37

1.1K 107 8
                                    

Pikiran Lidya terasa sangat berat, kepalanya tidak dapat menampung masalahnya dengan baik lagi.

"Masih ingin melamun?" ujar Oxy yang membuat Lidya merasa kaget. Sedari tadi ia hanya menghadapkan matanya ke arah deretan gedung pencakar langit.

"Bisa kita belok kiri nanti?" untuk pertama kalinya setelah kemarin Lidya menatap Oxy. Matanya sembab, wajahnya terlihat buruk, ditambah lagi kulitnya terlihat sangat pucat.

"Mau ke mana? Lihat kondisimu, kau sakit," tolak Oxy.  Oxy masih saja fokus ke jalanan namun lirihan atas rengekan Lidya terdengar memecahkan kepala Oxy.

Ia menyerah.

"Ke arah mana?" tanya Oxy lagi. Mata Lidya sedikit berbinar, terlihat wajahnya mulai disinari semangat.

"Kafe Sirent," riang Lidya lalu kembali memalingkan wajahnya. Ia menatap langit-langit dengan tenang, seakan kebahagiaan mulai datang kembali.

Mobil itu berbelok ke kiri, memasuki kawasan kafe itu. Tubuh Lidya langsung saja terangkat karena kaget, seakan tidak ada kehidupan apapun di depan matanya.

"Kenapa sepi?"

"Jangan tanya kepadaku! Ayo turun!" Oxy membuka pintu mobilnya dan melanjutkan langkahnya menuntun Lidya.

Lidya mengamati ke sekitar berdirinya bangunan itu, terlihat sangat sepi. Seorang warga yang tinggal di sebelah kafe ini melintas di hadapannya, lantas saja Oxy mencegatnya.

"Buk, saya mau tanya mengapa tempat ini sangat sepi?" tanya Oxy sambil matanya menjelajah bangunan itu.

Ibu itu tersenyum. "Mereka udah pindah dari tiga hari yang lalu."

"Kemana Bu?" kaget Lidya menatap ibu tersebut dengan bingsal.

"Ibu tidak tau. Ibu pergi dulu ya," pamit warga tersebut berlalu dari hadapan mereka berdua. Oxy memandang wajah bingung Lidya, bingung sekaligus cemas mengaduk menjadi satu.

Tubuh Lidya terasa lunglai dengan cepat Oxy mencoba menguatkannya. Sebuah tangan memukul pundak mereka secara serentak hingga mengejutkan mereka.

Lantas saja Lidya dan Oxy menoleh ke belakangnya. Seorang lelaki yang berada dalam penaksiran mereka, kini tengah berdiri kokoh dengan pakaian serba hitam.

"Siapa kau?!" gertak Oxy lantang.

Lelaki itu menoleh ke kanan dan ke kiri seperti tengah mengawasi, ia lalu menyingkap sedikit masker yang ia pakai. "Gue Sadam."

"Sadam? Ini beneran lo? Kok kalian pindah?" respon Lidya dengan bertubi-tubi pertanyaan.

"Gue gak punya banyak waktu buat jelasin semuanya ke lo. Untuk kali ini gue cuma minta lo pergi dan jangan pernah kembali ke sini lagi. Oxy, gue mohon sama lo bawa nih orang, ini berbahaya."

Seketika Oxy langsung mengangguk dan membujuk Lidya untuk ikut bersamanya. Lidya menolak dan meronta. "Lo gak bisa kek gini dam! Lo harus jelasin semuanya ke gue sekarang!"

"Gak punya banyak waktu Lid! Semuanya mengabu!" teriak Sadam membalas. Ia langsung menarik maskernya menutupi hampir sepenuh wajahnya, kecuali sepasang matanya.

Sadam berlari ke sebuah lorong hingga akhirnya dia menghilang.

"Mengapa semuanya terjadi? Apa yang mengabu?!" amuk Lidya dalam isak tangisnya. Kondisinya teramat lemah ditambah dengan kepergian Sirent dari hidupnya.

Di dalam mobil ia menyesalkan kehidupannya. Pertama Zhiro kemudian Gio dan Sirent. "Apa gue ga boleh bahagia? Gue...."

Tiba-tiba Oxy membekap mulut Lidya. "Diamlah, coba kau lihat itu!"

I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang