** 13. Badai **

485 32 6
                                    

[Revisi]
Selamat membaca😊.
Jangan lupa vote dan komennya.

...

Seorang lelaki mengenakan jas formal duduk menghadap ke jendela. Aura arogansi begitu kuat menguar di sekitarnya.

'tok..'tok.. tok'

"Masuk!." Titahnya pada si pengeruk pintu.

Masuklah seorang wanita muda dengan pakaian kurang bahannya. Wanita itu berdiri di belakang pria yang duduk menghadap ke arah jendela besar itu.

"Ada apa tuan memanggil saya?." Tanya wanita itu.

Pria itu menyeringai lebar layaknya seorang psikopat. Pria yang tak lain adalah Andre, pemilik dari perusahaan Willy's Corp.

Pria Itu berbalik menatap wanita itu, Lalu kemudian pria itu menyerahkan sebuah foto kepada wanita itu.

"Ada tugas untukmu.."

Wanita cantik itu bersidakap dengan mengangkat dagunya tinggi dengan angkuh, "Tergantung bayaran yang anda berikan tuan.." wanita itu tersenyum miring.

Andre ikut tersenyum miring, "Tentu bayaran yang pantas untuk hasil yang baik.."

...

Alna berjalan pelan memasuki area pemakaman kota. Alna berhenti di salah satu pusara di pemakaman itu, gadis itu berjongkok lalu mengelus batu nisan yang bertuliskan nama 'ATIKA MAHARANI' almarhumah tantenya. Adik dari ayahnya.

"Assalamualaikum.." Sapa Alna dengan lirih menyiratkan akan kesedihan dan kehilangan.

"Tante.. Alna kangen.." lirih Alna menunduk dalam. Dengan tangan gemetar Alna mengusap batu nisan itu.

Angin sepoi-sepoi membelai rambut panjang Alna yang terurai panjang. Matahari yang menyinari tepat di atas kepalanya, Tidak membuat Alna goyah dan pergi dari sana, Alna tetap bertahan.

"Tante apa kabar?, Alna kangen sama Tante.. maaf karena ulah Alna.. Tante jadi pergi.. seandainya dulu, Alna ngga paksa Tante buat pergi ketaman... mungkin, Tante masih hidup disini, atau mungkin jika seandainya Tante ngga nyelametin Alna.. mungkin Tante, ngga kaya gini..mungkin, yang pergi sekarang bukan Tante tapi Alna.. " lirih Alna sambil menunduk dalam. air mata gadis itu semakin deras mengalir, meluncur bebas di pipinya yang mulus.

"Maafin Alna tante..hiks"

Tap..tap..tap.

Alna mendongak saat ia mendengar suara orang berjalan ke arahnya. Mata Alna melebar saat melihat siapa yang sekarang berada di hadapannya.

Sera, neneknya. Dengan spontan langsung berdiri menatap neneknya yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya atau lebih tepatnya tidak bisa melihat dirinya.

Sera, berjongkok di samping pusara putrinya. Tangan keriput itu membelai lembut batu nisan putrinya.

"Assalamualaikum..." Suara lirih sarat luka dan Kesedihan. Sera tampak tersenyum kecut menanggapi pahitnya takdir yang di alami putrinya.

Alna diam memandang neneknya yang tampak lebih kurus dari yang terakhir ia lihat. Dengan perlahan Alna kembali berjongkok di hadapan neneknya. Alna memandang wajah tua neneknya yang penuh guratan lelah, kesedihan dan kehilangan.

Suasana hening. Hanya angin semilir yang ada di sekitar. Rumput hijau bergoyang-goyang mengikuti kemana arah alur angin berhembus.

"Apa kabar nak?, Mama kangen Tika.. kamu pasti di sana sudah bahagia ya?.." tangan Sera bergetar mengelus nisan putrinya. Air mata mulai turun dengan derasnya tanpa ijin darinya.

Alland & Alna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang