Pelangi Marah!

1.4K 158 91
                                    

Tolonglah! Aku juga manusia biasa yang memiliki perasaan. Tidakkah kamu berkenan menjaga sedikit saja dari perasaan ini?

"Kar?" panggil Gibran.

Sejak kejadian di koridor tadi Laskara memang sudah menyusul Gibran ke kantin. Namun laki-laki itu tidak mengucapkan apa-apa. Laskara langsung duduk dengan santainya di kursi depan Gibran sambil memainkan ponselnya.

Laskara hanya merespon panggilan Gibran dengan tatapan datarnya.

"Lo kenapa tadi marah banget?" tanya Gibran.

"Lo keterlaluan. Gue nggak suka," jawab Laskara.

"Yakin cuman itu? Nggak ada alesan lain?" tanya Gibran menyelidik.

Laskara hanya menanggapi pertanyaan Gibran dengan tatapan tajamnya. Hal itu sudah cukup membuat Gibran untuk berhenti bertanya lebih lanjut. Gibran hanya menatap Laskara yang sedang diam memikirkan sesuatu. Entah apa yang sedang dipikirkan laki-laki itu.

Hari pun telah berganti. Pagi ini Pelangi keluar dari kamarnya dengan keadaan lemas dan mata yang berkantung. Semalaman ia harus mengerjakan tugas biologi dari Bu Meimei. Tugasnya memang sangat banyak. Waktu yang diberikan oleh Bu Meimei juga sangat sedikit. Pelangi baru bisa tidur pukul 2 pagi tadi.

"Pagi mam," sapa Pelangi kepada Rani.

"Pagi La. Ayo sini sarapan dulu," ujar Rani.

"Papi mana Mam?" tanya Pelangi sambil duduk dikursi ruang makan dan meletakkan tumpukan kertas tugas yang ia kerjakan semalam di kursi sampingnya.

Pelangi memang sengaja tidak memasukkan tugasnya ke dalam tas. Tasnya sudah penuh dengan buku paket. Ia lebih memilih membawa tumpukan kertas tugasnya yang lumayan tebal itu dengan kedua tangannya.

"Oh iya, Papi udah berangkat duluan. Katanya kamu disuruh berangkat sendiri hari ini," ujar Rani.

"Yaahh Mam, aku males nyetir. Capek tau, lihat nih mata aku udah kayak matanya panda kan," ucap Pelangi sambil menunjuk matanya.

"Pake ojek online kan bisa La," usul Rani.

"Nggak keburu Mam. Yaudah Pelangi berangkat dulu deh," ujar Pelangi sambil berdiri dari duduknya dan mengambil sepotong roti selai untuk dimakan di mobil. Tak lupa ia membawa tumpukan tugasnya tadi.

Setelah menyalami Maminya, Pelangi segera berangkat ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.25 sedangkan perjalanan dari rumah Pelangi menuju ke sekolah membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Dan bel masuk akan berbunyi pada pukul 07.00. Artinya Pelangi tidak memiliki banyak waktu untuk sampai ke sekolah.

Sesampainya di sekolah Pelangi segera mencari tempat parkir untuk mobil mini coopernya. Tempat parkir sudah hampir penuh. Pelangi kesulitan mencari tempat parkir untuk mobilnya.

Pelangi melihat ada satu tempat parkir yang kosong dibagian pojok. Ia segera memarkirkan mobilnya disana. Namun saat ia hendak turun dari mobilnya, ia mendengar bunyi klakson yang sangat kencang dari arah belakang. Pelangi pun segera turun sambil membawa tumpukan tugasnya.

"Jangan parkir disitu. Tempat itu biasa gue yang pake. Nggak ada yang boleh parkir disitu," ujar seorang laki-laki yang sudah turun dari mobilnya.

Deg!

Pelangi mengenal suara itu. Suara laki-laki yang ia hindari. Ya, laki-laki itu adalah Laskara. Laskara juga orang yang tadi sudah membunyikan klaksonnya dengan sangat kencang.

Laskara menghampiri Pelangi. Seperti biasa, Pelangi menundukkan kepalanya saat berhadapan dengan laki-laki itu.

"Pindahin mobil lo, jangan parkir disitu," ucap Laskara tegas.

Namun Pelangi hanya diam tidak bergeming dari tempatnya. Hal itu membuat Laskara geram.

"Lihat gue! Diajak ngomong tuh dilihat orangnya!" ucap Laskara dengan nada tinggi.

Pelangi hanya diam. Ia semakin ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Laskara yang sangat gampang marah itu.

Laskara merebut paksa tumpukan tugas yang sedang dibawa oleh Pelangi. Ia melempar tumpukan tugas itu ke dalam selokan yang ada didekat mereka. Laskara melempar benda itu dengan sangat keras seakan melampiaskan semua kekesalannya pagi ini. Hal itu membuat Pelangi mengangkat kepalanya dan menatap panik ke arah selokan dimana tumpukan tugasnya dilempar oleh Laskara.

Pelangi segera menghampiri selokan itu. Ia mengambil tumpukan tugasnya yang sudah berantakan dan basah karena air selokan tanpa rasa jijik. Untung saja selokan disekolahnya kecil dan tidak terlalu banyak airnya.

Pelangi menatap nanar tumpukan tugas yang ada di tangannya. Tugas yang ia kerjakan mati-matian semalaman kini hancur berantakan. Hari ini tugas harus dikumpulkan. Bu Meimei pasti tidak akan memberi toleransi untuk alasan apapun.

Pelangi menghampiri Laskara yang masih berdiri ditempatnya dengan tatapan datar khas miliknya. Ia menatap laki-laki itu dengan tatapan marah. Ia melupakan segala ketakutannya terhadap laki-laki itu.

"Puas lo? Puas lo hah?" ucap Pelangi tepat di hadapan Laskara dengan nada yang meninggi.

Laskara hanya diam.

"Lo nggak tau kan? Gue ngerjain ini sampe nggak tidur semaleman!" ujar Pelangi sambil mengangkat tugasnya tepat didepan wajah Laskara.

"Dan sekarang," ucap Pelangi sambil menurunkan tugasnya dari depan wajah Laskara.

"Lo hancurin semuanya gitu aja! Semuanya rusak berantakan Laskara!" ucap Pelangi dengan sangat kencang hampir berteriak sambil membanting tugasnya ke tanah.

Wajah Pelangi sudah memerah karena marah. Tentu saja Pelangi marah. Gadis itu adalah bintang kelas sejak kelas 10. Apa kabar dengan nilai tugasnya jika sepeti ini? Hal ini tentu saja menjadi mimpi buruk baginya.

Laskara hanya diam menatap Pelangi dengan tatapan yang sulit diartikan. Pelangi maju satu langkah mendekati Laskara. Jarak mereka menjadi sangat dekat. Pelangi mendongak agar bisa menatap laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. Pelangi menatap mata tajam milik Laskara tepat di manik matanya dengan tatapan marah.

"Cewek tuh butuh dilindungin, bukan dikasarin kayak gini," ucap Pelangi tegas dan penuh amarah.

"Pertama kali dalam hidup gue," Pelangi memberi jeda,"ketemu sama orang sebrengsek lo, Laskara."

Pelangi beranjak pergi meninggalkan Laskara karena bel masuk sudah berbunyi.

Laskara hanya diam menatap punggung Pelangi yang semakin menjauh. Hatinya merasa aneh saat Pelangi bersikap seperti tadi terhadap dirinya. Entah apa yang ia rasakan, seperti ada yang mengganjal. Bahkan ia hanya diam saja saat Pelangi meluapkan emosinya tadi.

Apa yang akan terjadi diantara Pelangi dan Laskara setelah ini?


Thanks ya guys yg udah baca... Jgn lupa vomment nya ya😉. Kritik and sarannya juga ditunggu lohh! JANJI PELANGI selalu rajin up ko😉

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang