HANCUR

908 64 12
                                    

Katanya orang yang kamu sayang adalah orang yang berpotensi melukaimu paling dalam. Dan hal itu benar adanya.


"Gibran! Aku kangen." Lauren bergelanyut manja di lengan pacarnya itu.

Sedangkan Gibran malah terlihat gugup dan canggung. Tidak menyangka kalau Lauren masih bersikap semanis ini. Dan sekarang ia dapat menyimpulkan bahwa Pelangi belum memberitahu Lauren pasal perselingkuhannya.

"I-iya sayang, aku juga kangen. Maaf ya, akhir-akhir ini aku sibuk sama tim basket aku," ujar Gibran berbohong dengan sempurna.

"Iya gapapa. Sore ini jalan yuk Bran. Kita udah lama nggak jalan berdua," ujar Lauren sambil menatap Gibran.

"K-kemana?" tanya Gibran gugup.

Pasalnya hari ini dia ada janji dengan Amara. Haruskah ia menolak ajakan Lauren demi Amara untuk kesekian kalinya?

"Kita nonton aja gapapa. Jalan-jalan, makan. Pokoknya kita habisin waktu berdua. Kamu mau kan?" ujar Lauren dengan mata berbinarnya. Dalam hatinya ada rasa percaya bahwa Gibran tidak akan menolak ajakannya.

"Maaf sayang, hari ini setelah latihan basket aku harus nemenin Mama aku ke rumah tante. Aku udah janji dari kemarin. Maaf banget aku jadi enggak bisa nemenin kamu hari ini," ujar Gibran dengan ekspresi yang dibuat sesedih mungkin.

Langsung terlihat jelas raut kecewa pada wajah Lauren. Namun ia sebisa mungkin untuk coba mengerti Gibran. Di saat Gibran sedang sibuk-sibuknya seperti ini ia harus mendukung, bukan malah menuntut dan meminta lebih. Ia juga harus mengerti. Ia tidak ingin menjadi beban tambahan pada lelahnya Gibran.

Setidaknya hal-hal positif itu lah yang ada di pikiran Lauren. Hal-hal yang digunakannnya untuk memaksa dirinya agar terus percaya pada Gibran. Rasa yakinnya bahwa Gibran sudah berubah sudah terlalu besar.

Lauren memaksakan senyum tipisnya, "Iya gapapa. Next time juga masih bisa. Lagian kamu juga harus mentingin mama kamu. Salam ya buat mama kamu."

"Iya sayang, nanti pasti disampaiin," ujar Gibran sambil membelai pipi Lauren yang membuat pipi gadis itu memerah.

Ya playboy memang memiliki caranya sendiri untuk berbohong.

'"Yaudah aku ke kelas dulu ya, sayang." Lauren tersenyum, hangat kepada Gibran.

"Ayo aku antar," Gibran menggandeng lembut jemari Lauren.

Masih sama, jemari itu masih hangat di tangannya. Lantas Gibransendiri juga tidak paham dengan dirinya. Mengapa ia menghianati Lauren? Ah Gibran kan playboy, wajar saja ia melakukan hal itu.

Saat tiba di depan kelas Lauren, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Pelangi yang baru kembali dari kantin. Pelangi melirik sinis ke arah Gibran. Tidak menyapa seperti biasanya.

"Eh La, udah kelar sarapannya? Tumben cepet," ujar Lauren saat menyadari kehadiran Pelangi.

"Buruan masuk, Ren. Gue tau lo belum ngerjain PR matematika," ujar Pelangi tanpa menjawab pertanyaan Lauren sebelumnya. Juga tanpa menatap ke arah Gibran sedetik pun.

Lauren agak merasa aneh dengan sikap Pelangi. Namun ia tidak ingin berpikir terlalu jauh. Mungkin saja Pelangi hanya ingin Lauren cepat menyelesaikan PR nya karena jam pelajaran sebentar lagi akak dimulai. Pelangi kan sahabat yang sangat pengertian.

Gibran sadar Pelangi sangat marah padanya. Dan jujur saja hal itu mengganggu pikirannya. Baru kali ini ia merasa tidak enak kepada orang lain. Biasanya dia selingkuhin dan Permainin cewek seenaknya juga hatinya biasa-biasa saja. Tidak ada merasa bersalahnya sedikitpun.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang