**21. kebun belakang**

388 23 0
                                    

[Revisi]
Selamat membaca...

...

Sesuai kesepakatan mereka tadi, kini Alland, Alna, dan juga Zahra, sudah berdiri di taman belakang rumah Alland.
Alland menatap sekeliling yang tidak banyak berubah sejak terakhir kali ia menginjakan kaki disini.

Ya meskipun ini masih bagian rumah Alland, tapi lelaki itu yang terlalu malas untuk menginjakan kaki lagi di tempat yang sudah banyak mengukir kenangan hangat keluarga nya. Alland sedang mencoba melupakan kenangan tersebut, karena kenangan hangat itu hanya bisa membuatnya kembali terluka dan terpuruk.

"Ayo kita mulai berkebun!!!." Pekik Alna mengangkat tangannya tinggi-tinggi disusul dengan Zahra yang juga mengikuti gerakan Alna yang terlihat absurd itu.

Alland terkekeh geli melihat Alna yang bertingkah layaknya seorang anak kecil yang memilik semangat api.

Alna menggeret tangan Alland agar mau mengikutinya. Alland hanya bisa pasrah menuruti kemauan gadis ini.

Alna berjongkok untuk mencabuti beberapa rumput liar dengan tangannya. Sedangkan Zahra menyapu sampah daun kering yang berserakan di tanah.

Alland ikut berjongkok di samping Alna, tangannya mengikuti  gerakan Alna yang sedang mencabuti rumput liar yang tumbuh dengan lebatnya di tanah.
Pikiran Alland kembali tertuju kepada kenangan lama yang telah ia coba untuk hapuskan.

Dimana dia dulu sering berlarian disini, melukis di tempat ini, selalu mencurahkan segala keluh kesahnya disini. Bersama dengan sang Mama serta sang papa yang selalu melukiskan kenangan indah di benaknya.

Sejak Alland melamun, Alna diam-diam memperhatikan perubahan raut wajah Alland. Gadis itu tahu kalau Alland sebenarnya sedang teringat masalalu nya bersama kedua orang tuanya. Alna menatap sendu ke arah Alland yang sedari tadi diam saja. Alna menghela nafas perlahan, gadis itu menatap rumput di bawahnya. Alna siap melakukan apapun demi kebahagian Alland, karena itu tujuannya sebelum ia pergi ke dunia lain.

Alna mencoba memutar otaknya untuk mencari cara agar Alland bisa tersenyum kembali. Alna menatap langit sejenak kemudian gadis itu tersenyum geli. Alna kembali menatap Alland yang masih saja melamun.

"Alland?."

Alland menoleh tepat saat Alna menyodorkan tanah lembek ke pipi Alland. Alland melotot kaget, ia menatap tajam Alna yang cekikikan. Tatapan Alland beralih ke arah segumpal tanah lain yang ada di bawahnya. Alland mengambil tanah itu lalu mencolekan tanah itu ke dahi Alna.

"Ihhh... Alland, kotor.." rengek Alna mengusap dahinya yang kotor.

Alland tertawa melihat raut kesal Alna yang terlihat lucu. "Kamu dulu yang memulainya.." ucap Alland dengan santai.

"Habisnya kamu melamun terus si, aku kan jadi serasa ngomong sama patung tau.." kesal Alna, gadis itu melirik Alland yang kini diam menatap Zahra yang dengan gembiranya menata pot-pot bunga kecil di bawah pohon.

"Alland?."

Alland menoleh menatap Alna yang tersenyum manis menatapnya.
Alland diam menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Alna.

"Bukankah aku sudah bilang kepadamu Alland?, Aku siap mendengar semua keluh kesah mu, bila kamu tidak kuat menahan nya sendiri.."

Alland menatap serius kepada Alna. Alland tahu apa yang di maksud Alna. tapi, bukan Alland tidak mau bercerita dengan Alna, Alland masih memikirkan masalah Alna yang bahkan gadis itu yang juga belum bisa diselesaikan.

Alland & Alna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang