PERINGATAN

914 62 17
                                    

Aku bukan orang yang mengambil apa yang telah menjadi milik orang lain.-Pelangi Violetta.


Pelangi bukan tipe orang yang akan berlarut-larut dengan masalahnya. Ia sudah meyakinkan hatinya bahwa ia pasti bisa melupakan Laskara. Pelan-pelan, sedikit-sedikit, tidak harus secepat yang ia mau. Hal pertama yang ia lakukan adalah berdamai dengan rasa sakit. Berusaha terbiasa dengan luka itu sendiri.

"Azril!"

Yang dipanggil pun menolehkan kepalanya, "Iya, La? Ada apa?"

"Lo abis ketemu Bu Eri di kantor?" tanya Pelangi.

"Enggak sih, gue abis ketemu Bu Meimei. Kenapa emang?"

"Nggak papa sih. Dari tadi gue cariin nggak ketemu-ketemu soalnya. Gue udah dua kali ke ruang guru masih aja nggak ada Bu Eri-nya." Pelangi mengerucutkan bibirnya sambil memandang formulir yang dipegangnya.

"Palingan juga nggak masuk, La. Sapinya lahiran lagi kali, sekarang gantian Bu Eri yang jagain," ujar Azril sambil nyengir.

Pelangi tertawa. "Lahiran mulu. Lo kira ternak sapi apa?"

"Ya siapa tahu gitu. Kan ya berkah kalau sapinya lahiran lagi. Bu Eri sama Pak Nurdin-nya dapat rejeki kitanya dapat jamkos," celoteh Azril.

Pelangi terkekeh pelan. "Serah lo, Zril! Oh ya, btw ngapain lo ketemu Bu Meimei? Kelas kita lagi nggak ada biologi, kan?"

"Enggak sih. Gue abis nyetorin formulir pendaftaran," jawab Azril.

"Formulir pendaftaran? Lo juga bakal ikut olimpiade?" tanya Pelangi antusias.

"Iya, baru sekarang gue dapet tempat. Dari tahun kemarin kalah saing mulu," ujar Azril sambil menunjukkan cengirannya.

"Sama, Zril! Gue juga baru tahun ini kepilih di olimpiade," ujar Pelangi dengan senyum khasnya.

"Gue mah nggak kaget kalo lo masuk olimpiade. Secara lo kan juara umum tuh. Btw  lo di mapel matematika kan ya?" tanya Azril.

"Iya. Lo pasti di mapel biologi, kan?" tanya Pelangi.

"Ya biologi lah, ya kali tata boga. Orang yang gue temuin tadi kan Bu Meimei. Beda lagi kalau yang gue temuin Pak Nurdin," jawab Azril dengan nada jenakanya seperti biasa.

"Serah lo, Zril, serah! Dah lah gue mau cari Bu Eri dulu," ujar Pelangi sambil beranjak pergi.

Namun baru beberapa langkah suara Azril menghentikannya. Pelangi pun memutar badannya kembali menghadap Azril.

"Ada apa, Zril?" tanya Pelangi.

Azril mendekat beberapa langkah. "Maafin gue ya buat yang kemarin. Yang waktu di kantin itu. Harusnya gue nggak usah nyuruh Laskara ke kelas dulu. sorry, ya?"

"Apa sih, Zril? Santai aja kali. Nggak papa kok. Nggak masalah sama sekali buat gue," ujar Pelangi sambil tersenyum.

"Oooohh jadi ceritanya udah move on,  nih?" ledek Azril.

"Kepo," jawab Pelangi sambil menjulurkan lidahnya kemudian beranjak pergi.

Azril hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah teman sekelasnya itu.

Di ujung koridor depan kelasnya sana ternyata sejak tadi ada seseorang yang mengawasi Pelangi dan Azril.

"Yakin lo nggak nyesel ninggalin cewek kayak dia?" tanya Gibran yang duduk di samping Laskara.

Laskara hanya diam. Tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Temen lo yang satu itu emang bego, Bran," sahut Angga yang duduk di samping Gibran.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang