**60. Pada Akhirnya..** [END]

1.1K 45 5
                                    

REVISI

...

Dor!

"Arghhh!.."

Klontang!.

Pistol yang di pegang Andre jatuh membentur lantai, Andre memekik kesakitan pada lengan kanannya yang tertembak oleh sebuah peluru.

"Semuanya angkat tangan!... Kalian sudah dikepung!."

Kevin dan Dira serempak menoleh pada seorang berjaket hitam sedang menodongkan pistol pada para preman yang berdiri gelisah di sudut ruangan, tak lama lima orang lainnya menyusul dan meringkus mereka semua termasuk Andre.

"Siapa yang memanggil polisi?." Kevin bergumam pelan membuat Dira, segera menoleh padanya dengan raut wajah bingung.

...

Alland sedikit menegang ketika ia mendengar suara tembakan yang berasal dari lantai atas, namun entah mengapa Alland sangat yakin kalau tembakan itu berasal dari polisi yang ditelpon Gavin tadi. Jadi sekarang ia sedikit merasa lega.

Mata Alland bergerak kembali menelisik keseluruh penjuru lorong gedung yang gelap dan kotor ini, matanya berhenti pada sebuah objek yang nampak tak asing baginya. Kinar, yang tergeletak pingsan dilantai yang kotor.

"Maaff.." Alland mengalihkan tatapannya pada sosok Alna yang terkulai lemas di pelukannya. Mereka berpelukan sambil terduduk di lantai lorong yang kotor.

Tangan Alna yang bergetar hebat merogoh saku dressnya, mengeluarkan gulungan kertas yang telah diikat dengan sebuah pita.

Alland menatap kertas itu sebentar, lalu dahinya mengernyit bingung. "apa ini?."

Alna teryenyum lebar meski saat ini ia tengah mati-matian menahan rasa sesak didadanya. "Kamu akan tahu setelah membukanya.." ujar Alna kembali menyodorkan kertas tersebut.

Dengan dahi mengernyit Alland menerima kertas tersebut, menarik pitanya dan perlahan membuka gulungan kertas tersebut. Matanya mencoba membaca segala tulisan yang ada di kertas tersebut, dengan cahaya remang-remang yang ada.

"Ini?.." Alland menatap tak percaya kepada Alna yang masih tersenyum lebar, malah senyuman itu bertambah semakin lebar sampai-sampai kedua matanya menyipit seperti bulan sabit.

Alland bergantian menatap kertas itu dan wajah Alna. Raut bingung dan heran tertera jelas di wajahnya.

"Aku mengambilnya saat aku mencoba mencari tahu tentang dirimu.. maaf.." Alna berkata dengan wajah lelah dan sedikit berkeringat, Mungkin karena menahan sakit yang semakin menjadi.

Alland menatap lamat pada kertas piagamnya yang tertempel selotip bening untuk menggabungkan setiap bagian yang terkoyak. Memori tentang bagaimana kertas itu bisa terkoyak-koyak seperti sekarang melintas kembali diotaknya. Dimana ia memberikannya kepada sosok yang ia cintai, tapi dengan teganya sang kekasih merobeknya bagai merobek sebuah kertas tak berguna.

"Aku tidak tahu kenapa kertas itu bisa robek seperti itu.. kupikir itu kertas yang penting jadi aku memperbaikinya--uhuk!..uhuk!.." Alna mulai terbatuk-batuk sembari menekan dadanya yang terasa semakin sakit. 'sial, sakitnya semakin bertambah.' batin Alna menggeram.

"Alna kamu tidak apa-apa?." Alland menatap khawatir pada Alna yang malah mengibas-ngibaskan tangannya dihadapan Alland.

"Aku bai-uhuk!.. tidak perlu khawatir begitu,apa kamu tahu?, wajahmu sangat imut kalau sedang khawatir seperti itu.." Alna terkekeh pelan, ia mencoba mengabaikan rasa sakit yang semakin menjalar merembati seluruh tubuhnya.

Alna meringis ketika merasakan nafasnya kembali terasa sulit, Alna meraih tangan Alland lalu menggenggamnya erat. Mata Alna menatap lurus pada mata Alland yang juga sedang menatapnya.

Alland & Alna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang