"Kau? Apa urusanmu datang ke sini!" sergah Arya mengamuk. Para tamu menatap mereka, pernikahan tidak sah.
Mereka juga bergumam, sejadi-jadinya untuk mempermalukan keluarga Arya dan sesekali mencemooh Lidya dengan kata-kata yang tidak pantas. Tetapi, itu tidak dihiraukan Lidya. Hal terpenting bagi Lidya kini pernikahannya telah batal dan dia tidak wajib memakan obat pesanannya.
"Urusanku ke sini? Tentu saja karena calon istrimu, dia membuatku harus membatalkan pernikahan ini. Karena apa? Karena aku tidak rela lelaki sepertimu mendapatkan cinta dari wanita setulus dia!" sangkal orang itu dengan mudahnya.
Lidya masih saja menatap tidak percaya ke arahnya, sedikit mengutuknya.
"Dan mungkin memang tidak ada cinta yang tersisa untukmu," sambungnya.
Arya merasa sangat geram, wajahnya memerah karena amarah. Dia mencoba menghirup nafas lebih banyak, tetapi nafasnya terasa semakin menguap. "Harap jaga batasanmu! Atau jika aku tidak bisa mendapatkan Lidya! Maka tidak ada yang bisa mendapatkan Lidya!"
Arya menodongkan kedua pistol ke arah lelaki itu dan Lidya. Lidya menatapnya heran, memperhatikan senjata api yang Arya gunakan. Sekilas ia mengeluarkan pistol miliknya yang ia sembunyikan di balik baju Kebayanya.
Senjata api yang akan ia gunakan untuk memutuskan segala urusannya di dunia kini bisa saja menjadi malapetaka bagi orang lain. Suasana menjadi lebih menegang, ketika lelaki itu juga mengeluarkan sebuah pistol dan tepat mengarah ke Arya dari jauh.
Para tamu bergerilya mencari jalan keluar, suasananya telah tidak aman. Tidak sedikit dari mereka yang mengutuk Arya dan yang lainnya.
"Sepertinya kau sedikit menegang, ada apa? Masih ingin bermain-main?" kekeh Lidya terlihat sangat menyantai. Baju pengantin itu sangat mengganggunya dibalik kata-katanya.
"Diam kau!" bentak Arya tidak terima. Lidya menatapnya lalu tersenyum, seakan meremehkan kemampuan Arya menembak.
Pak penghulu malah gelagapan di tengah mereka. Seketika ia ingin berlari namun sesuatu membekukan langkahnya, Aluna kini mengarahkan sebuah pisau berukuran sedang dengan tangan lainnya menggenggam sebuah jenis senjata api.
"Apa ini Aluna?" tanya Pak Penghulu itu. Aluna menyunggingkan senyumannya seraya melangkah mendekat.
Penguhulu itu menatap Oxy dengan tatapan memelas, seakan membuatnya terbantu. Tetapi Oxy menatapnya lebih iba.
"Ada apa Pak? Mengapa kau menatapku seperti itu?"
Secerca kebahagiaan tersirat jelas di wajah penghulu itu. "Tolong hentikan tingkah adikmu ini!"
Oxy menatap ke arah Aluna, ia mengedikkan bahunya. "Ada apa denganmu Aluna? Kau berani menghentikan langkahmu? Kerjakan sekarang!"
Penghulu itu tersentak kaget dengan perintah tak langsung dari Oxy. Bukannya membantu tetapi kini kisahnya dipersulit.
"Ada apa ini Pak? Mengapa kau mendukung tingkah buruk adikmu ini?" kecewa Penghulu itu terhadap kisah akhir hidupnya sendiri.
"Kau tau apa kesalahanmu? Kau membuatku tidak dapat lagi berpikir jernih dengan kesewenangan apa kau berniat menerima uang atas pernikahan Lidya dan lelaki tidak tau diri ini. Lalu kau melupakan hidupmu? Walaupun kau tau jika wanita itu adalah orang yang sangat disayangi adikku?"
"Diamlah pak! Aku tidak akan menghujamkan pisau ini ke lehermu jika kau tidak banyak bicara! Kau tau aku siapa?! Aluna. Aku Aluna yang akan mendapatkan semua yang ia inginkan, apapun caranya. Kau tau? Permainan pisauku tidak pernah meleset sedikitpun dari sasaran, semuanya akan terluka."

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔
Fiksi RemajaBook 2 of Lathfierg series Wajib baca 'Just Cause You, Just For You' terlebih dahulu! "Ini bukanlah akhir dari segalanya." Kalimat yang sering Lidya rapalkan ketika ia terpuruk jatuh, hingga ia mencoba untuk bangkit lagi dan berdiri tegap dengan men...