Saling Menyakiti

960 60 16
                                        

Terkadang kalian tidak sadar, apa yang kalian lakukan masing-masing akan menyakiti satu sama lain. Entah tempat, waktu, atau keadaan yang bersalah dalam hal ini.

Jika kita sedang menghindari sesuatu terkadang kita malah dipertemukan oleh objek yang kita hindari tersebut. Sama halnya dengan posisi Pelangi saat ini. Ia masih dalam misi menghindari Kendra demi Dista. Namun sialnya hari ini ia bertemu Kendra di minimarket dekat komplek perumahannya. Tempat dimana Laskara menyeret Pelangi dari tempat tersebut kala ia melihat Pelangi berdua dengan Kendra dulu.

Pelangi pura-pura tidak tahu kalau ada Kendra di sana. Kebetulan ia sudah berada di kasir sedangkan Kendra masih sibuk memilih barang yang akan dibelinya. Ia hanya perlu cepat keluar dari minimarket tersebut. Sepertinya Kendra tidak menyadari kehadirannya.

Namun takdir tidak berpihak padanya. Saat sudah keluar dari minimarket tiba-tiba Kendra mencekal lengannya. Menahannya agar tidak pergi. Pelangi pun hanya diam menegang di tempatnya. Memikirkan kemungkinan pertanyaan yang dilontarkan Kendra serta jawabannya, ah hal itu membuatnya pusing sendiri.

"Pelangi kenapa lo ngehindar dari gue?" tanya Kendra to the point.

"Gue nggak ngehindar kok!" jawab Pelangi cepat tanpa menatap Kendra yang membuat dirinya semakin terlihat sedang menghindar.

"Gue tau lo ngehindar. Nggak mungkin lo nggak bales chat gue, nggak pernah angkat telpon gue, nggak pernah mau temuin gue waktu gue jemput lo pas pulang sekolah-"

"Gue selalu dijemput tepat waktu, Kak," ujar Pelangi memotong perkataan Kendra.

"Bohong. Gue ada di depan sekolah lo bahkan sebelum jam pulang. Gue tunggu sampai sore pun gue tetep nggak ngelihat lo keluar dari gerbang," bantah Kendra.

"Anak Wira Dharma banyak banget, Kak. Bukan cuma gue. Mungkin aja lo nggak ngelihat waktu gue keluar gerbang." Pelangi berusaha bersikap setenang mungkin. Ia tidak mau terlihat menyembunyikan sesuatu.

"Nggak mungkin gue nggak ngenalin lo, Pelangi. Diantara jutaan orang di hadapan gue pun gue yakin gue pasti bisa nemuin lo. Jadi jawab pertanyaan gue, kenapa ngehindar?" Kendra menatap Pelangi dengan tatapan teduhnya tanpa melepas cekalan tangannya pada lengan Pelangi. Cekalannya tidak kuat, tidak sampai membuat lengan Pelangi sakit.

"Kak, tadi lo mau beli susuatu kan? Belanja sekarang gih, udah malem. Gue mau pulang. Nanti Mami khawatir," ujar Pelangi sambil melepaskan tangan Kendra dari lengannya secara perlahan.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan, La. Gue enggak mau beli apa-apa. Gue ke sini karena nggak sengaja lihat lo ada di sini. Gue sengaja masuk seakan gue nggak tau kalau ada lo. Gue tau lo tadi tau kalau ada gue. Dan nyatanya apa? Lo pura-pura nggak tau kan? Kelihatan banget kalau lo jauhin gue," ujar Kendra yang membuat wajah Pelangi menjadi pucat pasi.

Melihat Pelangi yang diam saja seperti itu membuat Kendra ingin tahu lebih tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Yaudah ayo ikut gue dulu. Sebentar aja. Kita perlu bicara," ujar Kendra kemudian menyeret Pelangi ke sebuah kafe yang berada di seberang. Kafe yang menjadi tempat favorit Laskara dan teman-temannya. Kafe yang sama saat Laskara melihat Pelangi dan Kendra berada di minimarket dulu.

Pelangi tidak menolak. Ia tahu ia tidak bisa menghindar lagi sekarang. Entahlah, malam ini otaknya tidak bekerja dengan baik. Tidak seperti saat berada di pesta Ariyani dan bertemu dengan Laskara kemarin. Malam ini ia terlalu panik. Ia tidak bisa memikirkan alasan-alasan atas penjelasan yang akan diminta Kendra nantinya. Yang jelas ia tidak boleh berkata jujur bahwa ia menghindari laki-laki itu atas permintaan Dista.

Kendra memesan dua gelas coklat panas. Setelah itu dia menatap lekat Pelangi yang sedang duduk tepat di depannya.

"Jadi? Bisa jelasin ke gue, kenapa lo ngehindar?"

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang