32

1.2K 109 36
                                    

Orang itu melangkah mendekati Lidya, Lidya melangkah mendekatinya. "Farhan... Ini benar lo kan?"

Lelaki itu mengangguk, menahan air matanya. "Iya gue, gue kakak kelas lo yang ga berhasil buat lo tertarik sama gue, gue yang lo panggil dengan sebutan monster kecoa, gue yang kalian cap sebagai playboy cap kakap, gue yang hobi bahas tentang cinta, gue yang udah nganggep lo sebagai adek gue, gue yang lo salahin pas lo nangis dan harus ribut sama caca, gue yang juga ngikut lo ketika kita fight dan terakhir kali, gue adalah salah satu dari The~D yang lo tolong, gue temen sekaligus murid lo, gue yang nenangin lo di bandara, dan mungkin gue yang terakhir kali lo hubungi. Liat! Gue disini, gue kira kita gak bakal ketemu lagi, gue ga bisa buktiin ke lo kalo lo berhasil ngerubah gue, gue pikir gue ga bisa ngelakuin itu. Liat gue sekarang pake jas, tambah keren, kan?" Farhan langsung menarik Lidya dalam pelukannya.

"Kemana lo selama ini? Puas gue cari. Dan lelaki itu gak gue maafin sama sekali, gue rindu sama lo," lirih Farhan.

Lidya tetap membungkam. Farhan mendekap erat Lidya sekali lagi dan melepaskannya.

"Lo orang yang berharga bagi gue. Gue sendiri sekarang, bunda udah tenang di alamnya." Farhan menghela nafasnya, matanya tetap saja menatap Lidya dengan lekat.

"Untuk apa kalian berdiri di sana? Bukannya perjalanan dari Indonesia ke Belgia sangat melelahkan?" tegur Daiva, ia adalah Daiva Elfredo Lazuardi yang kerap disapa dengan sebutan El.

***

"Jadi selama ini Lidya tinggal bersama anda? Aku tebak dia pasti banyak merepotkanmu," kekeh Farhan ketika meledeki Lidya, ia merindukan momen ini. Lidya hanya menatapnya datar.

"Ayolah jangan datar kek gitu, senyum dikit napa gue udah nunggu setahun buat liat senyum lo," bujuk Farhan lalu memamerkan senyumannya.

"Tidak, dia tidak terlalu merepotkan," tutup Oxy. Farhan hanya membalas dengan tertawa kecil.

"Jangan tutupi kekesalan anda, aku sangat yakin dia sangat merepotkan. Aku mengenalnya lebih dari yang anda kenal. Bisakah kita ubah pembicaraan ini menjadi unformal?" Oxy dan Erick serentak mengangguk.

"Dia pernah matahin hasta berapa orang ketika sama kalian? Atau menghunuskan sebuah pisau dan senjata lainnya? Atau membuat seseorang mengeluarkan cairan merah dari tubuhnya?" ledek El duduk di sebelah Lidya. Mereka mengambil tempat yang leluasa, di suatu balkon dan mengamati tiap gedung pencakar langit.

"Setidaknya aku pernah melihat dia menghajar seseorang," gumam Erick menanggapi.

"Iyakah? Andaikan aku tau siapa yang telah Lidya hajar," kekeh Lidya. Seketika kebahagiaan menerpa mereka, mereka tidak hentinya menatap Lidya.

"Gue disini cuma diledekin," gumam Lidya lalu berdiri dan bersandar di pagar besi pembatas itu.

"Lo mau ngapain?" heran Farhan.

"Nerjunin diri," tukas Lidya singkat lalu bergerak kembali ke tempatnya semula.

"Kau telah mengancam orang yang telah Lidya hajar sebelum ke ruangan ini," sambung Erick. Farhan menatap El dengan heran.

"Siapa yang kau hajar?" selidik Farhan. El mengangkat senyum sinisnya.

"Yoza."

"Oh lelaki itu." Farhan langsung mengeluarkan handphonenya dan mencari seseorang lalu menghubunginya.

"Cepatlah ke sini!"

"Ada sesuatu yang mau gue omongin dan seseuatu yang mau gue tunjukkin."

Sambungan telepon ditutup oleh Farhan. "Kau menelepon siapa?"

"Dhika." senyuman indah kembali menyirat di wajah Farhan.

"Lo di mana? Cepet ke sini kalo enggak lo bakal nyesel," ujar El dengan lawan bicaranya dari telepon.

"Lo nelpon siapa lagi?" curiga Lidya.

"Kembaran gue," jawab El singkat.

"Apa yang membuat anda ke sini?" tanya Farhan dengan berusaha bersikap ramah.

"Pihak Dalazu memutuskan hubungan sebuah proyek sepihak, proyek yang telah disepakati bersama," jawab Oxy yang sedari tadi diam.

"Apakah kita juga bekerja sama?"

"Iya, pihakmu juga memutuskannya." obrolan menjadi lebih serius, Lidya teringat dengan alasannya datang ke negara ini.

"Lo bisa nyambungin lagi hubungan ini? Proyek ini penting bagi pihak Lathfierg dan proyek ini bisa membuat menguntungkan semua pihak," bela Lidya menyambung permintaan Oxy.

El dan Farhan menatap Lidya dan Oxy secara bergantian, "Apa yang ga bisa kami lakuin buat lo? Kami menyetujui dan proyek itu bakal kami lanjutin."

Pintu ruangan dibuka, sontak mengejutkan mereka. "Han, kenapa lo sampe ngehubungin gue gitu? Kangen lo?"

Semula Dhika tidak menyadari kehadiran Oxy dan Lidya serta Erick di tengah teman-temannya. "Maaf."

Dhika tetaplah Dhika, waktu tidak mengubah sifat dan tingkahnya. Ia hanya tersenyum dan duduk dengan tenang.

Tiba-tiba ia langsung berdiri kembali dan mengejutkan mereka yang melihatnya. "Gue ga salah liat kan? Lo Lidya kan? Lidya gue kangen dengan lo."

Lidya membalas dengan kekehannya yang terdengar melega. "Gue kira lo udah lupa sama gue."

"Gimana bisa gue lupa? Minggir lo!" usir Dhika kepada El dari posisi di samping Lidya. El seakan tidak mendengar dan mengabaikan tindakan Dhika. Dhika berdecak kesal lalu kembali ke tempat duduk semula.

"Oxyvier Lathfierg? Apa yang membuat anda jauh-jauh datang ke Belgia?" tanya Farhan dengan ramah.

Baru saja Oxy akan membawa pertanyaan yang diajukan Dhika, ia tak kalah cepat. Farhan berhasil menyela, "gara-gara karyawan andalan lo."

"Yoza? Gue tau kalo dia emang bicaranya kek gitu. Tapi apa yang dia lakuin?"

"Apa yang dia lakuin? Dia udah nantangin gue waktu itu, ngehina gue, Oxy, Lathfierg's group, dan mutusin hubungan sepihak," sela Lidya tanpa diminta.

"Lo serius Lid?"

"Lidya serius, tadi dia berhasil ngehina Lidya di depan gue. Karyawan lo patut dikasih ceramah singkat, gue udah muak liat mukanya," tukas El. Mereka saling menjawab dan membela. Seketika itu Erick dan Oxy mulai yakin kalau mereka bersahabat.

"Apa yang terjadi El?"

"Eh, di mana adek gue?" kaget Dhika dengan kehadiran Damar. Lidya merasa jika sahabatnya tidak banyak berubah dalam waktu hampir satu tahun ini.

"Eh ada calon kakak ipar, tenang Revi lagi jalan naik tangga. Liftnya lama," kekeh Damar lalu menatap Lidya dengan heran.

"Laknat lo Dam!"

"Sesekali Dhik."

"Lo siapa?" tanya Damar merasakan sesuatu yang mengganjal ketika melihat wanita cantik di sebelah Farhan.

"Pacar gue," ketus Farhan.

"Pacar lo? Bukannya lo punya komitmen untuk stop cari pacar sebelum Lidya ketemu. Lidya? Lo Lidya kan?"

Damar menatap Lidya dengan sendu, ia berlutut, mata mereka bertemu. "Iya, gue orang yang lo kena lemparan bola basket di hari pertama gue pindah sekolah."

Pintu terbuka dengan memperlihatkan Yoza di ambang pintu bersama penjaga El. "Ada apa ini pak? Oh bagus, sekarang sikap Jalangmu mulai membangkit!"

I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang