Gio langsung menoleh dengan wajah tenang tanpa tekanan sedikitpun walaupun ia telah dicurigai. "Rencana geng gue."
Gio langsung mendekati mereka berdua dan duduk di hadapan mereka. "Beberapa bulan lagi bakal gue kasih tau tapi enggak sekarang. Kalian belum tidur?"
Sontak saja Dimas dan Lidya menggeleng. "Gue bosen dan Dimas masih ngerjain tugasnya."
"Bosen? Sebaiknya lo tidur malem ini karena gue besok ngajak kalian dan Aluna main game," seru Gio dengan nada yang sangat bersemangat.
"Game apa?" heran Lidya. Gio tidak menjawab apa-apa, ia menarik tangan Lidya agar mengikutinya menaiki tangga.
"Lo gak bakal tau kalo lo belum tidur."
****
Mereka berempat menuju ke suatu tempat. Dimas bersama Gio dan Aluna bersama Lidya. Semakin detik Gio memacu mesin kendaraanya dengan cepat membuat Lidya harus menyusul dan mensejajarkannya.
Seperti pembalap handal Lidya menyelip di antara mobil yang macet itu, Aluna merasa jantungnya lepas dengan pembawaan motor Lidya yang ia rasa beberapa kali hampir terjatuh.
Mereka telah sampai di sebuah pasar tradisional. Kenangan Lidya kembali tersingkap atas masa lalunya, di pagi hari ia harus membelah malam demi ketempat ini.
"Mengapa kita ke sini?" curiga Aluna memperhatikan keadaan.
"Disinilah kita main game," ujar Gio santai lalu berdiri tepat di samping Lidya yang kemudian disusul oleh Dimas.
"Hah? Di sini?" Aluna menatap Gio dengan tidak percaya dan berharap jika dia hanya tengah bergurau.
Gio memberikan selembar kertas ke arah Aluna. "Lo satu tim sama Dimas, gue sama Lidya."
"Kok gitu? Kan namanya enggak adil. Bagaimana aku dipasangkan dengan Dimas sementara kakakku denganmu," protes Aluna namun Gio tidak mempedulikannya.
"Tetep aja adil. Lo bisa gunain orang ga guna ini buat ngangkat barang bawaan lo. Jadi gamenya, kalian harus ngumpulin barang belanjaan yang udah gue tulis di kertas itu. Barang itu sama dengan barang yang bakal Lidya dan gue cari, siapa yang cepet ngumpulin dan bener dia yang bakal jadi pemenangnya," jelas Gio mendetail. Mereka serentak mengangguk.
"Nih uang buat kalian, kalian bisa gunain ini buat belanja." Gio memberikan beberapa lembar uang seratus ribu
"Tapi kenapa kakak enggak bilang kalo main gamenya di sini?"
"Udah siap kan... Satu."
"Kak, pertanyaanku belum kau jawab."
"Dua..."
"Laknat!"
"Tiga! Mulai!!"
Aluna dan Dimas lari terkocar kacir menjauhi Lidya dan Gio. Sementara itu Gio membagi kertas itu menjadi dua dan memberikan bagiannya ke Lidya. "Lo cari ini dan gue cari ini. Kita bakal ketemu di sini."
Gio terlihat bersemangat, ia meninggalkan Lidya dengan riang. Lidya kembali melihat ke arah daftar bagiannya, seketika ia menyadari jika ia hanya diberikan daftar sayur mayur dan tidak diberikan uang belanjanya. "Sial!"
Lidya menjelajahi lorong pasar itu tanpa kesulitan. Dengan bermodalkan uangnya sendiri, ia berbelanja dengan senang hati.
Barang demi barang telah ia kumpulkan. "Kak? Butuh bantuan?"
Lidya mengamati orang yang telah memanggilnya. Ia mengamati dari atas ke bawah, baju lusuh dan celana abu-abu. Ia menerka jika dia mengenal lelaki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔
Fiksi RemajaBook 2 of Lathfierg series Wajib baca 'Just Cause You, Just For You' terlebih dahulu! "Ini bukanlah akhir dari segalanya." Kalimat yang sering Lidya rapalkan ketika ia terpuruk jatuh, hingga ia mencoba untuk bangkit lagi dan berdiri tegap dengan men...