
Laskara, Gibran, dan Angga adalah sahabat baik. Mereka sudah bersahabat sejak SMP. Mereka berada dalam satu kelas yang sama. Mereka juga berada dalam satu ekskul yang sama, yaitu ekskul basket. Mereka juga sama-sama populer di kalangan siswa SMA Wira Dharma karena kegantengannya.
Namun mereka tetap memiliki perbedaan. Laskara dan Gibran memang playboy namun tidak dengan Angga. Angga bahkan tidak pernah terlihat menggandeng cewek. Laskara memang keras dan emosional. Namun tidak dengan kedua sahabatnya. Mungkin itulah yang dinamakan sahabat saling melengkapi.
"Kar, ke kantin yok. Gue laper banget nih, tadi nggak sempat jajan. Biasa, gue telat lagi. Cogan abis kena hukum," ujar Gibran.
"Telat mulu lo nyet. Yaudah ayo, tadi gue juga nggak sempat jajan," ujar Laskara sambil mengingat kejadian ia bersama Pelangi di kantin tadi.
Laskara dan Gibran pun pergi ke kantin. Sedangkan Angga masih tertidur di rooftop. Mereka melewati koridor yang sudah sepi. Tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Pelangi. Gadis itu nampaknya sehabis dari kantor untuk mengambil setumpuk buku.
"Hai cewek," ucap Gibran sambil menghalangi jalan Pelangi. Sehingga Pelangi menghentikan langkahnya.
Tentu saja Pelangi sangat kaget. Disamping laki-laki yang menghalanginya itu ada Laskara, laki-laki yang mati-matian ia hindari akhir-akhir ini.
"Cantik kok diem aja sih?" tanya Gibran sambil mencolek dagu Pelangi.
"Maaf, gue harus ke kelas. Permisi," ujar Pelangi sambil beranjak pergi namun kembali dihadang oleh Gibran.
"Cantik kok gitu sih, kenalan dulu dong sama cogan," ucap Gibran sambil mengedipkan sebelah matanya.
Pelangi sangat kesal. Namun ia juga sangat takut karena ada Laskara disana. Pelangi beranjak pergi namun kedua tangannya yang sedang membawa tumpukan buku yang cukup berat itu ditarik oleh Gibran sehingga buku-buku tersebut jatuh berantakan dilantai. Pelangi panik, ia pasti akan dimarahi oleh Pak Candra, guru Bahasa Inggrisnya karena terlalu lama kembali ke kelas.
"Makin cantik deh kalo panik gitu," ucap Gibran sambil menyentuh pipi kanan Pelangi dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya masih memegang tangan Pelangi.
"Lepas! Apa-apaan sih lo?" bentak Pelangi. Ia tidak peduli kalau ada Laskara disana.
"Bran!" bentakan keras dari Laskara langsung membuat Gibran melepaskan Pelangi.
Gibran dapat melihat sorot kemarahan dari mata Laskara.
"Pergi," ucap Laskara singkat.
Gibran yang memahami sahabatnya itu pun langsung pergi menuju kantin mematuhi perkataan Laskara. Gibran tidak ingin membuat Laskara tambah marah.
Pelangi masih ketakutan. Ia cepat-cepat membereskan buku yang jatuh berantakan. Ia ingin cepat-cepat pergi dari sana. Tanpa diduga Laskara membantu Pelangi merapikan buku-buku itu. Hanya ada keheningan diantara mereka berdua.
Setelah semuanya rapi, Pelangi segera berdiri sambil membawa tumpukan buku itu dengan kedua tangannya. Laskara berdiri tepat dihadapan Pelangi.
"Maafin Gibran," ucap Laskara singkat.
Laskara langsung pergi menuju kantin tanpa menunggu balasan dari Pelangi. Pelangi hanya menatap punggung laki-laki itu yang semakin menjauh kemudian menghilang di belokan. Pikirannya berkecamuk,
Ada apa dengan Laskara?
Tentu saja Pelangi bingung. Seorang Laskara yang biasanya kasar kepadanya kini malah membantunya? Entahlah. Pelangi tidak ingin ambil pusing soal itu. Yang terpenting sekarang ia harus cepat-cepat kembali ke kelas. Pasti ia sudah ditunggu oleh Pak Candra sekarang. Siap-siap saja ia akan diomeli.
Thanks ya guys yg udh baca... Kasih vomment nya jg yaa😉. Setiap vomment kalian berarti bgt buat aku, bikin aku makin semangat deh. Kritik and sarannya jg sangat ditunggu lohh:)
![](https://img.wattpad.com/cover/191728641-288-k838517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI PELANGI
Dla nastolatkówPelangi Violetta, gadis manja yang harus berurusan dengan laki-laki kasar bernama Laskara Bintang Samudra. Pelangi berjanji akan selalu membawa kebahagiaan disetiap kehadirannya. Apakah janji itu mampu ditepatinya jika yang dihadapi adalah seorang L...