**44.Mulai tak terlihat**

414 23 0
                                    

Double up..

Selamat membaca..

Revisi

...

Alna terdiam bagai patung, menatap Alland yang berdiri di ambang pintu kamar mandi. Ada secercah rasa bahagia di hatinya, karena ia bisa melihat Alland lagi.

Air matanya bahkan hampir saja menetes kalau tak ia tahan. Senyum bahagia mulai timbul di bibir Alna, ingin rasanya Alna memeluk Alland bila diijinkan.

Alna mulai berjalan mendekat, begitu juga Alland. Mereka semakin dekat. Guratan bahagia semakin terpancar di wajah Alna saat melihat Alland juga mendekatinya.

Mereka mendekat..

Terus mendekat..

Dan..

Langkah Alna terhenti saat Alland dengan wajah acuh melewatinya begitu saja. Alna mengernyit heran, namun Alna segera tersadar. Mungkin Alland masih marah padanya, sehingga sikapnya begitu, pikir Alna.

Alna mulai berbalik badan lalu mengikuti langkah Alland yang menuju kearah balkon kamarnya. Alna memandang punggung tegap milik Alland.

Alland berdiri menghadap para bintang yang bersinar terang di langit malam yang kelam. Membelakangi posisi Alna yang berdiri di ambang pintu.

Bibir Alna mulai tersungging sebuah senyum tipis.

Alna mengambil posisi, tepat di belakang Alland. Gadis itu menghirup udara sebanyak mungkin, sebelum memulai pembicaraannya.

"Alland aku minta maaf.."

"Aku tahu aku salah, aku telah menunduh orang tanpa bukti yang kuat. Dan aku tahu kamu marah padaku karena itu Alland. Aku sadar diriku hanya orang baru untuk mu, aku datang secara tiba-tiba lalu memaksamu untuk menolongku."

"Selama ini, aku hanya menjadi bebanmu saja. Aku hanya menambah masalah untuk mu Alland, aku selalu memaksa mu untuk bercerita tanpa mengetahui kalau kamu tidak nyaman atas semua perilaku serta tindakan ku.." tanpa sadar air mata Alna mulai menetes di pipinya secara perlahan.

"Aku minta maaf, Alland.."

".." Alland diam, masih rak merespon perkataan Alna.

Keadaan hening...

Alna masih setia berdiam dan berdiri di belakang tubuh Alland. Gadis itu mulai bingung saat Alland masih diam. Biasanya semarah-marahnya Alland, lelaki itu tak akan mendiamkan Alna selama ini.

Pikiran negatif mulai menyerang otak Alna.
Apakah Alland masih sangat marah hingga mengabaikan Alna yang ada di belakangnya sekarang?. Tapi, sejarah itukah?.

"Aku mengerti kalau kamu marah padaku, tapi setidaknya responlah perkataan ku Alland..." Alna menatap punggung alland yang masih tetap tak bergeming di tempatnya. Alna semakin heran dengan sikap lelaki itu, yang seolah-olah tidak mendengar perkataannya.

Posisi mereka masih sama, dengan Alland yang membelakangi tubuh Alna sambil menatap para bintang yang bersinar diatas sana.

"Alland?." Panggil Alna dengan sedikit ragu-ragu. Ada rasa takut tersemat dihatinya, karena Alland masih belum merespon. Alland diam saja. Lelaki itu, seolah acuh kepada Alna sekarang.

Alna menatap lekat pada wajah Alland, yang masih terlihat tak perduli dengan kehadiaran Alna.

"Alland?, sebegitu marahnya kamu padaku sehingga kamu mengacuhkan diriku disini?!." Alna mulai terpancing emosi, dan mengeluarkan nada tinggi dalam kalimatnya.

Namun, Alland masih tetap dalam posisi yang sama. Alland tak bergerak sedikitpun atau terusik dengan teriakan Alna barusan.
Dengan geram Alna mulai melayangkan tangannya, untuk melayangkan sebuah tepukan pada bahu Alland.

Alland & Alna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang