BEKU

868 52 20
                                    

Terkadang beku adalah cara seseorang untuk bertahan.



"Tadi ada taksi," ujar Pelangi setelah menuruni motor Laskara.

"Terus?" tanya Laskara sambil melepas helm full face-nya.

Pelangi menghela napasnya kesal, "Ya itu artinya lo bohong sama gue soal taksi tadi!"

Laskara menggedikkan bahunya tidak mengindahkan protesan Pelangi sama sekali.

Pelangi menatap kesal laki-laki di hadapannya itu, "Ngapain lo masih di sini?"

"Ngusir?" Laskara malah balik bertanya.

Pelangi kembali menghela napasnya, "Udahlah, Kar. Mau apa lagi sih?"

Laskara mengerutkan keningnya. Sekali lagi, tidak biasanya Pelangi seperti ini.

"Lo ada masalah?" tanya Laskara yang belum terbiasa dengan sikap judes Pelangi.

"Enggak. Udah sana pulang, nggak enak dilihatin orang," ujar Pelangi masih dengan raut kesalnya.

"Nggak nawarin gue mampir gitu? Kasih minum kek, gue udah nganterin lo loh ini." Laskara masih tetap berusaha untuk lebih lama bersama gadis di hadapannya itu.

"Nggak. Di rumah gue nggak ada orang. Gak baik berduaan," ujar Pelangi dengan nada juteknya.

"Mami Papi lo kemana?"

"Kepo. Udah sana pulang aja kenapa sih." Terlihat jelas raut tidak suka di wajah Pelangi.

"Nggak. Gue mau nemenin lo di sini," jawab Laskara dengan entengnya.

"Lo gila ya!"

"Gak mau gue temenin juga?" tanya Laskara dengan wajah datarnya.

"Gak. Pulang sana."

"Gak mau."

"Pulang!"

"Gak."

"Pulang!"

"Gak."

"Pulang!"

"Gak."

"Pulang, Laskara. Gue ngusir lo!"

Laskara menatap tajam manik mata Pelangi. Berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin Pelangi bersikap seperti ini tanpa ada sebabnya. Jika Pelangi seperti ini karena kebrengsekannya sebagai mantan pacar, harusnya Pelangi sudah judes dari dulu kepada Laskara.

Ditatap seperti itu oleh Laskara membuat Pelangi gelagapan sendiri. Kekuatan mata tajam itu masih tetap sama. Mampu melemahkan siapapun yang menatapnya, termasuk Pelangi.

"Bilang sama gue kenapa lo jadi cewek bar-bar kayak gini," ujar Laskara penuh intimidasi.

"Bukan urusan lo. Emangnya lo peduli apa? Nggak ada gunanya lo di sini. Mending pulang. Kan udah mantan." Entah mendapat keberanian dari mana Pelangi mengatakan hal tersebut. Mungkin mendapat keberanian dari otaknya yang tiba-tiba memutar fakta tentang kebrengsekan Gibran dan mantan pacarnya itu.

"La..." Suara Laskara melembut. Tatapannya juga melunak. Menunjukkan tatapan teduhnya untuk Pelangi.

"Pulang! Gue harap ini terakhir kalinya kita ketemu. Jangan pernah muncul di hadapan gue." Setelah mengatakan hal itu Pelangi masuk ke rumahnya dan meninggalkan Laskara yang masih mematung di tempatnya.

Ada apa dengan Pelangi? Kenapa sekarang Pelangi begitu membencinya? Kemana gadis ceria yang selalu hangat dipeluknya itu?

Setidaknya seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di kepala Laskara. Hatinya gelisah. Entahlah, seperti ada bagian dari hatinya yang terluka namun kasat mata. Seperti ada tamparan yang menariknya pada realita, bahwa Pelangi masih memiliki pengaruh besar dalam hidupnya, terutama pada hatinya.

JANJI PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang