56

1.2K 118 28
                                    

"Permisi Pak, Zhiro telah sadar."

Penjaga yang semula menjaga di rumah sakit kini telah berada di kediaman keluarga Guarda, tempat tinggal Gio.

Gio yang memakai jas selepas mengadakan rapat ketika perusahaan telah pindah tangan kepadanya hanya bisa mengangguk. "Bagaimana dengan adikku?"

"Oxy dan Aluna?"

"Aku tidak mempedulikan mereka berdua, mau mereka wafat atau tidak aku tidak peduli. Lidya? Harap kau catat jika dia adalah adikku!" sergah Gio. Penjaga itu gemetar ketika seorang yang pernah menjabat sebagai seorang panglima kini tengah berada dalam keadaan murka.

"Masih..."

"Pergilah!" usir Gio mentah-mentah, penjaga itu mengangguk dan meninggalkan Gio tanpa mempertanyakan suatu apapun lagi.

"Mengapa kau sangat membenci mereka?" tanya Rozi tiba-tiba dari lantai atas.

"Entahlah, pada pikiranku hanya ada Lidya sebagai adikku. Aku melupakan segalanya kini, mulai buta, semuanya mengabur seperti apa yamg kini ia rasakan."

"Mungkin aku tau apa yang membuatnya begitu menyayanginya," duga Rozi sambil duduk di sebelah Gio.

"Rasa sosialnya. Kau pernah datang di keluarga Lathfierg dalam penyamaranmu dan kau diusir mentah-mentah. Sedangkan, adik angkatku merawatmu dengan setulus hatimu. Kau tau? Walaupun aku hanya kakak angkat baginya, tetapi aku sangat beruntung ketika mendapatkan seseorang yang dengan sudi dan rela menganggap lelaki yang tidak berguna seperti aku ini menjadi penting baginya." Rozi menatap langit-langit rumah dan tersenyum. Di pikirannya kini masih saja lekat ketika Lidya mulai mengobati luka sabitan di tangannya, gadis itu seperti punya penyakit tempramental.

Penjaga itu kembali lagi ke hadapan Gio membuatnya merasa jauh lebih kesal. "Sudahku bilang, kembali ke rumah sakit dan enyah dari hadapanku!"

Penjaga itu mencoba melawan kegemetarannya dan membuka mulutnya. "Lidya telah sadar."

"Jangan bermain-main hanya untuk menyenangkan hatiku! Jika kau berbohong kau tau akibatnya!" Gio mengangkat kera kemeja penjaga itu. Giginya gemertak mengancam.

"Tid.. Tidak pak. Aku mendapatkan kabar dari tuan Oxy, dia mengatakan harus menyampaikan berita ini kepada anda!"

Perlahan Gio melepaskan genggamanmya terhadap seragam penjaga itu. Ia sumringah, sedikit binaran pada matanya. "Aku akan membayar jasamu untuk hal ini secara tiga kali lipat."

"Tidak perlu pak, kau telah banyak membantu keluarga dan teman-temanku," tolak penjaga itu dengan halus.

Gio tetap saja mengeluarkan uang dari sakunya, tidak terhitung jumlahnya tetapi terbilang cukup tebal. "Jika kau dan teman-temanmu tidak mau, berikan kepada keluarga kalian, mereka butuh makan dan membeli berbagai kebutuhan."

Gio memaksa penjaga itu membuka telapak tangannya, penjaga itu mengalah, ia membuka genggaman tangannya. "Terima kasih Pak."

"Tuan Guarda? Butuh saya antar? Kini di luar tengah hujan," tawar Rozi sambil memainkan kunci mobil Gio.

"Kau berlebihan."

***

Gio dan Rozi berjalan beriringan ke arah kamar Lidya yang baru saja dipindahkan. "Kau terlihat sangat bersemangat dengan percaya diri memakai jas seperti ini di muka umum."

"Aku melupakan segalanya," tukas Gio sambil bergegas. Aura sang Panglima masih saja melekat pada tubunnya walaupun ia kini tengah memakai jas dengan rapi. Semua penjaga yang ia tugaskan kini menundukkan kepalanya sembari menatap kedatangan Gio.

I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang