Ada beberapa hal yang mungkin tidak harus kita mengerti. Sikap busuk di balik sikap manismu, misalnya.
"Nongkrong kuy, masa iya gara-gara cewek kita jadi jarang banget kumpul," ujar Angga yang sudah siap dengan tas ranselnya. Jam pelajaran memang telah usai.
"Tumben banget lo ngajakin duluan? Biasanya juga 24 jam ready buat Dista," celoteh Gibran.
"Bacot. Nggak ngaca lo?" balas Angga yang menyindir Gibran yang bucin terhadap Lauren.
"Ayo ajalah di kafe biasa. Jangan sampai enggak ikut lo, Bran. Curiga gue, kalau lo nggak ada duit. Tenang gue yang traktir. Beli apapun yang lo mau," ujar Laskara dengan angkuhnya.
"Sialan lo! Mentang-mentang sultan," ujar Gibran sambil menoyor kepala Laskara yang langsung ditepis oleh laki-laki itu.
"Yaudah ayo jangan banyak bacot. Lo kan doyan banget tuh sama yang geratisan," ujar Laskara sambil lalu.
Gibran menghadang langkah Laskara dan Angga yang hendak keluar dari kelas.
"Beneran deh kali ini gue nggak bisa. Gue ada perlu sebentar. Besok deh besok kita kumpul lagi," ujar Gibran meminta toleransi.
Laskara dan Angga mengerutkan keningnya.
"Tumben banget, Bran? Ada urusan apa?" tanya Angga sedangkan Laskara hanya mengamati sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ada lah. Penting banget ini. Kalian duluan aja ke kafenya. Gue cabut dulu. Ada perlu."
Setelah itu dengan agak tergesa Gibran keluar kelas dan segera menuju tempat parkir tempat dimana motornya berada.
"Temen lo kenapa tuh Ga?" ujar Laskara menyenggol siku Angga,
"Mana gue tau. Tuh anak kan emang gitu. Kagak jelas. Blurrrr," jawab Angga.
"Anjir. Jadi kafe kagak ini?" tanya Laskara.
"Enggak lah. Ogah gue berduaan di kafe sama lo. Entar dikiranya yang iya-iya lagi," ujar Angga bergidik.
"Sialan lo!" satu jitakan mendarat mulus di kepala Angga. Membuat keduanya tertawa.
"Yaudah gue mau tidur. Entar malem biar bisa main," ujar Angga sambil berjalan menuju tempat parkir dengan Laskara di sampingnya.
"Anjir! Main apaan lo? Angga udah enggak suci astaghfirullah!" heboh Laskara.
Kini gantian kepa Laskara yang menjadi sasaran jitakan Angga, "Nggak suci ndasmu. Gue jamin fans lo bakal kabur semua dah Kar kalau lihat lo lebay kayak tadi."
"Yang penting ganteng," ujar Laskara dengan percaya diri tingkat dewa.
Angga geleng-geleng kepala. Jika sedang seperti ini Laskara sama sekali tidak terlihat seperti monster gantengnya SMA Wira Dharma. Namun laki-laki itu terlihat seperti anak SMA yang ramah.
"Jadi entar malem lo mau ngapain? Jangan bilang lo mau mangkal," ujar Laskara ingat pertanyaan awalnya.
"Mangkal gundulmu. Aneh-aneh aja lo nyet. Biasalah, gue mau balap," balas Angga.
"Lagi nggak ada duit lo ikutan balap liar lagi?" tanya Laskara.
"Ada sih. Lagi pengen aja. Mau ikut lo?"
"Enggak. Entar lo kalah kalau gue ikut," jawab Laskara sambil terkekeh.
"Sialan lo!" balas Angga.
Laskara hanya terkekeh pelan. Ia sudah mengenal betul Angga dengan hobi balapan liarnya. Ia pun kadang-kadang juga ikut turun ke jalan jika sedang bosan atau karena suatu hal.

KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI PELANGI
Teen FictionPelangi Violetta, gadis manja yang harus berurusan dengan laki-laki kasar bernama Laskara Bintang Samudra. Pelangi berjanji akan selalu membawa kebahagiaan disetiap kehadirannya. Apakah janji itu mampu ditepatinya jika yang dihadapi adalah seorang L...