21

1.3K 100 14
                                    

"Tidak peduli siapa kau!" bentak Yoza dengan keras. Lidya tertawa lalu mengibaskan rambutnya dengan keras ke arah Yoza.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Oxy sambil mencekal lengan Erick yang ternganga.

"Aku? Aku adalah seorang jalang! Kau akan membayarku dengan bayaran tinggi, kan? Aku sering melihat lelaki hina sepertimu," kekeh Lidya tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

"Kau! Kau berani menghinaku!" lantang Yoza tidak terima.

"Seorang pengusaha yang licik. Hinaan? Bagaimana bisa kau mengungkit seorang jalang jika kau sendiri tidak mengenalnya," kekeh Lidya. Ia berjalan mengitari Yoza dengan tatapan kemenangan. Ia langsung berbalik.

"Dan kalian!" Lidya menunjuk kepada kedua investor yang langsung ternganga atas tingkahnya. Mereka gugup sambil menundukkan kepala lalu menatap lekat Lidya.

"Kalian langsung mengubah keputusan kalian karena lelaki tidak tau diri ini?! Kalian berani memutuskan kerja sama dengan perusahaan ternama yang mempunyai pengusaha hebat dan muda seperti Oxy. Kalian tidak menemukan ini, sebuah proyek besar yang menguntungkan akan kalian lewatkan begitu saja? Kalian akan merugi besar karena telah mempercayai lelaki itu. Memang kekuasaannya sangat kuat, tetapi karakter Oxy tidak dapat kalian temukan dengan mudah!" imbuh Lidya dengan tenang. Yoza mengepalkan tangannya lalu menampar pipi kanan Lidya dengan keras.

Lidya mengangkat kepalanya lagi, ia mengangkat senyuman dengan sudut bibir yang teralir cairan bewarna merah.

"Tuan Yoza apa yang kalian lakukan! Kau berani melukainya?!" amuk Oxy murka. Oxy hendak menarik Lidya namun dengan cepat Lidya mengisyaratkannya untuk segera berhenti dan diam di tempatnya kini.

"Sudah cukup kau berbicara hari ini!" imbuh Yoza dengan tatapan yang teramat intens.

"Cukup?" Lidya seketika menarik dan membenturkan Yoza di dinding kantor.

"Gue Lidya Vanessa yang tadi menjaga kode etik sebagai anggota dari perusahaan ini. Tapi gue bukan anggota dari perusahaan ini!" Lidya mencengkeram kerah baju Yoza dengan tatapan teramat murka.

"Lo kira gue bakal diem?! Enggak! Laki-laki kek lo yang songong gak pantes nampar gue! Dan orang yang nampar gue bakal lenyap!" teriak Lidya menggelegar.

"Aku pastikan kau bakal hancur dan dikeluarkan dari perusahaan ini! Kau, Oxy dan tempat ini benar-benar hina!" balas Yoza sebisanya.

"Hina kata lo? Kalo gue hina apalagi lo? Lo yang berani nuduh wanita baik-baik jadi seorang jalang? Lupakan sikap baik gue! Dan lo bakal hancur sesaat ini!"

Lidya mencengkeramnya lebih keras. "Hancur? Dikeluarin dari perusahaan ini? Lo mimpi! Gue bukan karyawan di perusahaan ini! Dan gimana bisa gue hancur? Bukannya lo yang bakal hancur? Gue pastiin sekarang lo bisa berdiri, tetapi nanti! Lo bakal mengemis pertolongan gue dan gue akan menampar permintaan lo itu!" ancam Lidya.

"Aku akan melaporkanmu kepada polisi!" ancam Yoza balik.

"Ngelaporin gue? Liat! Cctv di sudut ruangan. Di sana terekam detik-detik lo ngehina gue, Oxy dan akhirnya nampar gue," tukaa Lidya tidak gentar sedikitpun.

Lidya semakin muak dengan wajah Yoza, dia melepaskan cengkeramannya.

"Tunggu kehancuranmu!" teriak Yoza teramat keras dan menggema di ruangan.

"Gue tunggu," jawab Lidya singkat.

Oxy mendekati Lidya yang tengah berdiri sementara itu Yoza telah keluar dari ruangan dan menutup pintunya dengan keras.

"Apa yang kau lakukan!" bisik Oxy meninggi.

"Tuan Oxy?" panggil salah satu dari mereka berdua. Oxy langsung menoleh dan menaikkan satu alisnya.

"Kami kembali menyetujui untuk bergabung dengan proyek anda. Benar yang dikatakan oleh wanita yang berada di sampingmu itu. Kami akan melewatkan kesempatan emas ini, kami yakin anda dan perusanaan anda tidak akan mengecewakan kami. Bisnis kita akan berkembang pesat dengan gaya modis dan mengesankan yang telah anda rancang," jelas mereka. Erick dan Oxy menatap tidak percaya dengan keyakinan mereka.

"Dan wanita itu, si sekretarismu. Ia benar-benar sangat berani menentang Yoza, sejujurnya belum ada orang yang seberani denganmu. Kami pamit karena ada urusan mendadak." kedua lelaki itu langsung berpamitan dan meninggalkan ruangan.

"Kau gila!" bentak Oxy sambil mencekal lengan Lidya agar menatap matanya.

"Lo lebih gila! Lo biarin lo dihina karena ngehormatin tuh orang! Dia pikir siapa dia? Sebisanya ngehina gue kek gitu! Kali ini dia ngehina lo, gimana entar kalo dia semena-mena dan ngehina keluarga lo?" protes Lidya.

"Lihat dirimu! Kau sampai terluka!" teriak Oxy tidak percaya.

"Luka bisa disembuhin tapi harga diri ga bisa dengan mudah dinaikin lagi apalagi didongkrak," tukas Lidya dalam.

***

Oxy tengah menatap Lidya, mata mereka seakan bertemu dalam ruang yang satu. Jarak mereka terlampau dekat.

"Pelan-pelan dikit napa, perih," protes Lidya sambil menghindar dari kapas yang tengah dipegang oleh Oxy.

"Cepatlah sedikit kau membuang waktuku!" perintah Oxy lekas.

"Gue enggak ngebuang waktu lo, lo juga yang maksa buat ngobatin gue," jawab Lidya tidak terima.

"Aku tidak terpaksa! Ini hanya rasa penghormatanku karena kau telah membelaku dan membuatku meyakinkan kedua investor itu," sela Oxy lekas.

"Membelamu? Lo kegeeran! Gue ga ada niat buat ngebelain lo, tuh orang yang dengan lancang bilang kalo gue itu jalang bayaran lo! Jadi kurangin rasa kepedean dalam diri lo itu," sanggah Lidya dengan panjang lebar.

"Tetapi tetap saja kau membelaku!" kukuh Oxy dengan sudut pandangnya.

"Sudahlah bisakah kalian berhenti untuk berkelahi? Aku benar-benar pusing melihat tingkah kalian. Oxy?" panggil Erick yang sedari tadi mengamati tingkah mereka berdua.

Oxy menoleh ke arah Erick dengan tatapan bingung. "Sejak kapan kau bisa berbicara banyak seperti ini? Dengan Bianca saja kau seperti enggan dan sekarang tingkahmu malah berbeda dari biasanya. Jangan-jangan memang benar akan ada #Gantitunangan untuk kali ini?" curiga Erick. Oxy langsung menatap tajam ke arahnya yang membuat Erick tertawa kecil.

Lidya hanya tersenyum kecil sementara itu Oxy menatap Erick dengan datar lalu melanjutkan aktivitasnya mengobati Lidya. Tiba-tiba pintu ruangan dibuka dengan keras dan orang itu menatap mereka dengan murka.

"Oxy! Kau di sini dan berdua dengan wanita ini! Lihat! Apa yang kini sedang kau lakukan? Menatapnya dan bermesraan dengannya?!" murka Bianca sambil mendekati mereka berdua.

"Lidya? Aku teringat jika selama ini kau tinggal bersama dengan pemilik kafe dekat kantor ini. Mau ke sana? Aku akan menemanimu, sepertinya bakal ada hujan meteor yang tidak bisa dielakkan lagi di ruangan ini," tawar Erick sambil menatap malas ke arah Bianca. Lidya mengangguk dan mendekati Erick. Mereka berdua beranjak keluar dari ruangan tetapi tangan Lidya digenggam oleh Bianca.

"Apa urusan lo sama tunangan gue? Menjauh darinya!"

"Urus aja urusan lo sendiri, jangan sok mau ngurusin urusan gue."

I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang