PENCULIKAN?

867 53 22
                                        

How are you guys?

Kangen Pelangi cs kah?

Stay safe and stay home ya, tolong banget seriusan enggak bohong #dirumahaja itu penting banget teman-teman.

Sudah siap?

Ayo kita mulai 👇❤

Happy Reading

_________________

Diamku bukan berarti aku tak tahu. Diamku bukan berarti aku tidak merencanakan sesuatu. Ingatlah aku predator yang kapan saja siap menghancurkanmu.

-unknown

_________________

Laskara baru saja sampai di rumahnya. Perasaannya sedikit meringan. Setidaknya saat ini ia tidak perlu mencemaskan kenyamanan Pelangi lagi. Media manapun pasti tidak akan berani untuk mengusiknya.

"Beres?" tanya Dista yang bertemu dengan Laskara di ruang tamu. Sepertinya Dista ingin keluar. Penampilannya terlihat rapi.

"Gak ada kata gagal buat gue," ucap Laskara dengan percaya dirinya.

"Yakin lo? Percintaan lo nol besar kalo lo lupa," balas Dista dengan senyum mengejek.

Laskara hanya menggedikkan bahunya seakan perkataan Dista hanya angin lalu.

"Gue mau keluar sebentar, Kar," ucap Dista sambil memakai sepatu sneakers putihnya.

"Kemana? Sama siapa?" tanya Laskara protektif.

Dista terkekeh pelan. Sebenarnya ia senang setiap kali Laskara mempedulikannya dan siap siaga melindunginya. Dista tidak pernah mendapat perhatian yang seperti itu dari keluarganya yang manapun kecuali Laskara. Hanya Laskara. 

"Gue mau ke rumah temen gue, Ghea. Katanya ada sesuatu buat gue gitu," jawab Dista.

Laskara hanya mengangguk. Ghea teman dekatnya Dista. Dan Laskara yakin Dista akan aman bersama Ghea. Laskara tidak berpikir macam-macam.

"Jangan pulang malem-malem," ujar Laskara memperingatkan Dista.

"Siap Pak Bos!" seru Dista sambil memposisikan tangannya hormat pada Laskara.

Laskara hanya terkekeh pelan setelah itu ia pergi ke kamarnya. Menunggu Gibran dan Angga yang katanya akan datang.

***

Di lain tempat di waktu yang sama, Pelangi sedang termenung di kamarnya. Bohong kalau ia tidak merasa gelisah. Bohong kalau ia bisa bersikap seakan tidak peduli karena toh namanya sudah dibersihkan oleh Laskara. Tetap saja. Ini bukan hanya tentangnya. Hatinya tidak tenang.

"Pelangi?" suara Rani menarik Pelangi untuk kembali dari lamunannya.

"Iya Mi?" sahut Pelangi dengan sedikit memaksakan senyumnya.

Rani tersenyum simpul kemudian duduk di samping Pelangi.

"Apa yang mengganggu pikiran anak Mami yang cantik ini hm?" tanya Rani sambil mengusap surai hitam milik Pelangi.

"Nothing, Mam." Pelangi menunjukkan senyumnya untuk meyakinkan Rani. Namun Rani telah mengenal baik bagaimana putrinya itu. Senyum Pelangi kali ini senyum palsu. Kesedihanlah yang terlihat jelas di mata Pelangi.

"Cerita sama Mami. Jangan dipendam sendiri, sayang. Semuanya sudah baik-baik saja, dan akan terus baik-baik saja. Apa yang membuatmu khawatir?" tanya Rani lembut.

Satu detik kemudian Pelangi menghambur ke pelukan Rani. Menumpahkan segalanya dalam rengkuhan lembut ibunya itu. Entah mengapa tangisnya pecah saat itu juga. Selama ini ia memang memendam lukanya sendiri. Menyembunyikannya dengan senyum yang ia miliki. Ia terlihat kuat. Namun nyatanya, tersentuh sedikit saja mungkin pertahanannya akan runtuh.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang