**48. Maaf**

403 21 0
                                    

Revisi
...

Alna masuk dengan mudah menembus tembok kamar milik Alland, gadis itu sedikit tersenyum kala ia mengingat ia telah berhasil sampai di kamar ini kembali.

Alna menatap Alland yang tertidur di kasur dengan raut wajah polosnya, Alland tertidur bagaikan anak bayi yang tak berdosa. Sangat polos.

Sudut bibir Alna sedikit tertarik keatas, membuat sebuah lengkungan tipis yang menawan.

"Haahh.. kurasa kau memang tampan saat tidur seperti ini Alland, dan jujur karena ketampanan mu itu hatiku mulai berdebar.." kata Alna dengan diakhiri kekekehan di kalimat terakhirnya. Ya seperti itulah Alna, selalu blak-blakan dalam mengungkapkan perasaannya.

Kaki Alna berjalan mendekat, ia mengamati wajah polos Alland. Rasanya ia ingin sekali menyentuh wajah tampan itu, tapi itu akan percuma ia tak akan bisa menyentuh Alland untuk sekarang.

Alna kembali berjalan, namun langkahnya kembali terhenti saat mendengar rancauan dari Alland.

"Alna, aku rindu.."

Alna berbalik menatap Alland yang masih tertidur nyenyak di kasurnya.

"Aku juga.." gumam Alna sambil tersenyum kecil, lali kembali melanjutkan jalannya kembali.

Alna menembus tembok dinding kamar Alland, gadis itu berjalan pelan dengan tujuan ke kamar Zahra. Namun, langkah kakinya kembali terhenti saat mendengar percakapan seseorang di sebuah kamar rumah itu.

"Kurasa kita harus tetap waspada, kamu tahu Andre akan semakin berbuat hal yang di luar nalar.. dan aku tak mau kalau dia menggunakan anak-anak sebagai alat balas dendamnya.." ucap kevin, yakni papa Alland.

Alna mengernyit heran, dalam fikirannya bertanya. Siapa Andre?, Lalu balas dendam apa?. Batinnya bertanya.

Dengan ragu, kaki Alna kembali melangkah mendekati pintu kamar yang sedikit terbuka itu.

"Kamu benar, Andre benar-benar gila. Sungguh aku tak mau hal tersebut terjadi." Sahut Dira dengan suara parau karena menangis.

"Kami tenang saja, aku berjanji akan melindungi keluarga kita dengan jiwa raga yang ku punya.." janji Kevin, dengan keyakinan penuh.

Di balik pintu kamar, Alna mengernyit bingung. Dirinya benar-benar tidak mengerti dengan semua rahasia yang di sembunyikan kedua orang tua Alland, yang perlahan ia coba buka. Meski ini terdengar tidak sopan, tapi ini demi kelangsungan misinya.

Alna perlahan mejauh, dahinya masih mengeryit pertanda kalau gadis itu benar-benar sedang berfikir keras. Alna memikirkan, kira-kira apa yang akan dilakukan orang bernama Andre itu, pada keluarga Alland.

"Sepertinya, orang pertama yang harus aku ulas adalah orang yang bernama Andre itu, tapi.." ujar Alna pelan, ia kembali berfikir sepertinya ia pernah mendengar nama Andre.

Jika diingat lagi, Alna pernah mendengar nama Andre adalah saat ia dan Alland berdebat beberapa waktu yang lalu.

Alland mengatakan kalau Andre adalah pria yang baik, dan Alna mulai sadar kalau orang yang bernama Andre itu sudah memulai rencananya untuk mengelabuhi Alland.

Alna tidak akan membiarkannya, Alna akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi Alland. Alna akan berusaha.

Alna berjalan menjauhi kamar orang tua Alland, lalu melanjutkan jalannya ke kamar Zahra.

Alna menembus pintu itu dengan mudahnya, Alna tersenyum melihat Zahra yang masih menggambar di tengah larut malam begini.

"Stt..st.. zahra?."

Alland & Alna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang